3. Ikan dan Toba

1059 Kata
".........." "Hhh, sebenarnya ini kenapa sih? kenapa aku tiba tiba jadi ikan!" gerutu Sekar merasa sangat kesal, "Hey Toba!" pekik suara pria yang terdengar dari arah jauh. Seketika membuat Sekar terdiam, mulai membaca situasi yang ia alami. Nama yang tidak asing, serta identitas baru yang sesuai dengan kejadian tadi. "J-jangan bilang gara gara aku habis baca dongeng tadi!" "Terus aku kan tidur. Mankanya aku sekarang lagi mimpi jadi ikan?" "Hehe---iya. Ini pasti mimpi, mungkin aku terlalu mendalami cerita sampe kebawa tidur!" sanggah Sekar berusaha menenangkan rasa panik yang menyerang dirinya sendiri. Disisi lain, seorang pria paruh baya tengah berjalan ke arah Toba dengan setumpuk kayu bakar di punggungnya. "Wih, besar sekali ikan tangkapanmu?" sontak pria tadi, melirik bak yang berisi tubuh ikan mas berukuran besar. "Heheh iya. Hari ini lagi untung besar," "Ada apa Pakde?" ujar Toba merendahkan suara. "Aku nitip jaga rumah ya? Ini mau nganterin kayu ke desa sebelah." "Siap Pakde! Tenang saja, masalah rumah serahkan ke saya." sahut Toba tersenyum lebar. "Sip. Ya sudah, pakde lanjut dulu." pamitnya berjalan pergi, begitu juga Toba yang kembali melangkah menuju rumah. "Mm, dialognya sama kayak yang aku baca." "Itu berarti. Ini beneran lagi ngimpi, kalo gitu aku tinggal nunggu dongengnya selesai terus bangun kan?" "Tapi biasanya kalo ngimpi ga terasa nyata kayak ini. Mana mulutku sakit beneran gara gara pancing tadi," gerutu Sekar, menekuk bibir. Selama perjalanan, terasa guncangan yang cukup kuat karena timba yang laki laki itu bawa melewati jalanan berliku. "Jadi gini rasanya jadi ikan? pusing banget woy!" rengek Sekar dalam hati, Detik pun berlalu laki laki itu melangkah masuk ke dalam rumah, diletakkannya timba tadi di bagian dapur. "Kayu bakar sudah habis. Sepertinya di rumah pakde masih tersisa," "Aku akan mengambil dari sana saja dan memasak ikannya." gumam Toba, melangkah pergi. "Aduh, dia udah siap mau masak!" "Kalo menurut cerita, ikannya berubah jadi manusia. Tapi gimana cara berubahnya?" sontak Sekar, berpikir keras. Tanpa sadar memejamkan kedua mata, sebuah mantra muncul dalam benak gadis itu. "Potentia hereditaria conversionis, formam meam in humanam convertens." Seketika setelah mantra tadi terucap dari mulut Sekar, terasa sebuah sengatan listrik yang membuat tubuh ikannya tersentak keluar dari wadah. Menggeliat di atas lantai yang masih beralaskan tanah, setiap udara yang masuk ke dalam rongga mulut membuatnya terasa sesak. Kesadaran gadis itu mulai menghilang, seluruh ruangan dipenuhi dengan kegelapan. ********* Lembab sedikit kasar, terasa sangat nyata gesekan kutikula tubuh dengan beberapa butir pasir. Perlahan Sekar terbelalak, menatap kepalanya yang bersandar pada telapak tangan. "Hah?" beranjak duduk, dengan jelas merasakan setiap inci tubuh sempurna seorang manusia. Menatap sekilas kedua telapak tangan, dan meraba cepat seluruh paras serta beberapa bagian tubuhnya. "B-beneran jadi manusia?!" celetuk Sekar berdiri tegak, berulang kali melompat sambil tersenyum lebar. "Tapi tunggu dulu! Kok bajuku ga berubah?" Sekali lagi gadis itu menunduk, berusaha memastikan kain yang tengah membalut tubuhnya. Celana longgar panjang, serta kaos putih yang sama. "Tuh kan. Ini kan baju yang aku pake habis mandi tadi," sontak Sekar, kakinya melangkah menghadap timba. Sedikit menunduk untuk menatap bayangan dari genangan air, mendapati wajah yang tidak asing. "Lah! kok wajahnya ga berubah?" Sedikit merasa kecewa, padahal dia berharap berpindah ke dalam tubuh seorang wanita cantik yang menjelma menjadi seekor ikan. Berulang kali kedua telapak tangannya menepuk pelan area kutikula wajah. Sekilas mencubit begitu kuat, "Aw, sakit!" rintihnya, "Kan beneran sakit," "Siapa kamu!" pekik suara laki laki yang membuat Sekar tersentak kaget. Berbalik dan menatap dengan jelas rupa Toba yang memakai baju kuno, celana longgar sepanjang lutut serta atasan polos. Namun meski begitu, paras Toba terbilang cukup tampan jika dibandingkan dengan para pria yang Sekar kenal. Meski berkulit sawo matang, dia memiliki manik coklat yang begitu memikat. pandangan Sekar teralih pada bentuk bibir layaknya kuncup bunga,bagaimana bisa seorang pria memiliki bentuk bibir seperti itu. "Hey! siapa kamu?" tegasnya sekali lagi, dengan wajah terkejut. Gadis itu tersadar dari lamunan, berusaha mencari alasan. "Eh Ng..." "Lihat tuh! Atap rumahnya bolong!" sontak Sekar menunjuk ke arah lain, membuat laki laki tadi terkecoh dan menoleh. Disela waktu, dengan cepat Sekar mengucap mantra pembalik untuk bertukar tubuh menjadi ikan. "ade formare!" Byur… Suara percikan dari arah timba membuat Toba berbalik, mencari keberadaan gadis yang tadi ia lihat. "Loh? kapan dia perginya?" gumam Toba menatap sekilas ke arah pintu belakang. "Ganteng banget.." seru Sekar mengingat paras yang terbayang di dalam benak. "Mankanya siluman ikan bisa jatuh cinta sama Toba." "Tapi kalo masih di tubuh asliku, mana mungkin dia jatuh cinta kek cerita di dongeng." Grep.. Jiwa Sekar yang masih berada di dalam tubuh ikan, kembali merasakan guncangan yang begitu kuat. Laki laki tadi, meraih gagang timba dan mulai membawanya ke tempat lain. Terlihat setumpuk kayu bakar yang telah disiapkan, dengan lihai kedua tangan Toba mulai mengupas beberapa bumbu dapur lalu memindahkannya ke dalam wadah. Setelah selesai, dia beralih menatap ikan yang tengah sibuk berenang di dalam timba hitam miliknya. "Eh. Eh! mau diapain nih!" benak Sekar, Menyorot dua telapak tangan yang mengarah ke dalam, mulai mengangkat tubuhnya namun bersikeras gadis itu menggeliat supaya terlepas dari cengkraman Toba. "Hey, kenapa kau tidak bisa diam!" oceh Toba, merasa kewalahan. Meski sulit, dia berhasil mengeluarkan Sekar dan membaringkannya ke atas alas kayu. "Sial! dia benar benar akan menggoreng ku." pikir Sekar, mulai berguling. Tubuh ikan itu terjatuh ke atas lantai dapur yang masih beralas tanah. Gadis itu kesulitan bernafas, sehingga membuat dirinya merasa lemas dan tak dapat untuk meronta. Toba menunduk, menatap kesal ikan yang telah dilumuri tanah. Benar benar merepotkan, tangannya tak segan mengambil sebilah pisau lalu menggorok cepat bagian tubuh ikan itu. Srek.. "Aaaa!" pekik Sekar. Sebatan tajam yang memotong bagian lehernya, rasa sakit begitu menyengat dan menjalar ke seluruh tubuh. Seakan akan semua organ di dalam tubuhnya hancur, sungguh derita yang tidak pernah Sekar alami. Sontak kedua mata gadis itu terbelalak, mendapati dinding putih familiar. Menghela nafas lega sembari melirik sekeliling, tidak salah lagi, Sekar berhasil bangun dari mimpi buruk meski harus menerima semua rasa sakit tadi. "His.." berdesis, reflek mengusap kutikula leher yang masih menyimpan luka pahit dari alam mimpi. Tak sadar, seluruh area wajah dipenuhi dengan cucuran keringat serta linangan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk mata. "Sial, sakit banget." "Huh. tapi syukurlah, mimpinya udah selesai!" Sruk.. Seketika, saat gadis itu beralih posisi untuk meraih ponsel yang ada di laci. Sorot matanya beralih, menemukan beberapa lembar kertas yang berserakan di tempat tidur. "Hah? u-uang?" sontak Sekar, meraih kertas bertuliskan angka. "Kok. Tiba tiba ada uang!" ***Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN