Menjadi Papanya

1754 Kata
Han Min hanya berdiri mengawasi Linda yang menyendokkan nasi untuk Dimei. Dimei hanya pasrah disendokin nasi karena dia tidak berani menolak. Jadi dia akan memakan nasinya lagi dengan pelan , padahal perutnya sudah kenyang. Linda sambil menyendok nasi berbicara dengan wajah penuh senyum “ Papa kok belum naik dari bawah? Pasti hari ini banyak customer, jadi papa sibuk hitungin uangnya dan dimasukin ke brankas” ‘Itu papa” Kata Dimei menunjuk Han Min . Han Min mendelikkan matanya marah. “ Papa! Ayo makan” Sambut Linda sambil menggandeng tangan Han Min untuk duduk di sampingnya. Han Min juga tidak kuasa menolak ajakan Linda. Saat ini Linda pasti berada dalam fase denial ( Jenis mekanisme pertahanan yang melibatkan pengabaian realitas situasi untuk menghindari rasa sakit mendalam akibat trauma) Dia membuat suatu kondisi sebelum tragedy terjadi. Dia beranggapan Han Min dan Dimei adalah keluarganya. Dimei adalah adiknya dan Han Min adalah ayahnya. Linda lagi berusaha memanipulasi otaknya dengan memendam semua kejadian yang membuatnya sangat terluka. “ Mama mana, Pa?” Tanya Linda ke Han Min sambil menyendokkan nasi untuk Han Min. Han Min dan Dimei saling melirik karena takut salah menjawab. Beberapa saat kemudian, Linda yang menjawab sendiri. “ Ohh. Aku lupa, mama lagi pulang kampung lihat pho-pho ( Panggilan nenek dalam dialek Chinese khek) di Singkawang. Makanya hari ini Linda yang menggantikan tugas mama, menyendokkan nasi untuk papa dan adikku tersayang” Kata Linda tersenyum memandang kedua orang yang hanya bisa diam seribu bahasa dan makan dengan perlahan . Linda memandang Han Min dengan tatapan bangga seorang anak gadis pada ayahnya. “ Papa pasti capek ya, jaga toko seharian nggak ada yang bantuin. Maaf ya, Linda masih banyak kegiatan di sekolah. Tapi sebentar lagi Linda lulus SMA, Linda akan siap membantu papa jaga toko. Linda kuliah ekonomi aja di Untar ( Universitas Tarumanegara) karena kalau mau masuk UI pasti nggak mungkin bisa, Susah kan Pa, untuk nama-nama berbau Chinese seperti kita kalau mau lolos PTN ( Perguruan Tinggi Negri )” Kata Linda sambil menyuap nasi ke mulutnya dan makan dengan lahap. Memang zaman Linda SMA di tahun 90 an , ada jatah untuk masuk perguruan tinggi Negri bagi WNI keturunan china dan itu sudah menjadi rahasia umum. Dulu itu sebagai kaum minoritas, banyak yang tidak bisa WNI keturunan china lakukan karena kami masih dianggap warga kelas dua. Kami juga tidak bebas belajar bahasa mandarin seperti sekarang ini. Bahasa mandarin harus dipelajari sembunyi-sembunyi. Perayaan imlek juga tidak boleh dirayakan. Nama yang berbau China juga harus diganti menjadi nama Indonesia. Papa Han Min aja yang ngeyel nggak mau merubah nama Han Min menjadi nama berbau Indonesia. Katanya nama mereka sudah disusun hierarkhi nya dari nenek moyang mereka di daratan China. Lim untuk Marga. Han adalah keturunan dari urutan ke 7 dari silsilah klan Lim dan Min adalah namanya. Ayah Han Min bilang meskipun mereka sudah berkewarganegaraan Indonesia dan kecintaan mereka pada Indonesia tidak usah diragukan tapi masalah nama tidak boleh diganti karena itu sudah di wariskan dan dipesan secara turun menurun oleh nenek moyang mereka . Tujuannya agar semua tetap ingat asal usulnya,ingat nenek moyangnya meskipun semua keturunan klan Lim sudah tersebar di berbagai negara. Jadi kalau suatu saat ada pertemuan marga Lim se dunia, dengan melihat urutan nama kedua saja , sudah diketahui mereka dari generasi keturunan yang ke berapa. Han Min menatap Linda dengan iba, Kasihan dia,harus mengubur cita-citanya kepingin masuk UI hanya karena namanya berbau cina. Kata Papa Han Min, dulu malah ada kode di KTP mereka, kalau untuk Warga Negara Indonesia keturunan China KTP nya dimulai dengan angka 3. Untuk urus paspor, WNI Keturunan China harus membawa berlembar-lembar surat dari surat SKBRI ( Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia) dari Kakek, nenek sampai nenek moyang juga harus dibawa, surat ganti nama dan semua surat-surat yang jelimet banyaknya. Tidak seperti sekarang, cukup bawa KTP dan Kartu keluarga saja. Kalau dulu repot sekali untuk mengurus surat-surat bagi WNI keturunan China. Han Min tidak terlalu ingat prosesnya. Tapi dia tahu memang susah, kalau mau memperpanjang paspor, mamanya harus ke safe deposit box untuk mengeluarkan semua surat—surat asli milik mereka. Zaman sebelum reformasi itu , memang WNI Keturunan china masih dianggap sebagai warga kelas dua. Tapi semua itu berubah setelah reformasi tahun 1998 . Semuanya menjadi semakin baik. Indonesia sekarang tidak lagi memandang perbedaan antara WNI keturunan atau WNI Asli. Istilah pribumi dan non pribumi saja sudah dihapus , dan hal ini tertuang dalam UU No 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis. Sekarang Indonesia sudah menjadi negara yang lebih nyaman untuk ditinggali semua golongan, etnis dan ras. Tapi Linda tidak tahu itu karena dia sudah meninggalkan Indonesia selama dua puluh tahun dengan membawa luka yang begitu mendalam dalam di hatinya . Han Min, Linda dan Dimei makan dalam diam. Linda tampak sangat menikmati makanan yang dimasak oleh mama Han Min yang sekarang sudah beristirahat di kamarnya. Selesai makan, Linda merapikan piring Han Min dan Dimei lalu dibawanya ke dapur bersih di belakang meja makan. “ Tidak usah di cuci.Besok aja baru dicuci, Lin”Kata Han Min. ‘ Iya Pa. Linda kepingin tidur bareng sama papa hari ini, kan nggak ada mama. Yuk Mei ! Hari ini kita tidur bareng papa” Kata Linda manja. Han Min kaget dan menatap Dimei anaknya kebingungan. Dimei tertawa tertahan. Ini kesempatan yang baik untuk menggoda papanya yang dari tadi tidak berani mengangkat kepalanya memandang ke arah Linda. Papanya pasti sangat malu pada Dimei. Papa nya yang biasa cool saja ketika melihat tante Famina yang selalu hadir di rumah mereka dengan alasan mengantarkan kue tapi sebenarnya lagi ingin PDKT ke papanya. Tapi kali ini, sepertinya papanya lagi jatuh cinta. Mukanya dari tadi memerah karena melihat tante Linda dengan baju tidur sexy nya. Dimei memutuskan untuk mengikuti ajakan Tante Linda yang lagi kembali menjadi Linda remaja dan ingin mereka tidur bareng dengan papanya. “ Yuk Ci. Kita tidur bareng papa saja hari ini.Mumpung mama lagi nggak ada.Jadi kita bisa manja-manjaan sama papa kita tersayang” Kata Dimei dan Han Min langsung melototkan matanya “ Yuk dong Pa. Biasanya papa suka tidur bareng kita kalau mama tidak ada. Biasanya papa suka ngelus-ngelus punggung kita sampai kita terlelap. Awas ya kalau papa tidur duluan! ” Kata Linda sambil menggandeng tangan Han Min . Han Min tak berkutik. Dia tidak ingin Linda terkejut. Fase denial ini harus Linda lewati dulu agar saat dia tersadar dia tidak shock berat. Terpaksa dia mengikuti Linda dan Dimei naik ke lantai dua menuju kamarnya. Kamar Han Min sangat luas, dengan jacuzzi besar yang terletak di balkon open air. Dari balkon itu, bisa langsung memandang ke laut di Ancol dan kapal-kapal yang bersandar di Marina Ancol. Han Min kalau lagi stress suka sekali berendam di jacuzzi itu sambil mendengarkan lagu-lagu jazz kesayangannya. Linda memandang berkeliling kamar mewah itu tapi tidak sedikitpun dia curiga. Pasti dalam bayangan di otaknya visual yang ditampilkan adalah kamar papa mamanya dulu , bukan kamar mewah Han Min ini. Linda langsung meloncat ke tempat tidur dan berbaring dengan nyaman. “ Yuk Mei, Papa. Ayo lekas bobok. Besok pagi , papa harus bangun pagi untuk jalan pagi dulu dan kita juga harus sekolah” Kata Linda sambil menepuk-nepuk kasur disampingnya. Dimei mengambil tempat di tengah-tengah karena dia tahu papanya pasti akan sungkan bila tidur di samping Linda. Tapi belum sempat Dimei meletakkan kepalanya di bantal. Linda sudah menjerit kencang. “ Mei.. ! Papa yang tidur di tengah ! Enak aja kamu , mau papa hanya memelukmu. Biasanya papa itu memeluk kita berdua dengan tangannya yang dibentangkan menjadi bantal kita. Ayo Pa!” Kata Linda dengan suara memerintah. Dimei tidak bisa menahan tawanya sekarang. Dia terkekeh-kekeh tapi tanpa bersuara hanya bahunya yang berguncang-guncang. Han Min semakin melotot melihat anak perempuannya, tapi sekali lagi dia tidak berkutik . Perlahan dan salah tingkah, Han Min menempatkan dirinya di bagian tengah dari tempat tidur itu. Membentangkan tangannya lurus ke samping kiri kanan. Dan Linda tanpa diperintah langsung meringkuk di dadanya, Han Min yang bidang, sambil memeluk perutnya manja. Dimei makin tertawa sampai mengeluarkan air mata. Han Min mukanya semakin merah padam. “Mei! Ayo tidur jangan main melulu. Besok terlambat bangun, baru tau rasa” . Hardik Linda ibarat kakak yang marah pada adiknya. Dimei pun meletakkan kepalanya ke tempat tidur dan menjadikan tangan papanya sebagai bantal. Dari dia kecil, ini adalah pertama kalinya dia bermanja-manja seperti ini dengan papanya. Dia tahu papanya Han Min sangat menyayangi dirinya, tapi Han Min tidak pernah menunjukkannya rasa sayangnya dengan memeluknya atau mengelusnya. Dimei bisa mengerti karena papanya itu tidak tahu bagaimana menjadi seorang ayah yang menyayangi karena mamanya meninggal satu bulan setelah Dimei lahir, dan Dimei itu lebih banyak diasuh neneknya makanya dia tidak terlalu dekat dengan ayahnya. Gerakan sayang yang ditujukan ayahnya kepada Dimei hanya mengacak-acak rambut pendeknya, selain itu tidak ada. Mana ada pelukan seperti yang Linda lakukan kepada ayahnya ini. Pasti hubungan Linda dengan ayahnya sangat dekat sehingga bisa dengan nyaman memeluk ayahnya saat tidur. Kalau Dimei saat ini aja masih canggung karena seumur hidupnya yang 20 tahun ini tidak pernah sekalipun dia tidur bareng dengan ayahnya. Inilah yang pertama kali dan semua itu berkat Tante Linda. Dalam hati Dimei dia senang, lalu dia mengikuti gaya tidur Linda yang menyungsep dibawah ketiak Han Min dan memeluk perut ayahnya. Han Min yang dipeluk dua gadis ini diam tak berani bergerak. Nafasnya memburu tak teratur. Dia tidak berani memandang sedikitpun ke arah Linda. Karena bila dia memandang ke sana, pandangannya langsung akan ke payudaranya, Linda yang menyembul keluar setengah dan terlihat penuh, membuncah dari bajunya. Itu membuat Han Min berulang kali menelan ludah dan menarik nafasnya untuk meredakan debaran di hatinya. Han Min memutuskan untuk membalik kepalanya ke anak gadisnya saja, Dimei. Yang sekarang tampak memejamkan mata, sambil meringkuk dan memeluk erat Han Min. Ada rasa bersalah dalam diri Han Min , karena selama ini tidak pernah menunjukan ekspresi kasih sayang kepada Dimei dengan memeluknya seperti yang dilakukan almarhum ayah Linda. Han Min tidak tahu bagaimana menjadi seorang ayah yang hangat. Selama ini Dimei diasuh oleh mamanya dan Han Min sibuk dengan pekerjaannya. Kalau dia pulang dia bahkan hanya akan menepuk-nepuk kepala Dimei yang sedang mengerjakan PR saat dia masih kecil, bertambah besar tidak ada lagi sentuhan-sentuhan dari Han Min untuk Dimei, paling hanya mengacak-acak rambut pendeknya. Tidak pernah sekalipun Han Min memeluknya seperti sekarang ini. Tiba-tiba Han Min merasa dingin di pipinya , ternyata itu Linda yang sedang mencium pipinya dan mengucapkan. “ Good night Pa. I love you” Lalu Linda menutup matanya dan terlelap. Wajah Han Min semakin memerah dan Dimei semakin tertawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN