Nisa yang baru saja keluar dari kamar mandi, melewatiku begitu saja, sementara aku sudah menunggunya sedari tadi. Ia melewati aku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku segera meraih tangan Annisa dengan kasar hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukanku. Annisa terlihat sangat cantik dan menggoda. Aku menelan salivaku berkali-kali tatkala melihat pesona mantan istriku ini.
Hanya dalam hitungan detik, aku segera melepaskan handuk yang melilit di atas kepala Annisa, handuk itu menutupi rambutnya. Aku semakin b*******h tatkala melihat tetesan demi tetesan yang keluar dari balik handuk itu. Dengan cepat, aku segera melepaskan handuk itu dari kepala Annisa, membuat rambutnya yang basah dan panjang, terurai sempurna.
“Apa yang kau lakukan Rafa, lepaskan aku! Aku mohon jangan lakukan apa pun terhadapku.”
Aku tidak memedulikan ucapan Annisa, Gairahku sudah memuncak. Aku lalu melepas handuk lainnya yang membalut tubuh Annisa bagian atas. Membuatku napasku semakin memburu tak beraruran.
“Rafa, ku mohon. Bukankah tadi kau sudah berjanji kalau kau tidak akan menyakitiku lagi. Kumohon Rafa, jangan lakukan ap—” belum selesai Nisa berucap, aku langsung melumat bibirnya. Aku sungguh sangat merindukan momen ini. Walau aku telah menggaulinya selama 10 tahun lebih, itu tidak pernah membuatku bosan terhadapnya.
Birahiku tak terkendali. Aku mendorong Nisa ke atas Ranjang, mulai melepas gaun malam yang dikenakannya. Annisa berusaha memberontak, tapi aku terlalu kuat untuknya. Seberapa pun Annisa berusaha memberontak dan melawan, namun aku merasa reaksi tubuhnya merespon serangan yang aku berikan. Aku berusaha tidak bermain kasar. Aku akan membuat permainan yang cantik agar wanitaku ini tidak tersakiti.
Setelah sekian menit akhirnya aku berhasil membuat kami menyatu. Sudah dua tahun aku merindukan semua ini. Aku merindukan penyatuan ini, dan kini bisa aku dapatkan lagi.
“Nikmatilah sayang, keraskan lagi suara desahanmu. Aku menyukainya.” Gumamku pelan di depan telinga Annnisa sembari menciumi telinganya hingga turun ke lehernya.
Aaaaahhhhh....
Aku mengakhiri dengan satu hentakan yang cukup kuat.
-
-
-
-
-
POV Annisa
Aaaahhhhhh...
Desahan terakhir Rafa yang cukup kuat mengakhiri perbuatan kejinya. Dia berhasil menodaiku, lagi. Aku mendorong tubuhnya yang mulai lemas agar miliknya keluar dari selangkanganku. Aku tak kalah lemas, bahkan begitu lemah. Rafa membuatku mencapai tujuanku berkali-kali. Aku merasa sangat jijik terhadap diri ini. Bagaimana bisa aku terbawa arus permainannya? Sementara aku tahu dan sadar jika semua adalah zina. Ia memang memperkosaku. Ia melakukan semua itu dengan paksa, tapi tubuhku juga meresponnya bukan? Ah, semua ini benar-benar sangat menjijkkan.
Aku menangis sejadi-jadinya. Memandang jijik terhadap tubuhku yang tidak tertutupi sehelai benang pun. Rafa langsung tertidur disampingku dengan tangannya berada diatas perutku. Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis dan pada akhirnya ikut terlelap sebelum mengenakan lagi pakaianku.
Beberapa jam berselang, aku pun terbangun dengan kondisi tubuh terasa ngilu. Aku membuka mata dan melihat sebuah selimut sudah menutupi tubuhku hingga bagian d**a. Tidak ada siapa pun di sampingku saat ini.
“Sudah bangun, Sayang ....” Aku tersentak mendengar suara Rafa.
“Kenapa? Apa kamu bersedih karena aku tidak ada lagi di sebelahmu? Apa kamu merasa kesepian? Apa kamu kembali merindukan hangatnya dekapanku?”
Apa-apaan pria ini, ia pikir aku adalah wanita jalaƞg yang bisa menikmati perzinahan bersamanya dengan sadar.
Aku berusaha bangkit dan duduk menyandar didinding ranjang. Aku menaikkan selimut lebih tinggi lagi hingga menutupi bagian leher. Aku menyadari bahwa aku masih belum mengenakan pakaian apa pun.
Rafa duduk di atas sofa. Di atas meja bundar yang berada di depannya, terdapat sebuah laptop yang sedang menyala, secangkir minuman dan beberapa makanan ringan. Rafa tampak begitu menikmati hidupnya saat ini. Sebenarnya aku heran, bagaimana kehidupan Rafa bisa berubah seratu delapan puluh derajat?
Rafa yang dulu adalah seorang pria biasa. Bekerja di sebuah perusahaan Supliyer baja dan beton sebagai operator mesin. Digaji bulanan yang besarnya tak lebih dari tiga juta per bulan. Mustahil dengan uang segitu ia bisa berubah sedrastis ini hanya dalam waktu dua tahun. Aku masih merenung dan memikirkan semuanya. Mencoba merunut waktu yang sudah aku habiskan bersamanya selama sepuluh tahun, tapi aku tetap saja tidak menemukan jawabannya.
Dalam keadaan masih berpikir, aku melihat Rafa bangkit dan tiba-tiba ia menghampiriku.
“Maaf atas kejadian tadi, aku tidak bermaksud menodaimu, aku hanya terbawa suasana.” Rafa membelai rambutku dengan sangat lembut. Hal yang biasa ia lakukan ketika kami masih menikah, dulunya.
“Tapi jujur saja, aku tidak menyesal melakukannya. Malahan sekarang aku mau lagi.” Rafa mengucapkannya dengan pelan tepat di depan daun telingaku, Hal itu membuatku kembali merinding. Entah kenapa, Rafa begitu suka membuatku merinding dengan cara seperti itu.
Aku tetap membisu. Percuma aku melakukan dan berkata apa pun karena hanya akan membuat Rafa kembali terbakar gairáh jika aku melawannya.
Rafa pun akhirnya bangkit dan berjalan menuju lemari. Ia mengambil beberapa potong pakaian.
“Bersihkan dirimu sayang, aku sudah menyiapkan pakaian untukmu.”
Rafa memberikan pakaian itu kepadaku sementara aku masih membisu, kaku.
“Jangan khawatir, pakaian ini tidak sama seperti tadi, ini jauh lebih sopan. Kau boleh melihatnya lebih dulu.”
Aku mengeluarkan tanganku dari balik selimut. Menerima pakaian yang diberikan Rafa. Benar, pakaian kali ini jauh lebih sopan. Satu stel baju tidur dengan atasan lengan panjang dan bawahan celana panjang. Baju ini bermotif bunga-bunga kecil berwarna pink, sangat manis.
Aku melingkarkan selimut yang cukup besar ini ke tubuhku agar aku bisa menutupi tubuh polosku menuju kamar mandi.
Rafa terkekeh, “hahaha, apa yang kau lakukan sayang. Kau terlihat seperti pinguin.” Dia kemudian memakaikanku sebuah handuk berlengan dan memberikanku handuk biasa satu lagi.
“Sekarang pergilah bersihkan tubuhmu, sebelum nanti aku berubah pikiran dan melakukannya lagi.” Rafa tersenyum, senyumannya sangat manis.
Ah, apa yang aku pikirkan. Rafa bukan lagi siapa-siapaku. Aku tidak boleh mengagumi apa pun yang ada pada tubuhnya. Terlebih, saat ini aku sudah menikah lagi dan memiliki seorang suami yang pasti tengah mengkhawatirkanku saat ini.
Tanpa berpikir panjang, aku segera mempercepat langkahku menuju kamar mandi. Aku tidak ingin pria gíla itu memperkosaku lagi.
Di sini, di ruangan yang dingin ini. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku yakin Rafa mendengar jeritanku yang memilukan. Suara tangis itu menggema dan sangat menyedihkan. Meratap, mengadu, memohon kepada sang khalik, hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Aku tidak berdaya.
Setelah puas menangis dan mataku mulai terasa perih, aku pun segera membersihkan diri. Aku membersihkan semua bagian tubuhku tanpa terkecuali, terutama bagian-bagian yang sudah dinikmati oleh pria bajiƞgan itu. Aku menggosoknya dengan sangat kuat. Sesekali aku memukul bagian itu karena jijik terhadapnya.
Sebelum ke kamar mandi tadi, aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 14.30, sementara aku belum menunaikan shalat zuhur. Aku pun segera mengambil wudlu setelah memastikan tubuhku benar-benar bersih. Aku mengenakan pakaianku dengan baik di ruangan ini dan memastikan jika pakaianku sudah sopan dan terpasang dengan baik.
Setelah keluar, aku pun melaksanakan salat seraya berdoa dengan sangat khitmat, memohon ampunan kepada Allah atas dosa yang sudah kulakukan tadi. Aku sungguh jijik terhadap diriku sendiri. Aku menangis dan mengadu,tidak peduli dengan Rafa yang terus memerhatikanku. Hal itu tidak mengurangi rasa khusyukku dalam beribadah.
“Sudah selesai, Sayang ... kemarilah, duduk disini bersamaku.” Rafa menawariku duduk di sofa lainnya yang berada tepat di depannya.
Kamar ini cukup besar. Di kamar ini ada tiga buah sofa. Satu sofa besar yang langsung menghadap ke televisi besar yang menempel ke dinding. Dua sofa lainnya berukuran kecil yang menghadap balkon. Kamar ini berada di lantai dua dengan dinding luar terbuat dari full kaca. Di bagian luar ada sebuah balkon, dan di balkon ada sepasang sofa lagi dengan meja persegi di tengahnya. Aku memerhatikan seisi kamar ini dengan sangat detail. Terlebih Rafa memang membuka semua gorden yang menutupi dinding bagian luar hingga aku bisa melihat dengan jelas pemandangan dari luar.
Kembali aku tercenung, bagaimana bisa Rafa memiliki semua ini hanya dalam waktu dua tahun?
“Apa yang kau pikirkan, Sayang? Ke sinilah.” Kembali Rafa menawariku duduk di sofa sebelahnya.
Kali ini Rafa bersikap sangat manis. Dia begitu lembut dan membuatku merasa aman dan damai.
Setelah melipat mukena dan sajadah, aku segera menghampiri Rafa, tak lupa aku mengenakan kerudung yang memang sudah disiapkan Rafa di samping ranjang.
“Ada apa?” Kataku Dingin.
“Aku tau kau tidak menyukai minuman bergula, jadi aku buatkan s**u untukmu, minumlah. Aku sendiri yang membuatnya.” Rafa menawariku segelas s**u hangat. Dan aku pun meminumnya karena aku memang sangat haus.
“Sayang, kamu pasti lapar. Biar aku siapkan makanan. Tenang, kamu adalah ratu di sini, jadi aku sendiri yang akan melayani ratuku.” Rafa tersenyum dan bertingkah konyol. Ia memperagakan adegan kartun seorang pangeran yang menyambut permaisurinya.
Aku tidak mampu menahan tawaku. Sikapnya memang sangat lucu dan menggemaskan.
“Kamu tampak sangat cantik tersenyum seperti itu, Nisa.” Rafa kembali duduk dan menggapai telapak tanganku yang memang kusandarkan pada meja bundar ini. Aku hanya bisa membiarkan. Aku tidak ingin mengambil resiko jika melawan, bisa-bisa dia akan menodaiku lagi.
“Apa yang mau kau sampaikan, Rafa?” aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya, meraih gelas yang masih berisi sedikit s**u. Aku melakukannya agar Rafa tidak curiga jika aku sengaja ingin menghindarinya.
===
======
Hai man teman yang baik, berhubung karena aku nggak sempat menamatkan BHT bulan ini, jadi untuk mencukupkan 100ribu kata aku akan update cerita ini ya karena kebetulan cerita ini sudah aku ketik panjang sebelumnya ... Insyaa Allah bulan depan BHT akan tetap tayang setiap hari bersamaan dengan cerita ini. Lalu apa kabar dengan WJMB? ya Allah, kasihan banget ya di Bambang dan Jukeha, harus dipending lagi, hahaha ...
So, jangan lupa tap love cerita ini ya silahkan menikmati cerita ini secara GRATIS! buat yang belum follow author, please follow dulu dong biar teman-teman bisa mendapatkan notifikasi setiap aku update cerita baru. Makasih, KISS ...