Bab 11

1107 Kata
Saat dunia tak lagi bersama mu, ingatlah kalau aku masih akan tetap berdiri di sini. | | | South Bank Tower. London—Inggris. 19:55   Kaki jenjang milik Nana dia ayunkan, membuat kecipak air yang membuat riak-riak kecil di atas kolam. Hari ini, Neo dan Ash meninggalkan rumah, dia kembali disuruh Ash untuk mengawasi Christina. Tapi apa yang harus dia lakukan? Akhir nya dia hanya kembali ke toko kue di West End, dan kembali menemukan Christina sedang duduk di bangku yang sama seperti kemarin dia duduk, memakan makanan yang sama kemudian pergi ke toko buku di sebelah nya, setelah itu dia pergi ke sebuah Mall dan dia tidak dapat mengikuti nya lagi karena di sana, kakak nya selalu berada di dekat Christina dan tentu saja itu mengacaukan segala nya. Membuat nya harus kembali tanpa informasi apa pun yang dia dapatkan. Entah apa yang di inginkan orang-orang ini dengan menyuruh nya mengawasi anak majikan kakak nya tersebut, tapi apa pun itu, keinginan Ash benar-benar membuat nya nyaris mati. Sama persis seperti yang pria itu katakan kalau taruhan dari pekerjaan nya kali ini adalah nyawa nya sendiri.             Hari ini, dan bertemu dengan sang kakak di mana pun gadis itu berada, membuat nya seperti memacu kerja jantung nya lima kali lebih cepat.  Tentu saja, karena kakak nya — Hetshin — hanya tahu kalau dia tidak pulang ke rumah mereka dan bukan nya bekerja sebagai bodyguard pada ke luarga Vastal Hendrick Al Rasyid. Dan jika kakak nya tahu, Nana yakin kalau kakak nya tidak akan pernah memafkan nya.             Ya, Vastar Hendrick Al Rasyid adalah seorang pengusaha berlian yang menguasai 98% pasar berlian dunia dan hanya memiliki satu orang anak yang harus d ijaga, agar anak gadisnya itu tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, dan sang kakak adalah orang kepercayaan Vastar Al Rasyid untuk melakukan hal tersebut. Satu-satu nya orang yang dipercaya untuk menjaga anak gadis nya.  Bahkan yang Nana ingat, kakak nya sudah menjaga anak gadis Vastar Al Rasyid sejak dia bangun dari koma panjang nya.             Ya, sebuah koma yang sangat panjang. Tujuh belas tahun.             Nana tidak pernah tahu kenapa Christina bisa koma selama hampir tujuh belas tahun seperti itu, tapi yang Nana dengar dari kakak nya adalah Christina mengalami trauma yang menyakitkan hingga membuat otak nya menolak untuk sadarkan diri.             Alasan yang tidak pernah dia bisa dia terima oleh akal sehatnya begitu saja. Sebuah trauma saja tidak mungkin membuat otak seseorang menolak untuk  bangkit dari alam bawah sadar nya. Mungkin ada sesuatu yang jauh lebih parah dari itu yang membuat Christina tidak bisa sadarkan diri selama belasan tahun tapi Nana tidak peduli, alasan apa pun yang menyebabkan Christina bisa sampai demikian, bukan urusannya dan dia tidak perlu mengetahui alasan kenapa anak gadis satu-satu nya dari seorang Vastar Al Rasyid bisa sampai seperti itu.             Dan sial nya, bukan hanya kakak nya yang akan membunuh nya untuk pekerjaan ini, tapi juga Christina yang dia yakin akan ikut ambil bagian karena sejak dia bangun dari koma panjang nya, Nana lah yang selalu menjadi teman nya. Tapi sekarang, lihat dia ... dia malah menjadi seperti musuh dalam selimut. Meski pun Nana yakin kalau Ash memintanya mengumpulkan semua informasi mengenai Christina adalah karena Neo Arguandral menyukai wanita itu, namun ketakutan nya lebih besar dari rasa senang nya tentang hal tersebut.             “Apa yang harus ku katakan pada kakak kalau dia pulang dan tidak menemukan ku di rumah lagi hari ini?”             Nana berhenti memainkan kaki nya di dalam air. Dia membiarkan kaki yang hanya di balut celana pendek itu terendam sebagian di dalam air dingin kolam yang masih beriak karena ulah nya barusan.             Saat dia menongakkan kepala nya ke atas, Nana dapat melihat kalau langit terasa begitu dekat dengan nya, gemerlap bintang di atas sana seperti kemilau lampu kerlap-kerlip yang sering dia lihat di toko-toko saat natal datang.             Natal dan malam-malam menyakitkan yang tidak pernah bisa dia lupakan ....             “Lepaskan aku!”             Nana tersentak kaget saat suara teriakan seorang gadis menggema di dalam Penthouse sepi itu. Spontan Nana mengeluarkan kaki nya dari dalam air untuk melihat apa yang terjadi di dalam rumah yang hanya dia di sana.             “Lepaskan aku! ku bilang lepaskan aku!”  lagi. Suara itu terdengar di telinga Nana, suara yang rasanya sangat familiar dan sama sekali tidak bisa dia abaikan.             Nana mempercepat laju langkah nya, setengah berlari menuju ke arah pintu depan dan berhenti saat dia melihat Neo Arguandral sedang menggendong seorang gadis berambut putih panjang yang meronta sambil memukul-mukul wajah dan d**a pria beriris zamrud itu. Membuat penampilan sempurna yang selalu dia lihat kini berubah kacau.             “D—Dere?” pekik Nana saat dia sadar gadis yang sedang dipaksa di bawa masuk ke dalam rumah oleh Neo.             Mendengar Nana yang meneriakkan nama Dere, Neo langsung menghentikan langkah nya dan menatap gadis berambut ikal itu tanpa ekspresi. Setelah Nana datang menghampiri mereka dan mencoba melepaskan Dere dari Neo. Gusar, Dere pun melakukan hal yang sama saat dia mendengar suara Nana tertangkap indra pendengarannya. Dia langsung meminta Neo melepaskannya agar dia bisa menggapai Nana.  “Nana, Nana itu kau?”  tanya Dere sambil mencoba menggapai tubuh Nana dalam kegelapan, “Nana jawab aku, Nana?”             “Neo Arguandral! Lepaskan Dere! Aku mohon!”             Melihat Nana yang memohon, akhir nya Neo menurunkan Dere perlahan. Membiarkan gadis berambut ikal itu memeluk Dere- nya penuh khawatir.             “Apa yang sudah kau lakukan?” tanya Nana setengah membentak. tapi tidak ditanggapi oleh Neo.             “Neo Arguandral! Jawab  pertanyaan ku!” sekali lagi, Nana membentak dengan nada yang lumayan tinggi tapi segera dihentikan oleh Dere.  Dere menghentikan Nana dengan memegang tangan gadis berambut ikal itu sangat erat.             “Siapa? Siapa yang kau panggil tadi?” kali ini Dere yang terlihat sangat panik. Mengulang berkali-kali pertanyaan yang sama, di mana Neo masih berdiri di tempat di mana dia berdiri.             “Neo? Apa kau tadi menyebut nama Neo?” Dere kembali bertanya. Lalu di jawab gugup oleh Nana.             “Mana? Di mana Neo? Di mana dia?”  Dere melepaskan tangan nya dari Nana, meraba udara berharap dia bisa meraih Neo di sana, “Neo, kau kah itu? Kau kah itu Neo? Jawab aku, ku mohon...?”             Melihat Dere yang berjalan kaku dengan sepasang tangan yang meraba udara karena keterbatasan indera-nya, tentu membuat Neo tidak bisa membiarkan gadis berambut perak indah itu begitu saja. Perlahan Neo mendekat ke arah Dere, meraih tangan nya dan di jawab gugup oleh gadis itu.             Jemari lentik Dere merayap naik ke wajah Neo, meraba tiap inci wajah yang sudah sangat lama tak ia sentuh, “Neo? Kau Neo yang ku kenal?”             “Harusnya kau tahu saat aku datang,” jawabnya lirih lalu dibalas pelukan oleh Dere.             “Oh, Neo, aku sangat merindukan mu, sungguh ....” _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN