Kau seperti malaikat
yang terlalu dekat dengan neraka.
|
|
|
St. Giles
Morgan Del Apartemen
London—Inggris.
21:55
Hetshin tidak bisa berkata apa pun saat dia melihat pintu apartemen nya yang terbuka lebar dan tak menemukan apa pun di sana kecuali kekacauan dan bau parfum yang menyengat.
Semua lampu yang ada di rumah itu memang selalu mati sejak Nana tidak lagi pulang ke rumah dua hari lalu, tapi ini juga pertama kali nya Dere membiarkan pintu rumah mereka terbuka begitu saja.
“Huh, gadis itu ....” dia menghela napas sebelum akhir nya masuk ke dalam rumah nya sendiri.
“Dere?” panggil pria dengan brewok tipis yang menutupi sebagian wajah nya itu.
Selain memiliki gestur tubuh tinggi besar, Hetshin juga memiliki suara bariton yang khas, juga tatapan datar yang menatap dingin pada seluruh dunia yang ada di hadapan nya.
Hetshin meraih saklar lampu, menyalakannya saat keterkejutan nya tak habis sampai di sana.
Rumah yang dia tempati selama beberapa bulan ini memang selalu terasa hening, hanya teriakan dan candaan Nana saja yang selalu dia dengar, kali ini semua nya terasa lebih sunyi di banding setelah gadis berambut ikal itu tidak kembali ke rumah ini sejak dua hari lalu.
Penasaran, Hetshin mencoba mencari Dere ke kamar nya, bukan hanya Nana, tapi gadis berambut perak itu pun tidak ada di sana.
Di rumah sekecil ini, ke mana dia akan bersembunyi? Bahkan setiap sudut rumah ini dapat dengan mudah dia lihat.
Menghela napas nya panjang, sesuatu sudah terjadi tanpa dia ketahui sedang merayap masuk ke dalam hidup nya.
Mungkin dia tidak tahu siapa yang sudah membawa Dere ke luar dari rumah ini, tapi satu kemungkinan yang sangat mengganggu nya, sesuatu yang dia yakin kalau pekerjaan nya kali ini sudah membawa seseorang masa lalu nya kembali masuk.
Dan seperti nya dia tahu siapa orang itu.
Hetshin meraih saku jaket nya, mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam sana kemudian mencari sebuah nomer dan menelepon nya, hingga sebuah percakapan singkat pun terjadi di antara mereka.
₪ ₪ ₪
South Bank Tower.
London—Inggris.
24:03
Nana masih berdiri menyenderkan tubuhnya pada dinding tepat di depan pintu salah satu ruangan kamar penthouse mewah itu, melihat sinis ke arah Neo yang juga baru saja ke luar dari pintu tersebut setelah sebelum nya dia membawa Dere masuk ke dalam sana.
Dengan gerakan yang sangat pelan, Nana melihat pria yang selalu berpenampilan sangat rapi itu menutup pintu kayu tebal penuh dengan ukiran rumit, agar tidak terlalu menimbulkan suara yang mengganggu. Tapi saat Neo melihat Nana di sana, dia merasa terusik oleh tatapan sinis gadis berambut ikal yang entah sejak kapan menunggu dengan wajah kesal seperti itu.
“Jaga kamar ini dan pastikan semua kebutuhan nya terpenuhi.” Ucap Neo pada Ash yang juga ikut menunggu nya ke luar dari dalam kamar itu.
Mengangguk tanpa senyum, Ash mengiyakan apa pun yang menjadi keinginan Neo.
Tapi tidak dengan Nana.
Gadis berambut ikal setengkuk itu bergerak mendekati Neo berusaha meraih kerah baju Neo namun di halangi oleh Ash, berkali-kali.
“Silakan anda kembali ke kamar anda.” Perintah Ash tanpa ekspresi berarti. Hanya saja, hal tersebut tidak segera di lakukan oleh Nana.
Nana malah bersikap lebih kasar dan terus berusaha meraih Neo hingga dia berhasil menarik kerah kemeja pria yang jauh lebih tinggi darinya itu, membawa wajah itu mendekat ke arah nya hingga Nana dapat mencium dengan jelas wangi parfum yang menyengat dari tubuh pria tersebut.
“Hei, lepask—“ Neo menghentikan kalimat Ash, dia ingin tahu apa yang di inginkan Nana dengan melakukan ini pada nya.
“Katakan maumu?” Neo memulai.
“Apa yang kau inginkan dengan membawa Dere?!” tanya Nana penuh penekanan.
“Dia milik ku.”
“Dasar b******n! Hanya aku kan yang harus membayar hutang pada mu? Tapi kenapa kau melibatkan keluarga ku? Ini sama sekali tidak ada dalam perjanjian kita, lagi pula dia tidak ada hubungan apa pun dengan kejadian di rumah Rudolf Hans!”
“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya Neo ingin segera pada inti nya.
“Akan ku ganti semua nya.”
“Wah~ jadi anda sudah punya uang? Kalau begitu, saya akan membuat perincian nya di tambah dengan biaya hidup anda di sini selama dua hari tiga malam.”
Menganga, Nana hanya bisa menelan ludah saat Ash mengatakan itu, “Itu—“
“Bagai mana?”
“Hentikan pembicaraan tidak berguna ini,” potong Neo sambil melepaskan tangan Nana dari nya, “kembali lah ke kamar mu dan tidurlah, ini sudah sangat larut.”
Tidak ingin membuat percakapan lain, Neo meminta Ash untuk mengikuti nya tapi tidak dengan Nana yang tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Neo Arguandral menyuruhnya untuk tetap tinggal, tapi alasan kenapa dia membawa Dere belum dia ketahui sama sekali. Meski begitu dia merasa sedikit bersyukur karena tidak ada yang menyinggung soal pelanggaran hak asasi, hukum atau pun penjara.
Hanya saja, kenapa Neo membawa Dere untuk ikut terjebak juga di rumah ini sepertinya?
“Hei, kembali! Aku masih belum selesai bicara!“
Ash berbalik sesaat setelah Nana berteriak ke arah mereka dan menaruh telunjuk nya pada bibir kemerahan Nana sambil tersenyum dengan sepasang mata sedingin es, seolah tatapan itu coba untuk membungkam Nana agar tidak mengatakan apa pun lagi setelah ini.
Nana hanya bergeming di perlakukan seperti itu oleh Ash, dia akui kalau dia cukup takut melihat sepasang mata dingin tanpa cahaya belas kasih itu di tunjukkan ke arah nya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan membuat Ash lebih marah dari ini, jadi dia memilih diam, menerima ini untuk sementara waktu dan mencari tahu di lain kesempatan.
“ku pastikan kalau kakak ku tidak akan memaafkan kalian untuk perbuatan ini.” Nana memperingati.
Tapi peringatan yang diucapkan Nana dengan nada sangat serius itu hanya ditanggapi seulas senyum dan sebuah kedipan mata oleh Ash, lalu ditinggalkan begitu saja oleh pria berambut keemasan tersebut. Yang tentu saja itu membuat Nana semakin kesal.
Pandangan Nana kembali teralih pada pintu di mana ada Dere di dalam sana. Dia ingin masuk ke dalam, tapi dia sudah cukup dapat masalah hari ini dan tidak ingin menambah nya lagi,
“Ch, menjengkelkan!” Gerutu Nana sebelum akhir nya dia memutuskan untuk kembali ke kamar nya seperti yang diinginkan oleh Neo.
Sementara Nana kembali ke kamar yang sudah dia tempati selama tiga malam di rumah mewah milik Neo, sang pemilik kembali ke ruang kerjanya, bersama Ash yang juga ikut masuk dengan nampan berisi tea maker yang dia letakkan di atas meja seperti biasa nya.
“Kembalikan anak itu pada Hetshin.” Ucap Neo sambil memijit pangkal hidung nya.
Tapi Ash hanya diam lalu berdiri tepat di samping sofa di mana Neo duduk.
“Anda yakin? Dia belum membuat masalah apa pun selama dia di sini.” Ash seperti membela.
Neo memicingkan matanya, menatap ke arah Ash yang sedang meracik secangkir teh untuk nya. Sungguh, Ash membuat nya kesal untuk beberapa alasan, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Ash untuk apa yang sudah orang itu lakukan. Karena bagai mana pun, Ash juga yang sudah membawa nya hingga ke titik ini.
“Kenapa anda sangat membenci nya? Bukankah anda mengakui kalau dia mengingatkan anda pada Raya?”
Tak ada jawaban dari Neo, pria beriris zamrud ini hanya diam sambil melihat bagai mana Ash menyelesaikan pekerjaan nya, selesai menyeduhkan secangkir teh kental untuk Neo, Ash lalu menaruh teko berisi air panas tadi ke atas nampan dan berjalan mendekat untuk memberikan secangkir teh yang sudah selesai dia buat.
“Kau sendiri yang mengatakan kalau tidak akan ada manusia yang dapat ke luar dari lingkaran neraka.”
“Tapi saya tidak pernah mengatakan kalau kontrak yang kita buat adalah sebuah kebetulan.” Balas Ash dengan sebuah senyuman.
Masih menatap Ash. Menatap pria yang sudah bekerja padanya selama bertahun-tahun itu sedang tersenyum dengan sepasang mata keemasan yang berkilat dalam ruang redup, meski samar tapi Neo dapat melihat sepasang mata keemasan itu berubah perlahan menjadi merah, berkilau terkena cahaya lampu.
Sepasang mata indah milik Ash seperti di balut pesona seorang iblis di bungkus oleh kelembutan yang mematikan.
Selesai dengan cangkir teh yang dia bawa untuk majikannya. Ash membungkuk memberi salam juga ucapan selamat malam, sambil berpesan agar Neo tidak tidur terlalu larut setelah selesai dengan teh larut malam nya.
Neo hanya menanggapi Ash dengan sebuah anggukan tanpa ekspresi, bahkan setelah Ash meninggalkan ruangan nya, Neo masih diam. Menatap daun pintu yang tertutup setelah Ash melewati nya.
_