Bab 10

1995 Kata
Mungkin kau tidak tahu, tapi keluarga tidak selamanya tentang hubungan darah. | | | St. Giles, Morgan Dell Apartemen London—Inggris. 12:45 Ash menghentikan mobil yang dikendarai  nya setelah tiba di  pelataran parkir sebuah apartemen di lingkungan St. Giles. Menatap salah satu bangunan yang terlihat biasa dari pada bangunan lain yang berdiri megah di daerah itu, hingga kesan kumuh pun tersemat untuk bangunan tersebut. Neo sedikit membuka kaca jendela di sisinya untuk melihat bagai mana sebuah apartemen yang ada di antara jajaran bangunan mewah di sisi-sisi nya membuat bangunan itu sangat kumuh dan mengerikan. Dengan keadaan seperti itu, jelas saja Neo mengernyitkan dahinya sambil mendengus liar mempertanyakan kebenaran yang ada di hadapan nya sekarang pada orang yang membawa nya kemari.             “Kenapa kau tidak pernah mengatakan kalau dia ada di sini?” Neo bersuara,  “berada sangat dekat denganku?”  lanjut nya dengan nada dingin sambil menatap tajam tepat ke arah Ash melalui spion atas, di mana Ash dapat melihat dengan jelas tatapan mengerikan yang tertuju ke arah nya. Hanya saja Ash mengabaikan kemarahan itu dan membalasnya dengan sebuah senyum hambar yang seolah tak pernah melihat kalau ada kemarahan apa pun yang di keluarkan sang majikan untuk nya.             “Anda tahu di mana anda bisa menemukannya, tuan.“ Ash menjawab untuk hal yang tidak di tanyakan oleh Neo.             “Aku akan membuat perhitungan dengan mu setelah ini.” Tambah Neo untuk kekesalan nya pada Ash.             Masih tak mengalih kan pandangan nya sedetik pun dari Ash, Neo melihat bagai mana wajah pria dengan sepasang mata keemasan yang sangat indah itu tidak menunjukan perubahan yang signifikan, bahkan wajah yang selalu dia lihat tak pernah melepaskan senyuman  itu seperti tidak menunjukan  rasa bersalah yang ada pada nya.             Wajah pria itu seperti paras yang menyerupai malaikat namun berada terlalu dekat dengan neraka.             Semalam .... Setelah mendengar percakapan Ash dengan Nana. Neo  meminta Ash mencari beberapa informasi lain yang pelayan nya itu ketahui mengenai gadis yang di bawa nya.  Menolak? Tentu saja tidak, apa pun yang di inginkan Neo adalah mutlak menjadi hal yang harus di penuhi oleh Ash seperti apa pun keadaan nya.             Dengan susah payah dan nyaris tidak tidur semalaman hanya untuk mendapatkan keinginan majikan nya tersebut, pagi ini Ash kembali datang pada Neo membawa beberapa berkas, sebuah laporan yang sudah dia kumpulkan dan dia susun sedemikian rupa agar mudah di baca oleh Neo.             Hanya saja bukan ucapan terima kasih yang di dapatkan oleh Ash untuk pekerjaan yang sudah dia lakukan, melainkan sebuah makian dan amarah yang meluap sangat besar.  Entah jika mereka tidak tinggal di puncak South Bank Tower mungkin tetangga mereka yang rumah nya hanya berjarak beberapa ratus meter sudah akan saling berbisik tentang keributan yang dibuat Neo pagi itu. Tapi tidak dengan Nana, karena lelah dan tidak terlalu peduli dengan masalah orang-orang di tempat dia tinggal sekarang, Nana hanya terbangun sebentar karena kaget dengan teriakan Neo lalu kembali tidur setelah kekacauan sedikit menghilang dari sana.             “Kenapa kau tidak bilang kalau dia ada di sini? Di London?”  hardik Neo sambil melempar berkas-berkas yang dia dapat dari Ash tepat ke wajah pelayannya itu.    Akankah Ash melawan perlakuan Neo padanya? Tidak, seburuk apa pun perlakuan Neo pada nya, Ash tidak pernah melawan satu kali pun.             “Dua puluh delapan tahun aku mencarinya, dan ternyata dia ada di sini?”  Neo masih tak menurunkan nada tinggi yang ia gunakan di depan Ash, “selama ini apa saja yang kau lakukan?”             Mendengar Neo membentak nya untuk pekerjaan yang tidak sesuai keinginan nya, mungkin sudah jadi hal yang sangat biasa bagi Ash. Bisa saja dia ikut memaki dan menjawab setiap kalimat yang ke luar dari mulut Neo menggunakan nada yang sama, tapi tentu saja tidak dia lakukan.  Ash memilih mempertahan kan senyum di wajah nya dan tetap menjawab menggunakan nada setenang yang dia miliki.             “Mereka datang kembali ke Inggris setahun yang lalu, setelah sebelum nya mereka juga berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Begitu pula dengan negara. Selama dua puluh delapan tahun terakhir, mereka tidak pernah menetap di satu negara lebih dari dua tahun, dan beberapa bulan terhitung untuk mereka menetap pada satu kota.”             “Omong kosong!” bentak Neo dengan nada sangat tinggi, setengah berteriak. “Informasi terakhir yang saya dapatkan adalah; empat tahun lalu saat mereka meninggalkan Peru menuju ke Nigeria, saat Christina Al Rasyid bangun dari kom—“ kalimat Ash terpotong saat kerah kemeja milik nya di cengkeram oleh Neo. Membuat jarak mereka terkikis meninggalkan geretakkan gigi Neo yang terdengar sangat nyaring di pendengaran nya.  “Siapkan mobil sekarang dan bawa aku ke sana.”             Ash mungkin tidak dapat menebak emosi Neo akan berakhir di mana, tapi majikan nya itu tetap tidak dapat menyembunyikan apa pun dari nya. Semua hal, bahkan yang tersembunyi di balik hatinya pun dapat dengan mudah Ash ketahui.             Dan setelah semua keributan itu, di sini lah mereka sekarang. Di pelataran parkir sebuah bangunan apartemen kumuh.             Merasa tugas nya sudah selesai, Ash memilih ke luar dari dalam mobil, membuka kan pintu untuk Neo, kemudian membungkuk kan badannya di hadapan pria itu, seperti yang selalu dia lakukan untuk menunjukan rasa hormat nya pada Neo.             “Semoga hari anda menyenangkan, tuan. Saya akan menjemput anda dua jam setelah ini.”               Ash hanya membungkuk sebelum dia kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tuan nya itu sendirian di sana. ₪  ₪  ₪ Satu hal yang ada di benak Neo sekarang adalah .... JOROK! Berkali-kali Neo melihat alamat yang di berikan Ash padanya sebelum pelayan nya itu pergi untuk membiarkan dirinya sendirian di sana. Morgan Del Apartement No.248. Cukup lama Neo berdiri di depan pintu masuk, bolak-balik memperhatikan selembar kertas bertuliskan alamat yang ditulis tangan oleh Ash, juga pintu yang ada di hadapan nya.  Bukan karena dia tidak percaya kalau dia akan bertemu dengan orang yang dia cari selama dua puluh delapan tahun di balik pintu tersebut. Tapi..., Benarkah orang itu ada di tempat seperti ini? Di tempat yang bahkan kulit bagian luar pintunya terlihat sudah mengelupas dan sangat lapuk ini?  Dinding yang membatasi tiap sekat-nya pun terlihat lembab dan sedikit mengeluarkan embun yang memberikan bercak basah.  Tak jauh berbeda dengan dinding nya, lantai di bawah kaki Neo pun terlihat sudah retak di beberapa bagian, bahkan dalam perjalanan kemari pun Neo menemukan bagian dari ubin-ubin itu menghilang dan menyisakan semen yang nyaris berubah menjadi pasir. Merasa tak harus menunggu apa pun lagi untuk mengetahui kalau di tempat inilah orang yang dia cari berada, Neo akhir nya mengetuk pintu apartemen itu beberapa kali, menunggu beberapa lama hingga akhir nya pintu itu dibuka oleh seseorang. Seseorang dengan kulit putih pucat yang indah. Rambut perak panjang nya tergerai dan menyentuh tangan lembut.  Rambut yang sangat Neo rindukan. Saat pemilik rumah itu mulai membuka pintunya perlahan, perlahan pula Neo dapat melihat bagai mana wajah cantik yang dia rindukan menatapnya dalam ke hampaan. “Tidak biasa nya kau mengetuk pintu? Apa kau kehilangan kunci mu?” tanya gadis itu tiba-tiba setelah dia membuka pintu dan menatap ke arah Neo namun sepasang matanya tidak benar-benar menatap pria itu. Tak ada jawaban, membuat sepasang alis gadis ini tetaut, “Hetshin...?” ucap gadis itu ragu sambil mencoba menutup hidung nya dengan tangan pucat yang nyaris terbalut ujung lengan baju yang kebesaran. Neo mendelik saat nama itu dia sebut. Nama dari orang yang sangat dia benci seumur hidup nya.  Tanpa mengatakan apa pun, Neo membuka pintu itu lebar-lebar. Membuka akses lebih agar dia bisa masuk ke dalam rumah yang di huni oleh gadis yang dia kenal sebagai Dere. Gadis yang dia cari selama ini kini ada di depan matanya. “Si—siapa kau?” tanyanya tak yakin, “pergi! pergi dari sini!” usirnya masih mencoba menutup mulut dan hidung nya dengan tangan. Entah apa yang terjadi? gadis itu sedang mencoba menutup indra penciuman nya dari sesuatu. Tapi kenapa? Apa Neo sangat bau hingga dia menutup hidung nya? “K—kau, pergilah!” usir nya lagi kemudian mencoba menutup pintu tersebut, tapi dengan cepat Neo menahan nya dengan ujung sepatu yang dia pakai. “Ja—jangan macam-macam kau! Ke luar dari sini atau kau akan dapat masalah jika Hetshin kem—“ “Biarkan dia datang, kebetulan aku rindu ingin memukul wajah nya.” Jawab Neo lantas menutup pintu itu rapat-rapat kemudian menguncinya dari dalam. “Ke—kenapa kau mengunci pintu?!” tanya Dere panik masih bergerak mundur ke belakang, ketakutan menguasai nya dan dia tidak ingin orang yang masuk ke dalam rumah nya ini malah mencelakai nya, “Pergi! ku mohon! pergilah dari sini sebelum aku teria—“ “Kau mau teriak?” Neo menyela, “kalau begitu teriaklah, di tempat seperti ini tidak  ada yang peduli pada teriakan mu?” “Ap—“ Dere tidak bisa berkata apa pun, ucapan orang asing di hadapan nya sekarang ini memang benar. Bagai mana dia bisa berteriak sementara orang-orang di sini tidak peduli pada apa pun kecuali diri mereka sendiri. “Kau benar-benar sudah melupakan ku?”  satu pertanyaan Neo berhasil membuat Dere semakin kebingunan,  sepasang mata tanpa cahaya kehidupan milik nya terlihat gusar, melirik sembarang seperti mencari sebuah jawaban. Sementara Neo, hanya bisa diam dengan wajah datar, “jadi kau benar-benar sudah lupa pada ku?” Tak ada jawaban, gadis itu masih tetap menutup hidung nya dengan tangan. Sama seperti yang dilakukan gadis itu, tak ada kalimat apa pun yang ke luar dari mulut Neo.  Hidup terpisah selama dua puluh delapan tahun benar-benar membuat Dere melupakan siapa dia. Seolah waktu seperti memaksa gadis ini untuk menghapus ingatan tetang nya secara paksa. Dan juga ... apa-apaan tempat ini?  kumuh, kotor dan tidak beraturan. Bukan hanya di bagian luar nya saja yang tidak terurus, bahkan perabotan yang ada di dalam apartemen ini pun sangat sedikit, beberapa di antaranya bahkan sudah rusak dan tak layak pakai. Dia pikir setelah Hetshin membawa Dere pergi darinya, pria itu akan memberikan kehidupan yang layak pada gadis ini, tapi nyatanya tidak.   Hetshin malah membuat kehidupan gadis nya semakin buruk. Bahkan Hetshin sama sekali tidak memberikan pakaian yang layak untuk gadis itu kenakan. Neo bergerak mendekati tubuh yang jauh lebih kecil darinya, mengikis jarak di antara mereka dan merangkul pinggang kurus Dere yang hanya dibalut kemeja berwarna gelap kebesaran.  Mendapat perlakuan seperti itu dari Neo tentu saja Dere panik, dia berusaha melepaskan tangan Neo darinya tapi, tangan Neo malah melingkar semakin erat. Bukan hanya perlakuan Neo yang tidak dia sukai, tapi juga bau parfum yang dipakai Neo membuat kepala nya seperti berputar karena pusing. Sungguh, parfum yang digunakan Neo sangat menyengat dan aroma nya sangat tidak sedap di hidung Dere. “Pernahkah kau bermain lebih dari sebuah ciuman dengan nya?”    tanya Neo membuyarkan kegelisahan Dere, dan membuat kegelisahan lain yang membuat nya tidak nyaman. “Siapa yang kau maksud?” “Pria yang yang kau sebutkan nama nya tadi.” Tak ada jawaban, Dere hanya diam. Menatap kaku ke arah Neo namun tetap saja, tatapan itu tidak benar-benar tertuju padanya.  “Kau...?” Kalimat Dere kembali terhenti saat bibir Neo membungkam nya dengan sebuah ciuman. Membawa gadis berambut perak itu ke dalam pelukan dan ciuman yang dalam. Ke dalam ciuman yang membuai Neo pada sebuah kerinduan yang tidak akan pernah bisa dia ungkapkan betapa jutaan waktu terbuang hanya untuk merindukan nya, bahkan ratusan kantung tinta terbuang membekas untuk menuliskan namanya, ribuan kalimat telah terucap hampa hanya untuk mengungkapkan betapa dia ingin bertemu dengan nya. Membuat nya seperti pesakitan dalam tubuh sehat, dengan jutaan rasa cinta yang terbang menghilang bagai uap yang berubah embun di pagi hari. Perlahan ... Neo melepaskan ciuman mereka, sepasang mata mereka bertemu, tapi Neo sama sekali tidak melihat hal yang sama di mata Dere. Kerinduan yang sama yang dia rasakan seperti tak nampak pada sepasang mata kelabu tanpa cahaya kehidupan itu. Di sana, tidak ada dirinya ... tak ada sedikitpun tentangnya. “Kau ... sudah melakukan sebuah kesalahan...,” ucap Dere setengah bergumam, tapi kalimat yang sangat pelan itu bisa dengan mudah di dengar oleh Neo, hingga ia menjawab, “...kesalahan ku sudah ku lakukan sejak aku membiarkan mu dibawa pergi oleh Hetshin.” _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN