Bab 13

3953 Kata
Kau bahkan tahu, bahwa tidak akan pernah ada manusia yang bisa lolos dari lingkaran neraka? Tapi kau tetap terjun untuk ku .... | | | South Bank Tower London—Inggris 08:15 Rumah mewah seharga jutaan Poundsterling itu terlihat sangat sepi meski penghuninya sudah bertambah sejak beberapa hari terakhir,  tapi tetap  tidak mematikan kesunyian yang memeluk nya.             Cahaya mentari pagi bebas ke luar masuk menembus kaca jendela yang menjadi dinding rumah itu, memberikan penerangan yang lebih dari cukup untuk bangunan yang berada di lantai teratas sebuah gedung apartemen mewah yang berdiri kokoh tersebut.             Hanya saja, ada yang berbeda pagi ini ....             Seperti mencoba menghancurkan ketenangan pagi yang selalu menyelimuti nya,  gadis berambut ikal setengkuk ini berlari ke luar dari kamar nya secepat yang dia bisa saat suara jeritan menggema ke setiap sudut ruangan.             Nana sangat mengenal suara itu, karenanya dia segera berlari ke luar dari kamar nya meski hanya mengenakan celana pendek ketat dan kaos singlet yang dia gunakan untuk tidur semalam, melesat menuju ke sebuah kamar yang pintunya telah terbuka.             “Dere kenapa?!” tanya Nana setengah berteriak setelah dia mencapai pintu kamar tersebut, mendobrak nya dan melihat seorang gadis berambut perak itu terduduk di lantai sementara Ash yang sudah berada di sebelah nya. Spontan Nana segera meraih Dere dan membantu nya berdiri,  “Kenapa kau hanya melihat saja?!” bentak Nana pada Ash yang  hanya berdiri seperti patung melihat seorang gadis yang terjatuh di lantai dengan ketidakberdayaan nya. Perlahan, Nana membantu Dere naik ke atas ranjang, sementara Ash masih diam tanpa meminta maaf atau kalimat lain yang ke luar dari bibir nya. Selesai membantu Dere, Nana yang di selimuti rasa kesal memilih menghampiri Ash, menarik kerah setelan jas khas seorang buttler yang selalu di pakai pria berambut keemasan tersebut marah.             “Apa yang kau lakukan pada Dere?!” tuduh nya.             “Jatuh dari tempat tidur.” jawab Ash enteng, “saya sudah menawarkan bantuan pada nya tapi dia menolak.” Jawab Ash setengah meledek.             “Apa kata mu?! Kau tidak lihat bagai mana dia? Dia buta! Apa kau tidak lihat? Dia juga seorang wanita jadi kenapa kau tida—“             “Nana...?” kali ini Dere yang memotong kalimat Nana. Tangan Dere mencoba meraih udara berharap ada Nana di sana, “dia tidak salah, aku yang salah karena  tidak berhati-hati maka ny—“             “Saya sudah menyiapkan sarapan untuk kalian berdua. Kalian bisa mengambil makanan kalian di ruang makan dan untuk anda nona Dere, tuan minta maaf pada anda karena hari ini beliau ada urusan penting  jadi tidak bisa menemui anda sampai pekerjaan nya selesai. Mohon anda betah berada di rumah,”  Potong Ash,  “dan untuk anda,” Ash beralih menatap Nana yang kini sudah melepaskan tangan nya dari kerah baju nya, “kita masih ada urusan bukan?” Lanjut nya kemudian memutuskan untuk ke luar dari sana.             Rahang Nana mengeras, terdengar bunyi gertakan gigi dari sana. Sungguh, gadis ini sudah cukup kesal dengan perbuatan Ash juga tentang perlakuan nya pada Dere barusan. Kalau saja dia tidak punya hutang pada orang-orang ini, dia pasti sudah membawa Dere pulang ke rumah mereka di St. Giles.             Setelah Ash menghilang di balik pintu yang tak lagi dia tutup, Nana bergerak menghampiri Dere yang masih berharap tangan nya diraih oleh Nana.             “Kau, tidak apa-apa?” Nana kembali memastikan kalau Dere benar-benar tidak terluka.             “Aku heran, kenapa bisa-bisanya dia hanya berdiri saat kau jatuh? Kalau saja kakak ada di sini, dia pasti akan memukul wajah Ash!”             “Ash?”             “Iya, orang itu. Nama nya Ash, kau tahu, dia memiliki wajah sangat tampan seperti pemilik rumah ini, Neo Arguandral. Tapi, dia sama mengerikan nya dengan Neo Arguandral.”             “Kau salah...,” Dere memotong kalimat Nana.             “...?”             “Neo itu tidak seperti yang kau pikirkan. Kau pasti akan iri kalau melihat Neo dan Hetshin bertemu.” Nana menautkan sepasang alis nya. Bukan hanya karena bagai mana Neo bisa membawa Dere masuk ke dalam rumah ini, tapi juga tentang siapa sebenarnya Neo Arguandral yang bisa mengenal kakak nya? Bahkan kalau diingat, dia tidak pernah tahu kalau kakak nya punya teman seperti Neo Arguandral yang juga mengenal Dere? Karena seumur hidup nya, yang Nana tahu adalah kakak nya seolah menyembunyikan Dere dari dunia. Rasanya sangat aneh mengetahui Neo Arguandral yang terlihat sangat mengenal dekat Dere.             Nana menjilat bibir bawah nya, sungguh dia tidak yakin dengan apa yang di katakan Dere, meski sebenarnya dia juga penasaran dengan kakak nya Hetshin yang punya hubungan dengan manusia seperti Neo Arguandral, tapi untuk kata ‘iri’ yang dikatakan Dere, Nana rasa itu mustahil. Mengingat bagai mana Neo Arguandral membawa Dere ke tempat ini tanpa sepengetahuan kakak nya.             Menghela napas nya berat, Nana hanya memilih tersenyum dan meminta Dere menunggu di kamar sementara dia mengambil sarapan untuk nya di dapur. Lagi pula dia juga harus menuruti perintah Ash untuk menemui nya di ruang makan.  Tiba di ruang makan. Nana melihat Ash yang sedang menuangkan air panas ke dalam saringan yang terbuat dari stainless  berisi daun-daun kering, bunga  dan beberapa rempah kecil yang Nana tidak yakin apa itu. Tapi yang jelas, saat Ash menuangkan air panas melewati saringan tersebut, hal itu membuat isi dalam saringan itu menguarkan wangi yang menyeruak memenuhi ruangan.             “Kau suka baunya?” Ash bersuara.  Sontak Nana terkejut dengan kalimat yang Ash tujukan padanya, gugup Nana segera menghampiri  pria berambut keemasan yang masih sibuk mengaduk perlahan campuran rempah yang dia buat di dalam saringan.             “Apa itu?” tanya Nana penasaran. Ya, dia cukup penasaran karena ini pertama kali nya dia mencium aroma unik yang membuat nya tertarik.             “Floral Tea. Terbuat dari campuran green tea, dried lavender, dried rose dan butiran biji pala kering yang ditumbuk kasar lalu ditambah sedikit kayu manis.”             “Kau minum cairan dari campuran semua itu?” tanya Nana meragukan rasa minuman yang berbau cukup menggugah tersebut.  Ash hanya tersenyum lalu menarik saringan dari air seduhan campuran rempah-rempahan tadi.             Setelah campuran itu sudah berubah warna menjadi sedikit kuning dan agak kental Ash kembali mengambil sebuah cangkir dan menuangkan cairan tersebut ke dalam nya dan memberikannya pada Nana.             Nana tidak yakin kalau dia harus mengambil benda itu dari tangan Ash. Seumur hidup nya dia hanya meminum teh instan yang hanya tinggal menyeduh nya dengan air panas di tambah sedikit gula untuk membuat nya terasa manis, tapi sekarang dia malah disuguhi minuman seperti ini.             “Cobalah, rasa nya tidak seburuk bayangan anda.”             “Apa kau menaruh sesuatu di dalam sana?”             “Apa saya terlihat seperti orang jahat?”             “Untuk semua keuntungan yang sudah kau ambil dariku, kurasa tidak salah kalau aku menganggap mu seperti itu.”             “Waah~ terima kasih untuk pujiannya. Saya sangat tersanjung. Tapi anda sama sekali tidak memberi keuntungan apa pun di sini.” Ash menjawab sangat dingin.             Rasanya Nana ingin sekali memukul wajah Ash yang di selimuti senyum palsu seperti itu, tapi kalau dia melakukan nya, nyawa nya dan nyawa Dere mungkin berada dalam bahaya. Tentu saja dia berpikir demikian, karena bagai mana pun dia sendiri tidak pernah tahu apa pekerjaan Neo Arguandral hingga bisa sekaya ini dan memiliki pelayan semengerikan Ash. Untuk menekan kemarahannya, Nana memilih meraih cangkir teh yang di berikan Ash, cangkir berisi teh hangat itu perlahan  menenangkan Nana, terutama wangi khas yang ditimbulkan dari campuran rempah-rempah tadi saat dia mencoba meminum nya.             “Jadi, apa yang kau ingin aku kerjakan hari ini?”             “Tidak ada, saya hanya penasaran karena sejak  Tuanku membawa gadis berambut aneh itu datang ke rumah ini, seperti nya anda sangat perhatian sekali padanya? Bisa jelaskan  siapa gadis itu?”             “Itu bukan urusan mu.” Jawab Nana singkat.             “Benar sekali, itu memang tidak menjadi urusan saya. Tapi sepertinya gadis itu memiliki hubungan khusus dengan Neo?” Ash menyungging seulas senyum di ujung bibir nya.             Nana mendelik tidak tahu apa tujuan Ash melakukan ini pada nya. Tapi, dia benar-benar merasa kalau memang ada sesuatu yang tidak benar terjadi di dalam rumah ini sekarang.  Apa dia harus melarikan diri dari sini?             “Anda boleh menjawab pertanyaan itu kapan saja, tapi saya hanya ingin coba mengingatkan anda untuk jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dari sini. Karena di rumah ini, setiap sisi dindingnya memiliki mata dan telinga.” Kekeh Ash sambil menempelkan telunjuk nya di bibir. “Habiskan sarapan yang saya buat untuk kalian dan anda boleh melakukan apa pun yang anda suka seharian ini.” Lanjut Ash lalu meninggalkan Nana lagi. “Dia apa dia punya kemampuan membaca pikiran? Menyebalkan.” Gerutu Nana.   ₪ ₪ ₪ Westminster City, West End. Oxford Street, London—Inggris 12:40   Christina Hendrick berjalan memasuki toko kue yang biasa nya dia datangi hanya untuk memakan sepotong roti kesukaan nya, di temani secangkir kopi latte tanpa gula.             Hari ini, dia ke luar dari rumah nya dengan perasaan kesal yang menumpuk. Hetshin, orang kepercayaan ayah nya malah membuat nya kesal setengah mati.  Bagai mana tidak, setelah ayah nya kembali dari perjalanan bisnis dan bertemu dengan Hetshin, dia jadi malah kehilangan kebebasannya. Hetshin semakin membatasi  gerakan nya, bahkan sekarang Hetshin melarang diri nya untuk pergi ke toko  kue kesukaan nya ini.             “Selamat datang.” Sapa hangat salah satu pelayan toko saat Christina membuka pintu toko kue.             Seperti sudah hafal wajah Christina, pelayan toko kue itu langsung membawa Christina masuk ke salah satu meja kosong di sudut ruangan dan kembali ke posisinya tanpa menawarkan daftar menu di toko mereka, dia seperti sudah cukup hafal dengan pesanan Christina yang selalu sama di sana. Jadi, dia hanya perlu membawakan makanan yang sama tanpa harus bertanya terlebih dulu.             Sambil mengusap wajah nya frustrasi, Christina benar-benar mengutuk hari nya yang menyebalkan. Dia bersumpah kalau dia akan memecat Hetshin kalau dia bisa menemui ayahnya setelah dia bisa bertemu lagi dengan ayahnya.   Tapi bagai mana caranya? Bagi Vastar Al Rasyid, Hetshin adalah orang kepercayaan dan sudah seperti tangan kanan bagi nya, hanya saja, jika Hetshin terus-terusan membatasi gerakannya maka dia akan benar-benar kehilangan kebebasan nya.             “Nona, silakan pesanan anda.”  Ucap pelayan yang sama,  membawakan Christina  sepotong roti karamel dan secangkir teh panas. Setelah itu, pelayan tadi kembali membiarkan Christina sendirian.             Christina menatap makanan di atas meja nya. Dia tidak bisa melupakan bagai mana hari ini dia melarikan diri dari rumah nya dan juga dari pengawalan seorang Hetshin Zoax.  Dan jika dia ingat, rumah nya memang tidak memiliki terlalu banyak penjaga tapi, rasanya dia seperti memiliki banyak sekali orang yang memata-matainya di sana.             Christina mengambil napkin yang disediakan oleh pelayan bersama sepiring kue yang dia pesan. Dia membuka lembaran napkin tadi dan menaruh nya di atas pangkuan lalu  mulai menyantap kue favorit nya.             Dia cukup menikmati rasa kue yang hampir setiap hari dia makan dan tak pernah merasa bosan untuk itu. Bahkan bagi Christina, suasana di toko ini lebih menyenangkan dari pada rumah nya sendiri. Pandangan Christina mengedari seluruh ruangan toko, cukup sepi dari biasa nya, meski beberapa pembeli ke luar-masuk untuk membeli beberapa potong roti. Sementara di luar sana, ada banyak sekali orang berlalu-lalang, mereka berjalan sambil mengobrol dan tertawa bersama teman mereka, tapi suara mereka benar-benar tidak terdengar hingga ke dalam sini, ruangan toko ini benar-benar kedap suara dan itu pula yang membuat dia betah berada di sini, menghabiskan sepotong roti dan secangkir teh panas.             “Selamat datang.”  Sapa hangat pelayan toko terdengar di telinga Christina saat seorang pria masuk ke dalam sana.   Sambil mengunyah, Christina melihat seperti apa pria yang baru datang itu. Dia pria tinggi dengan sebuah kaos berwarna gelap dan jas kelabu cerah yang membalut tubuhnya, selain itu ... Christina juga melihat pria itu memegang sebuah buku di tangan nya. Terlihat sangat kontras dengan wajah nya yang lumayan tampan. Iris zamrud pria itu terlihat berkilau, terpadu indah dengan rambut gelapnya yang tidak tersisir terlalu rapi.  ‘Siapa orang itu?’ Dia baru pertama melihat nya ada di toko ini, duduk setelah memesan sesuatu di kasir. Tersenyum, Christina rasa kalau dia mulai menyukai pria itu. Tapi, kenapa pria itu duduk begitu jauh darinya?             Menghentikan kegiatannya, Christina memanggil seorang pelayan untuk datang, membisikkan beberapa kalimat pada pelayan tersebut kemudian  berdiri dan mendekati pria tersebut.             “Boleh bergabung?”  tanya Christina dengan senyum manis yang dia bisa berikan setelah berada di depan pria tersebut.             Tanpa jawaban, pria beriris zamrud itu hanya mengangguk, memandang Christina sejenak lalu kembali memperhatikan buku di tangan nya.             “Apa aku mengganggu mu?” tanyanya penasaran, karena perhatian pria itu hanya terarah pada buku di tangan nya.             “Apa aku terlihat seperti terganggu saat ada gadis secantikmu duduk di sini?”  jawabnya mengalihkan pandangannya dari buku di tangan nya.             “kurasa tidak...,”             “Kalau begitu kau sangat beruntung.” Jawabnya halus. Membuat Christina semakin tersipu.             Tanpa basa-basi, Christina langsung mengulurkan tangan nya, kemudian memperkenalkan diri dengan sumringah,  “Christina Hendrick.” Ucapnya tanpa ragu sedikitpun, yang tentu saja itu di jawab antusias oleh pria di hadapan nya tersebut, dia meraih uluran tangan Christina dan memperkenalkan diri nya,             “Neo Arguandral.”             “Nama yang cukup jarang dimiliki orang lain.”             “Benarkah? Itu adalah nama yang di berikan oleh seseorang.”             “Seseorang? Maksudmu, orang tuamu?”             Tersenyum, Neo mengangguk sambil berkata, “Katakan saja begitu.”             Christina mengangguk, dia tersenyum seperti tak peduli dengan yang dibicarakan pria bernama Neo ini. Yang jelas, dia punya teman mengobrol sekarang       .             “Silakan,”  ucap seorang pelayan sambil menaruh secangkir kopi hitam tepat ke hadapan Neo juga sepotong roti karamel dengan sedikit ice cream vanila.             “Apa ini?” tanya Neo heran sambil menaruh buku milik nya di atas meja, karena singat nya, dia hanya memesan secangkir kopi  tanpa tambahan apa pun.             “Itu hadiah perkenalan dariku,” Christina menjawab pertanyaan yang ditujukan Neo tapi bukan padanya.             “Perkenalan?” Christina mengangguk, “kalau begitu, kuberikan ini sebagai tanda pekerkenalan juga padamu.”             “Kenapa?”             “Aku tidak terlalu menyukai makanan manis, jadi ... kurasa makanan manis, hanya boleh dimakan oleh wanita cantik sepertimu.”  Mendengar hal seperti itu dari seorang pria setampan Neo, adalah hal yang tidak mungkin tidak membuat wanita manapun tersipu karenanya, dan itupula yang dirasakan Christina sekarang. Sepasang pipinya merona merah dengan senyum canggung yang terukir malas.             Sama seperti Christina, Neo pun tersenyum. Tapi bukan senyum penuh sipu malu seperti yang di lakukan Christina. Senyum itu lebih ke sesuatu yang terkesan congkak dan arogan. “Kau duduk di sini bersamaku, apa tidak ada yang akan cemburu?” tanya Neo sambil meraih cangkir kopi milik nya di atas meja. “Aku? Tentu saja tidak,” jawab Christina setengah tertawa, memalukan sekali ditanya demikian oleh pria yang sedang dia taksir, “bagai mana dengan mu? Kenapa kau hanya datang sendirian ke tempat ini?” “Hanya menghabis kan waktu.” “Dengan secangkir kopi pahit?” Neo mengangguk, “Apa lagi yang kupunya selain secangkir kopi dan sebuah buku, di tempat yang nyaman seperti ini?” “Apa ini pertama kali nya kau datang ke sini?” Neo mengangguk, “Seorang teman memberitahu ku kalau ada tempat nyaman di tengah keramaian Oxford Street di West End.” “Begitukah...?” Chritina kembali tersenyum, jemari lentik dengan kuku yang terpoles kuteks berwarna bening milik nya bergerak perlahan menghampiri tangan Neo. Menggelitik punggung tangan pria itu sambil mencubit nya halus sesekali, “Apa, kau mau sesuatu yang lebih menarik dari sebuah buku dan secangkir kopi pahit?” “Oh ya, apa itu?” Neo penasaran, membuat Christina mendekatkan wajah nya ke arah Neo dan membisikkan sesuatu di telinga pria beriris zamrud tersebut. “Kau yakin mau melakukannya?” tanya Neo meragukan, namun di jawab anggukan pasti oleh Christina. “Ayo!” Christina menarik tangan Neo, mengabaikan kopi yang baru di sesap sekali oleh pria tersebut. Membawanya ke luar dari toko dan terus bergerak — berbaur — di tengah para pejalan kaki yang memenuhi Oxford Street.   ₪ ₪ ₪   The Langham Hotel London, Inggris. 21:15               Neo menghempaskan punggung mulus Christina ke dinding kamar mandi sebuah hotel setelah mereka memutuskan ke luar dari toko kue di West End — Oxford Street. Di kamar hotel itu mereka berbagi ciuman, pelukan dan saliva yang menjadi satu bahkan beberapa di antaranya jatuh melewati leher hingga ke d**a, tak mereka pedulikan.             Air shower yang terus mengucur di atas kepala mereka pun mereka biarkan begitu saja, membiarkan pakaian yang mereka kenakan basah dan memperlihatkan lekuk tubuh sempurna mereka.             Jemari lentik milik Christina   bermain nakal di leher hingga ke d**a Neo. Menggelitik pria beriris zamrud itu di tengah permaian bibir mereka hingga beberapa lenguh nikmat pun ke luar dari bibir tipis Christina, semakin membuat gadis itu larut dalam permainan Neo. Jemari lentik milik Christina mulai membuka kaos yang dipakai Neo, membuat nya bertelanjang d**a hingga Christina dapat melihat otot-otot Neo yang terbentuk sempurna. Meski demikian, tak sedikitpun Neo memberi kesempatan Christina untuk melepaskan pungutan mereka.             Sementara jemari lentik Christina bermain di antara abdomen Neo yang berlekuk, tangan besar milik Neo meraih rambut panjang wanita itu. Menjambak nya sesekali, membuat kepala wanita nya malam itu tertongak ke atas, hingga  Neo dapat mencium leher jenjang nya dengan mudah. Menjilati leher itu sambil mengigit nya halus.             Mendesah, hanya itu yang bisa dilakukan Christina setiap kali Neo membiarkan lidah nya bermain di area leher Christina dengan tangan yang terus turun ke pinggang dan meremat baju yang dia pakai.             Suara air yang turun dari shower terdengar mendominasi ruangan yang cukup besar tersebut.  Kamar mandi tersebut memiliki sebuah bath tub berukuran besar mirip sebuah jacuzzi dengan air yang telah penuh dan mengeluarkan gelembung udara seperti sedang mendidih, ditambah aroma lavender yang di keluarkan dari uap air itu pun mendominasi seluruh ruangan berdinding kaca tersebut.             Membuat nya ber embun hingga memunculkan binti-bintik air.             Christina menarik wajah Neo agar sedikit menjauh darinya, membuat benang saliva yang tidak putus di antara mereka.             “Kenapa?” tanya Neo penasaran, meski demikian dia kembali mendekatkan bibirnya pada leher Christina dan meraupnya kasar, membuat gadis itu kembali mendesah sekeras yang dia bisa.             “Kelihatannya kau bersemangat sekali?” Christina  pensaran di tengah lidah Neo yang menggelitik nya, “Apa kau sudah tidak sabar untuk permainan inti kita?”             “Apa pun yang kau inginkan nona cantik.” Bisik Neo di telinga Christina, sementara tangan nya berusaha membuka kancing baju yang di kenakan gadis tersebut. Melemparnya setelah Neo berhasil membuka pakaian yang di pakai Christina.             “Tubuhmu indah sekali,” desis Neo sambil menyeka air yang melewati wajah nya. Melihat bagai mana indah nya lekukan tubuh Christina. Dadanya, pinggang nya yang ramping, bahkan pinggul besar nya yang pas dengan porsi tubuh indah itu membuat Neo menjilat bibir nya penuh nafsu. Tapi apa ini...,             “Sebuah bekas luka?” tanya Neo saat melihat pinggul Christina, tepat di paha atas sebelah kanan, kaki gadis itu. Sebuah bekas luka yang lebih seperti sebuah tatto yang sudah memudar, tatto bertuliskan beberapa deret angka yang lebih seperti luka bakar tipis.             “Ah, ayo lah ... aku sudah mendapatkan itu sejak kecil,” Christia seperti kehilangan mood - nya seketika saat Neo membahas bekas luka yang dia miliki, “ayah bilang, kecelakaan yang ku alami waktu kecil meninggalkan bekas luka di sana.”             “Benarkah?” Neo merespon sambil terkekeh ringan.             “Abaikan itu, kenapa kau jadi sangat tertarik dengan bekas luka ku...,” Christina menarik tangan Neo, membawa pria itu ke arahnya dan kembali mendekatkan wajah tampan Neo, membuat bibir mereka kembali bertemu dan Christina kembali melumat bibir Neo dengan mudah, “bagai mana kalau kita mulai permainan inti kita?”  lanjut Christina  sambil menyentuh d**a penuh otot milik Neo.             “Apa pun yang kau inginkan, nona.” Jawab Neo kemudian mengangkat tubuh Christina ke dalam gendongan nya. Membawa gadis yang sudah nyaris telanjang itu ke ruangan utama kamar hotel tersebut, mengabaikan tubuh mereka yang sudah basah kuyub dengan air yang terus mengucur dari tubuh mereka.             Sambil tertawa sesekali, Christina melingkarkan tangan nya di leher Neo.             Tiba di kasur berukuran besar yang mereka pesan, Neo membanting tubuh basah Christina ke atas nya tanpa aba-aba. Alih-alih mengeluh karena diperlakukan demikian, Christina malah tertawa sambil tangan nya meremat gemas sprei yang ada di bawah tubuh indah milik nya. Tidak sampai di sana, Christina mencoba bangkit dan membuka sisa pakaian yang membungkus tubuh indah Neo.             “Kau, benar-benar pria yang memeson —“             BRUAK!             Pintu kamar hotel yang dipesan Neo di dobrak begitu saja oleh seseorang di luar sana. Membuat Christina yang nyaris bugil terlonjak dari tempat tidur dan langsung menarik sprei untuk menutupi tubuhnya. Sementara Neo, dia tidak memberikan respon apa pun.             Bukan hanya satu orang, tapi ada beberapa orang yang masuk ke dalam kamar tersebut. Dua di antara nya mendekat ke arah Christina dan langsung memegangi tangan gadis itu, mengabaikan teriakan dan makian yang ke luar dari mulut nya dan terus menyeret Christina ke luar dari kamar itu.             “Bawa nona pulang.” Ujar salah seorang pria berahang tegas dengan wajah dingin dipenuhi brewok tipis dan terlihat lebih berwibawa dari mereka yang pertama masuk.             “Hetshin Zoax! Lepaskan aku! Atau akan ku laporkan perbuatanmu ini pada ayah agar kau di pecat dari pekerjaan mu!” Bentak Christina sambil meronta memaksa agar orang-orang itu melepaskan tangan nya. Tapi  nihil, mereka tetap menuruti perintah Hetshin lalu membawa Christina ke luar, mengabaikan teriakan dan makian nona mereka.             Sementara Christina diseret ke luar dari kamar hotel yang Neo pesan, Neo masih berada di sana, tersenyum melihat ke arah Hetshin yang juga belum hengkang.             “Lama tidak bertemu.” Sapa Neo tak melepaskan senyum di wajah nya. Senyum yang sangat jarang dia perlihatkan pada orang lain. Senyum yang tak pernah ke luar jika tidak ada hal menarik yang membuat nya bahagia, seperti saat ini.             “Kau tidak ingin memeluk saudaramu?” Neo meregangkan tangan nya, berharap hal itu akan disambut oleh Hetshin. Tapi tidak,  berkebalikan dengan Neo, Hetshin memandang Neo dingin.             Kehangatan yang ditawarkan Neo terabaikan begitu saja oleh Hetshin, membuat pria ini mendengus sambil mengembuskan napas nya berat, kemudian menyeka air yang masih mengucur dari kepala melewati wajah nya. “Dua puluh delapan tahun kita tidak bertemu, tapi kenapa sikap mu sangat dingin, saudara?”             “Kelihatannya kau sangat sehat ...?” Hetshin berujar.             Tak ada jawaban apa pun dari Neo, dia hanya diam dan menatap Hetshin, menatap orang yang sudah dua puluh delapan tahun tak dia lihat satu kali pun setelah kejadian itu. Pria kecil yang meninggalkan nya di rumah bobrok itu dulu, kini telah berubah menjadi pria dewasa dengan kasta tinggi yang tidak lagi di pandang rendah oleh orang-orang, dan tidak lagi mengemis pekerjaan hanya untuk mendapatkan bayaran sepotong roti dari orang lain. Sementara orang itu ... Hetshin, malah berakhir menjadi pengawal seorang wanita jalang.             “Jadi ... dia juga salah satu dari produk gagal itu?”             “ ....”             Hetshin masih diam. Mendengar kalimat Neo sudah tidak lagi pada kejadian hari ini, dia memilih untuk meninggalkan pria tersebut. Hetshin berbalik, tapi saat dia hendak meninggalkan kamar hotel itu, Neo bergerak mendekat, menarik baju yang di kenakan Hetshin sekuat yang dia bisa hingga baju tersebut robek, mulai dari bagian d**a hingga ke perut, memperlihatkan otot d**a dan perut Hetshin yang terbentuk jauh lebih sempurna dari pada Neo. Hanya saja ... ada sesuatu yang lebih menarik perhatian Neo dari bentuk tubuh pria itu. Yaitu sebuah bekas luka lama yang membentuk beberapa deret angka yang nyaris pudar tersemat di bagian d**a kanan bawahnya. Persis seperti bekas luka yang dia lihat di paha kanan atas Christina.             “6687,”  ucap Neo saat berhasil membaca bekas luka tersebut, “angka yang lumayan jauh sekali dari gadis tadi. Berapa? 6782 ....”             “Menjauh dari nya.” Hetshin memperingati dengan suara sedikit serak. Hanya saja hal tersebut tak serta membuat Neo  mendengarkan begitu saja. Tangan kekar Neo menyentuh leher Hetshin, mencekik nya, tapi tidak mendapat respon apa pun dari Hetshin.             “Kau, tidak ingin melihat angka yang ku miliki?” Neo menurunkan sedikit celananya untuk melihat kan bekas luka yang sama pada Hetshin, tapi di tolak mentah-mentah oleh pria tersebut. _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN