Abrisam's POV Sesuatu tajam seperti menyayat hatiku, nggak sekali, dua bahkan berkali-kali. Sakitnya seperti luka basah disiram air garam. Jangan, kalian jangan sampai ngerasain sakitnya kayak gini. Biar aku aja. Melihat kedekatan Davina dan Regan yang semakin tak berjarak, benar-benar mengambil separuh nyawa dan napasku. Esok ini, ragaku rasanya malas banget turun dari ranjang nyaman milikku. Tapi terpaksa, karena tidur seharian di kasur juga pasti akan membuatku lelah. Dengan pandangan yang sudah nggak terlalu kabur, kakiku melangkah, cuma mau ngambil segelas air putih, untuk membasuh tenggorokanku yang kering. Kakiku berhenti di tengah-tengah pintu, dengan pandangan lurus dan ekspresi datar. Aku melihat ibuku di rumahku. Sejak kapan dia datang? "Sudah bangun kamu," kata ib