:7:

976 Kata
vony muncul dan langsung mencomot tahu goreng yang ada dalam kotak bekal milik sahabat karibnya sehingga menimbulkan kebisingan di kantin bu ayu siang itu. fay ngomel karena kerakusan sahabatnya yang tidak kenal situasi dan kondisi, karena seharusnya bekal yang diberikan atas permintaan abid pada kakak mereka hanya untuk dirinya.. bekal ini begitu spesial dan penuh dengan cinta. "kakak lo kenapa sih?" tanya vony dan mengabaikan omelan fay "kakak gue ga kenapa-napa, masih pinter kayak yang dulu-dulu" ucap fatih dan kembali pada obrolannya dengan adri. vony yang merasa diabaikan dan sama sekali tidak merasa bersalah atas apapun yang telah ia lakukan pada fay memutuskan untuk memesan soto bu ayu, meninggalkan fay yang sudah mulai tenang walaupun raut tidak ikhlas masih tercetak jelas di wajah bangsawannya. di kehebohan kantin yang makin menjadi karena kehadiran senior mereka yang hari ini mengambil ijazahnya fay merasakan getaran di saku roknya. him: kamu masih mau ngasih harapan palsu ke kakekku? fay menghela nafas gusar. tiap kali orang ini mengiriminya pesan  dia selalu berhasil membuat jantungnya lari ditempat.  baru saja fay ingin memasukkan hapenya kembali ke dalam kantong roknya layar atas benda persegi itu menampilkan 'him is writing' him: minggu ini masa subur kamu kan?  "fu**k" umpat fay saat matanya meneliti pada kata 'subur'. ya, fay sedang sangat-sangat suburnya saat ini, lalu apa?  "bisa juga lo" kekeh adri. fay yang kaget saat seseorang mengamati gerak-geriknya langsung menyembunyikan hapenya. "haha.. gue ini sodaranya preman sekolah, masa iya ga tau apa-apa soal umpat-mengumpat" ucap fay dan mengabaikan getaran yang menandakan ia kembali mendapat pesan baru. dan fay pastikan pesan itu masih berasal dari orang yang sama. pasti. "gue ga sebrutal itu sampe harus dikatain preman ya.. kan dri?" tanya fatih, ia keceplosan memanggil kakaknya dengan kata sapaan gaul miliknya. "kakak balik kelas dulu, kamu jangan sampe adu jotos lagi" "adu jotos sama siapa? abid udah hengkang dari sini" gumam fatih yang masih bisa didengar oleh fay tapi tidak ditanggapi oleh sang kakak. >>>>> tangan kiri fay berhenti mengetik sesuatu, ia meraba-raba keyboard laptopnya dengan sangat pelan. harusnya ia sedang menulis tugas bahasa inggris namun pikirannya buntu. guru bahasa inggris sekolahnya menugaskan fay untuk membuat karangan dengan tema the thing you loved the most , dan masalahnya adalah hal yang sedang sangat disukai fay didunia ini adalah abid.abid belum pulang, bagaimana fay bisa menyelesaikan tugasnya? rumah juga sedang kosong melompong entah kemana semua orang pergi. sepersekian detik fay melihat buku rekening yang sengaja ia selipkan diantara buku kimia miliknya. perasaan fay langsung tak menentu. gadis yang sangat tidak suka dengan aroma tanah sehabis hujan itu meraih buku kecil itu dengan tangan kirinya yang tadi digunakan untuk mengelus-elus keyboard laptopnya. dua ratus enam puluh juta. itu saldo yang tertera disana dan fay yakin saat ini sudah menjadi dua ratus tujuh puluh juta karena bulan ini terhitung dua puluh tujuh bulan ia mengenal seorang kakek kaya raya. dan ini sudah bulan ke dua ia selalu mencari-cari alasan agar tidak bertemu dengan sang kakek ataupun cucu laki-lakinya. "kenapa aku harus dikasihi setulus ini kek?" tanya fay sambil meraba nominal saldonya. . . "aah.. kangen abid" ucap fay cemberut dan membuang nafas kasar 'kita tidak merindukan apa yang tidak kita miliki' suara itu tiba-tiba saja terngiang di telinga fay , suara yang sering membuat asanya padam akan abid. ya, orang yang mengatakan kalimat itu adalah orang yang sama yang ingin fay hindari. orang pertama yang mampu menyindirnya di tempat yang tepat. katanya, : kita tidak merindukan apa yang tidak kita miliki, itu hanya rasa ingin sesaat. jadi hati-hati menggunakan kata rindu. "bohong! buktinya aku bisa kangen sama abid meskipun dia belum jadi milikku"  fay terkesiap saat terdengar pintu utama dihempaskan. ia tau itu pasti abid karena hanya pria itu dirumah ini yang punya kebiasaan agak bar-bar, terkadang. fay segera menyembunyikan harta karunnya itu ke dalam laci samping kanan meja belajarnya dan berlari menuju  abid. ia akan mengatakan dengan ceria bahwa ia melahap semua bekalnya. lari fay makin memelan di seperempat tangga terakhir karena ia melihat apa yang tidak pernah ada dalam pikiran liarnya sekalipun. kaki gadis itu gemetar tapi ia tetap mendekat guna meyakinkan bahwa ia hanya salah lihat. berharap semua yang tersaji didepannya hanya ilusi. namun semakin dekat , suara kecapan itu makin terdengar jelas. dengan tatapan kosongnya fay melempar hapenya ke figura besar tepat di dinding tempat abid memerangkap karina. bunyi pecahan kaca dan bunyi jatuhnya pecahan kaca itu ke lantai membuat kedua orang itu saling melepaskan diri. "aa.. ini fay yang kemaren aku cerita" ucap abid menggaruk tengkuknya, mengabaikan raut fay yang tampak sudah sangat siap untuk menangis. "sepupu kamu ca-cantik" ucap si cewek yang sudah sangat malu. kenapa malu? karena ketahuan murahannya? ucap batin fay "a-ada apa fay?" tanya abid gugup. masih tanya ada apa? si jenius ga mikir ya kenapa fay merusak foto keluarga mereka? "cuma mau bilang.. kalo aku makan semua bekalnya" fay menengadah dan mengedip-ngedipkan matanya agar air matanya tidak tumpah. keheningan itu sirna karena hape yang tadi sudah menghantam figura dan juga lantai berdering. benda itu tidak rusak, ia tidak ingin membiarkan tuannya rugi dua kali. biarlah hati tuannya saja yang rusak melihat bagaimana abid memagut seorang perempuan. fay tidak bergeming, ia tetap pada posisinya dengan kedua tangan yang terkepal. abid berinisiatif mengambilkan hape fay dan melihat 'him's calling' . abid sampai didepan fay dan mengulurkan hape gadis itu namun tidak ada respon. saat abid ingin meraih kepalan tangan fay, gadis itu mundur.. tak ingin disentuh. ia mengambil hapenya dan segera berbalik menjauh. "kamu bisa serius ga?" tanya orang itu galak "b-bisa, kapan? aku siap kapanpun" "syukurlah.. besok?" "lusa" ucap fay menahan perih hatinya "deal" "tapi den.. rahasiakan ini dari keluargaku biar aku yang urus restu ayah, mama,papa dan om ku" "iya.. dan biasakan memanggil nama lengkapku karena aku tidak mau kamu dianggap pembantuku" kekeh cowok itu karena saat fay memanggilnya 'den' seakan-akan fay sedang memanggil 'aden' "hm.." gumam fay menyembunyikan isak
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN