Dua belas

1734 Kata
DUA BELAS Ifa saat ini sedang makan siang di kantin kantornya. Duduk di bangku yang hanya diisi untuk dua orang tapi Ifa selalu duduk sendiri karena Ifa memang tipikal orang yang sulit bergaul dan butuh waktu yang lama dirinya mempunyai teman. Ifa yang asyik makan tiba-tiba seseorang duduk di bangku depannya. Ifa mendongak menatap orang itu yang ternyata Kayden yang kini lelaki itu sedang tersenyum manis menatapnya. "Emhh Bapak kok kesini? "tanya Ifa heran lalu kedua matanya menatap sekitar sini. Beberapa para office boy dan office girl  menatap ke arah mereka berdua.  " Kenapa? Masalah? "tanya balik Kayden seraya meletakkan sebuah kotak bekal di atas meja itu di depan mangkuk Ifa. Dahi Ifa mengernyit bingung melihat itu, seorang CEO membawa kotak bekal lalu makan bersamanya di kantin khusus para office boy dan office girl  disini. Jelas Ifa terkejut melihat Kayden sedang memakan lahap didepannya. "Bapak kok makan di sini? "tanya Ifa bingung menatap Kayden yang kinu juga menatapnya. " Kamu banyak tanya saja, cepat habiskan makanan kamu! "suruh Kayden tegas membuat Ifa langsung melanjutkan makannya. Ifa sebenarnya merasa malu dilihat beberapa orang di sini tapi mau bagaimana lagi Kayden yang minta diam dan tak banyak bicara. Kayden memang selalu membawa kotak bekal dari rumah tapi tidak terlalu sering. Nia selalu memarahi Kayden 'jangan selalu makan di luar lebih baik makan di rumah' membuat Nia selalu menyiapkan makanan pada kedua anaknya. Setelah keduanya selesai makan Ifa pamit pada Kayden untuk melanjutkan pekerjaannya lagi tapi belum sempat pergi, Kayden langsung menarik tangan Ifa untuk menuju ruangannya. Akhirnya Ifa ikut berjalan bersama Kayden karena tangannya digenggam erat dan salah satu tangannya masih memegang sapu. Kayden tak peduli beberapa orang melihat dirinya menggenggam tangan seorang wanita office girl tapi Kayden tetap membalas sapaan mereka. Ketika masuk ke dalam lift, Kayden melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Ifa. Ifa menghela napasnya berkali-kali sedari tadi untuk menetralkan jantungnya berdegub sangat kencang. Ifa tahu perasaan ini, dulu Ifa pernah merasakan seperti ini saat masih berpacaran dengan Mirza tapi ini beda Ifa merasakan perasaan itu lagi bersama Kayden-CEO di perusahaannya. "Pak kok menarik tangan saya tadi? "tanya Ifa bingung pada Kayden yang kini bersandar di dalam lift namun mata lelaki itu tak lepas memandang wajah Ifa yang tanpa polesan make up. " saya ingin kamu yang membersihkan ruanganku," balas Kayden tegas. Tadi senyum sekarang galak lagi-ucap Ifa dalam hati. " Tapi Pak itu bukan tugas saya, "ucap Ifa merasa tak enak juga pada temannya yang memang sangat suka membersihkan ruangan Kayden. " Saya malas lihat badut tiap hari di ruangan saya. Sungguh itu mengganggu pemandangan, apalagi saat saya mengerjakan pekerjaan, "ucap Kayden lalu segera keluar dari lift dan berjalan masuk ke dalam ruangannya. Ifa langsung berjalan cepat menyusul langkah panjang CEO-nya ini. "Sana kamu bersihkan semua ruangan ini harus sampai bersih!" perintah Kayden ketika sudah duduk di meja kerjanya dan membuka beberapa dokumen penting yang harus ia tanda tangani. Ifa hanya mengangguk saja lalu membersihkan lantai ruang Kayden yang sangat luas seperti ini. Tiba-tiba lampu ruangan itu padam bukan hanya ruangan itu saja melainkan perusahaan itu terjadi pemadaman lampu secara tiba-tiba. Kedua orang yang berada di ruangan itu terkejut apalagi Ifa yang berteriak ketakutan seraya kedua tangannya menutupi kedua telinganya dan berjongkok di samping sofa. Kayden panik langsung menyalakan lampu senter kamera dari ponselnya dan berlari menghampiri Ifa yang sepertinya sangat ketakutan. "Akhhhhhh!"Ifa berteriak kencang karena memang dirinya takut di ruangan yang sangat gelap. Ifa meringkuk di samping sofa sambil menangis histeris. Kayden langsung memeluk wanita itu dan salah satu tangannya menghubungi seseorang. "Kenapa lampunya padam?! "bentak Kayden marah pada seseorang di seberang sana. " Maaf pak ada gangguan, seben--" "Cepat selesaikan! "Kayden menutup telepon itu secara sepihak karena rasa kesal pada pegawainya itu bisa-bisa ceroboh begini. Kayden akan menghukum pegawainya jika kecerobohannya sangat fatal seperti sekarang ini, mungkin  khususnya banyak karyawati sedang ketakutan dan panik seperti Ifa. "Sssttt tenang Ifa jangan menangis. "mimik Kayden seketika berubah melembut dan memeluk erat tubuh Ifa agar segera tenang. " saya takut pak. "tubuh Ifa bergetar disertai isak tangisnya. Kayden segera menggendong Ifa dan menaruhnya di atas sofa. Ketika Kayden akan berdiri, Ifa menarik tangannya untuk duduk lagi di atas sofa di sebelahnya. Kayden terkejut ketika Ifa memeluk tubuhnya dari samping. "Tenang Ifa, ada aku di sini. Aku enggak akan ke mana-mana, "ucap Kayden yang langsung memeluk Ifa. Kedua orang itu berpelukan di ruangan yang sangat gelap dengan perasaan yang berbeda. Setelah 10 menit kemudian akhirnya lampu kembali menyala. Keduanya masih berpelukan hingga Ifa sadar lampu sudah menyala kembali lalu segera ia melepaskan  kedua tangannya yang menutupi wajahnya dan memeluk tubuh Kayden begitu pula Kayden langsung melepaskan pelukannya. "Em ma--"ucap kedua orang itu bersamaan. "Emm Bapak saja dulu, "ucap Ifa sopan pada Kayden. Ifa gugup sekali ketika sadar dirinya membuat kesalahan memeluk CEO-nya tapi Ifa tidak berniat untuk modus pada Kayden hanya saja dirinya memang sangat begitu takut berada di ruangan yang gelap di ruangan yang gelap tanpa cahaya. " Kamu saja," ucap Kayden singkat. Kayden takut jika Ifa mengira dirinya modus memeluknya. Kayden khawatir melihat wajah ketakutan Ifa membuat dirinya reflek memeluk wanita itu. " Emhh eh anu maaf Pak, maaf saya tadi sangat lancang memeluk Bapak. Saya memang benar-benar sangat takut tadi, "ujar Ifa dengan kepalanya menunduk takut jika dirinya dihukum atau dipecat. Kayden menghela napasnya lega ketika mendengar ucapan Ifa, lelaki itu mengira jika Ifa akan menghinanya tetapi justru wanita itu malah meminta maaf padanya. " Ah tidak apa-apa. Saya juga sebenarnya sangat khawatir tadi sama kamu yang teriak-teriak begitu, "balas Kayden sesekali kedua matanya  melirik Ifa yang ternyata juga mencuri pandang menatapnya. " Kalau begitu saya ingin melanjutkan pekerjaan saya dulu pak, maaf kesalahan saya tadi. "Ifa segera beranjak dari duduknya setelah Kayden mengangguk sebagai jawaban. Ifa segera melanjutkan menyapu bagian belakang sofa. Ifa menunduk menatap tangannya yang kini menyentuh dadanya yang sedang berdebar tak karuan. 'kenapa selalu begini ketika aku berdekatan dengan dia' batin Ifa dalam hati. Sedangkan Kayden pun juga langsung beranjak dari duduknya untuk melanjutkan pekerjaan dimejanya tapi sebelum itu Kayden menatap tangannya yang menyentuh dadanya yang berdebar tak karuan. 'aku benar-benar telah jatuh cinta padanya' batin Kayden dalam hati. Beberapa detik kemudian Ifa berbalik tak sengaja menatap Kayden yang kini juga sedang menatapnya lalu kedua orang itu kompak saling membuang mukanya masing-masing. Rona merah menghiasi wajah keduanya saat ini. ... Dilain tempat... "Saya akan mentraining kamu di wilayah tertentu nanti kau akan mendapatkan kabar dari bawahanku. Ingat! Kau masih menjadi pegawai sementara jika kau melakukan kesalahan fatal seperti pegawaiku dulu, saya tidak segan-segan memecat kau tanpa diberi gaji. Jadi kerjalah yang benar dan jujur agar dapat saya andalkan saat kau bekerja tanpa adanya hadirku di sana. Ingat juga meski saya tidak selalu bisa menemui di wilayah tempat yang akan kau kuberi tugas, saya bisa memantaumu dari kejauhan, "jelas seorang pria paruh baya itu sangat tegas menatap tajam pada seorang lelaki muda yang duduk di hadapannya yang hanya sebuah meja bundar besar membatasi mereka duduk. Beberapa orang berpakaian hitam berjejer di samping kanan kiri pria paruh baya itu dengan posisi kedua kepalanya menunduk bukan tidur melainkan memang tugasnya untuk tunduk pada bosnya apalagi sekarang ada seorang tamu penting. "Baik Pak saya akan melakukan pekerjaan dengan baik. Saya tidak akan melakukan kesalahan dan selalu hati-hati karena memang hanya inilah pekerjaan saya agar mendapatkan uang banyak untuk mencukupi kebutuhan saya dan membiayai pengobatan adik saya juga. Saya janji akan selalu menghubungi Bapak jika ada masalah yang terjadi di Villa milik Bapak maupun juga hotel. Terima kasih Bapak telah memberi saya pekerjaan dan upah kerja yang lumayan. "lelaki muda itu bernama Mirza yang kini Mirza menemui Zaferino di sebuah kantor perusahaan di wilayah lain tak seperti kemarin lalu membuat Mirza pun juga tak bisa menemui Ifa sebab tempat ini bukan tempat kerja Ifa. " Kau akan diantar oleh para suruhanku besok lusa, saya harap kau bisa menjaga rahasia ketika sudah berada diwilayah itu. Kau akan dijelaskan di sana oleh para suruhanku ini." lalu Zaf memanggil para suruhannya yang berada di sampingnya tadi. Lima orang menghampiri Zaf dan salah satu dari orang itu mendekat ke arah  bosnya-Zaf. Zaf membisikan sesuatu pada orang itu dan orang itu hanya mengangguk saja karena sudah mengerti jelas apa yang dimaksud oleh bosnya ini sedangkan Mirza masih bingung di tempatnya karena  mendengar ucapan Zaf tentang Rahasia jika berada di wilayah tempat dirinya bekerja. Rahasia apa? Itu yang dipikirkan Mirza saat ini, apalagi melihat para suruhan itu mengangguk patuh tanpa membantah perintah Zaf. Mirza tidak mendengar sama sekali ucapan mereka karena Zaf berbisik pelan pada salah satu suruhannya. "Kau sudah kubolehkan pulang saat ini karena sebentar lagi klien kerjaku akan datang kesini. Ingat sekali lagi! Kau jangan bongkar 'rahasia' ku ketika sudah tahu rahasiaku di sana!" perintah Zaf dengan suaranya meninggi membuat Mirza reflek mengangguk mengerti. Zaf memang mempunyai rahasia besar yang tidak ada seseorang yang mengetahuinya apalagi keluarga besarnya kecuali para pegawainya yang ia percayai mengetahui apa yang dikerjakan oleh bosnya selain memiliki perusahaan besar yang banyak cabangnya. "Iya pak Zaf saya mengerti, saya permisi dulu Pak dan terima kasih. "Mirza pun segera keluar dari ruangan yang gelap itu. Ketika keluar Mirza menghembuskan napasnya berkali-kali agar hatinya tenang entahlah mengapa dirinya tidak tenang ketika Zaf memberikannya pekerjaan bukankah seharusnya Mirza merasakan lega dan senang karena mendapatkan pekerjaan lain tanpa harus memuaskan w************n itu? Ketika Mirza berbalik akan melangkah ke arah kanan jalan tiba-tiba kedua mata Mirza melotot ingin keluar dari tempatnya ketika melihat dua orang lelaki bertubuh kekar penuh tato di kedua lengan tangannya serta lehernya sangat mengerikan itu membawa seorang lelaki kurus yang disekap. Mirza kaget ketika dibentak oleh salah satu dari dua orang itu yang menggeret paksa seorang laki-laki bertubuh kurus. Mirza segera meminggirkan badannya memberikan ketiga orang itu jalan. Laki-laki bertubuh kurus itu sangat mengenaskan sekali dimata Mirza. Wajah laki-laki itu banyak lebamnya seperti bekas pukulan yang sangat keras lalu mulut lelaki itu terdapat kain supaya dirinya tak bisa berteriak kencang ketika diseret dua orang itu hanya bisa memberontak. Mirza tetap melihat ketiga orang itu sampai masuk ke sebuah ruangan yang ternyata ruangan Zaf membuat pikiran Mirza bertanya-tanya. Maksudnya apa ini? Apa orang-orang tadi yang dimaksud klien kerja oleh pak Zaf? Tanya Mirza dalam hati. Tapi Mirza segera pergi dari perusahaan ini yang sangat aneh baginya yang tak terlalu besar bahkan karyawan di sini terlihat sedikit tak seperti perusahaan yang sebelumnya ia datangi. Mirza pun juga harus menempuh selama  hampir berjam-jam lamanya datang di perusahaan ini karena letaknya yang sangat lumayan jauh. ... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN