Tiga belas

2602 Kata
TIGA BELAS Setelah pulang  kerja Ifa langsung bergantian pakaian, Ifa ingin mengajak Fio jalan-jalan agar anak itu tak bosan di rumah terus. Setelah berganti pakaian dan memakai jaket begitu pula dengan Fio yang digantikan baju hangat oleh Ifa tak lupa juga memakaikan anak itu sepatu mungil yang cantik. Ifa membawa dua botol yang berisi s**u dan air mineral lalu dimasukkan ke dalam tas ransel mini miliknya. "Bu Ifa mau ajak Fio jalan-jalan, "Pamit Ifa pada ibunya yang sedang masak. "Jangan lupa Fio dipakaikan jaket biar tidak masuk angin! "perintah Lisa lalu menoleh ke belakang, terlihat Fio sudah cantik sekali dipakaikan bando oleh Ifa. Lisa ingin sekali mencium anak manis itu tapi saat ini dirinya sedang memasak dan tangannya juga kotor. " Ifa nanti jangan lama-lama lho kalau ajak Fio jalan-jalan, Fio nanti waktunya makan malam. " peringat Lisa tanpa menoleh ke anaknya karena masih sibuk dalam kegiatannya yang tengah memasak. " Iya Bu, ya sudah Ifa pamit dulu. "Ifa mencium salah satu sisi pipi Lisa karena tangan ibunya kotor. Ifa memang belum bisa memasak seperti ibunya membuat Lisa harus bersabar ketika memberikan nasehat untuk Ifa agar segera belajar memasak sebelum berumah tangga. Bahkan menggoreng tahu dan tempe pun gosong apalagi membuat mie saja sangat malas. Ifa hanya bisa membantu memotong aneka sayuran atau mengupas buah. "Hati-hati Nak, baca doa dulu sebelum berangkat. " " Iya, Bu. " Setelah membaca doa kebiasaan sehari-hari sebelum melakukan aktivitas, Ifa segera menggandeng tangan mungil Fio. Fio melonjak-lonjak senang ketika sepatunya berbunyi bahkan berteriak heboh ketika menatap sepatunya  terdapat lampu yang bisa berganti warna. Citcitcit~begitulah bunyinya:v "Hoho mii agu mii agu! "Teriak Fio mendongak menatap maminya lalu jari telunjuk tangannya menunjuk sepatunya. Ifa tertawa mendengar ucapan Fio. Bunyi itu dikira lagu oleh Fio. Fio masih sesekali melonjak-lonjak membuat Ifa harus sigap karena takut jika anak itu terjatuh. Ifa akan mengajak Fio pergi ke Mall, sudah lama Ifa tidak pergi ke Mall. Ifa juga tak perlu menaiki kendaraan karena letak Mall di sini pun juga tak jauh bahkan jalanan di sekitar sini pun sangat ramai membuat Ifa mengajak Fio jalan kaki saja. Ifa menggendong Fio ketika sudah masuk ke dalam Mall walau anak mungil itu memberontak ingin turun dari gendongannya dan merengek. "Mii tuyun miii! "teriak Fio rewel seraya kedua kakinya digoyangkan membuat Ifa kewalahan sendiri. Sebenarnya Ifa akan menurunkan tapi untuk kali ini tidak karena sangat ramai sekali hari ini padahal masih belum malam. "Ssstttt Fio tidak boleh nakal." Ifa menatap Fio yang menangis menatapnya. "Akhal ja mii! "(nakal aja mi)" "Ehh no no no! "Ifa menaruh jari telunjuk di depan bibir mungil Fio. Fio menghentikan isak tangisnya tapi matanya tetap fokus ke arah maminya. " No Mi! "balas Fio. Astaga anak ini bisa debat gitu ya-jerit Ifa dalam hati yang memang kalah pada Fio. Ifa berjalan menuju lift seraya menggendong Fio walau anak itu mengoceh ingin turun. Seketika Fio terdiam ketika masuk ke dalam lift yang dipenuhi beberapa orang yang kini juga melihat dirinya. Fio memeluk leher Ifa dan menaruh wajahnya ke ceruh leher Ifa. Ifa terkekeh geli melihat perilaku Fio ini yang bisa-bisanya malu terhadap beberapa orang di dalam lift ini. "Lucu ya Bu anaknya ingin deh punya anak lagi jadinya, "ujar wanita muda cantik menggandeng seorang pria muda tampan menatap Fio walau Fio memunggungi mereka karena masih memeluk erat maminya karena malu. " Hehe iya B,u suka malu gini anak saya. " " Semoga saja saya bisa segera hamil karena memang udah ingin banget punya anak cewek karena anak saya sudah tiga tapi cowok semua, "ucap wanita muda itu yang sangat penuh harap yang langsung diaminkan sang suaminya yang kini tengah merangkul pundak sang istri. "Amin Bu semoga segera diberi momongan lagi, " balas Ifa tersenyum ramah walau dia kikuk sekali karena baru kenal. "Ya sudah saya duluan ya, Bu, "pamit wanita muda itu keluar bersama suaminya. Ifa mengangguk tersenyum lalu menatap Fio yang kini diam menyender dadanya sesekali tangannya dengan jahil merayapi kerah leher baju Ifa ingin membuka kancing kemeja Ifa walau itu juga susah bagi Fio. Ifa jadi geli sendiri melihat anak itu diam tak berkutik begini menurutnya Fio itu sangat membuat gemas bagi beberapa orang yang melihatnya. Pintu lift terbuka, Ifa segera keluar dari Lift itu menggendong Fio berjalan menuju tempat tujuannya yaitu timezone. Fio melongo melihat beberapa permainan yang menarik sekali dimatanya, Ifa menurunkan Fio dari gendongannya. Fio berlari tertatih membuat Ifa segera berjalan cepat takut jika Fio ditabrak beberapa orang yang berlalu lalang di sini. "Fio mau ke mana? "tanya Ifa berjalan di belakang Fio sesekali Ifa memegangi pundak Fio ketika hampir menabrak orang. " Mii tuhh! "teriak Fio heboh menunjuk mesin boneka lalu kedua tangan mungilnya bertepuk  tangan senang ketika dirinya sudah berada di depan mesin itu. Ifa hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh geli melihat Fio memukul benda itu lalu Fio berjalan lagi ke arah lain yaitu melihat beberapa anak kecil bermain permainan yang ada di sini. Fio hanya melihat-lihat saja sesekali poni rambutnya ia sibakkan ke belakang karena gerah. "Sini mami benarkan poni Fio. Pakai bando ya? "tanya Ifa sembari menunjukkan bando yang tadi sempat lepas ketika Fio melonjak-lonjak. Fio menatap bando itu dan menggeleng tak mau. " Hari minggu mami potong poni kamu ya, sudah panjang. "Ifa merapikan rambut Fio yang sangat bagus berwarna hitam. " Mii cucu mii, "rengek Fio terasa gerah sekali. Ifa menggendong Fio lalu duduk di tempat duduk yang sudah disediakan di area timezone. Ifa mengeluarkan botol s**u berukuran besar lalu Fio meraihnya setelah Ifa membukakan tutup botol itu. Sesekali Ifa menurunkan salah satu kaki Fio ketika duduk seperti orang yang sedang duduk di warung kopi. Mungkin Fio pernah diajak ibunya  ke warung kopi membuat Fio meniru cara duduk bapak-bapak di warung itu. "Duduk yang bagus, anak cewek kok duduknya seperti itu, "tegur Ifa tapi tak membuat Fio marah justru mengulangi lagi dengan menaikkan salah satu kakinya di atas kursi. Untungnya Fio memakai celana panjang dan pampers jadi Ifa tak perlu risau ketika anak itu duduk seperti itu. " Hai? "sapa seseorang yang tersenyum ramah ke arah mereka. Ifa mendongak menatap seorang wanita muda yang sangat cantik memakai dress berwarna merah muda. " Eh iya mbak, duduk mbak. "Ifa menepuk sebelah kursi yang kosong di samping Fio. " Iya, terima kasih, "balas wanita itu setelah duduk di samping Fio. " Anak mbak ya? "tanya wanita muda itu seraya tangannya mengusap kepala Fio lembut. Fio menatap beberapa orang serta anak-anak yang berlalu lalang di depannya. " Iya, "balas Ifa sedikit canggung karena baru bertemu wanita cantik berkulit putih s**u bahkan barang yang dipakai wanita itu juga bukan barang biasa seperti sepatu, dress, tas dan jam tangan. Ifa  menelan salivanya ketika dirinya membandingkan penampilannya dengan wanita itu. Jelas sangat beda jauh. "Oh ya Mbak, saya Karin nama Mbak siapa? "tanya wanita itu bernama Karin tersenyum ramah pada Ifa seraya tangannya ia julurkan untuk berjabat tangan. " Nama saya Ifa, Mbak. "Ifa membalas jabatan tangan Karin dan juga tersenyum ramah. " Ini anak manis namanya siapa? "tanya Karin lembut menundukkan wajahnya menatap lekat si mungil berusia sekitar satu tahunan. " Fiona mbak. " " Cantiknya. "Karin mengecup salah satu sisi pipi Fio. Fio menoleh menatap melongo sosok wanita yang sangat asing baginya. " Hay Fio? "panggil Karin melambaikan tangannya di depan Fio. " Hihihi. "Fio tersenyum lebar menunjukkan beberapa gigi mungilnya yang baru tumbuh. " Tos dulu sama tante, "ucap Karin sambil telapak tangannya di dekat di depan Fio. Fio yang tak tahu apa-apa diam sembari melongo. Karin tersenyum geli lalu menunjukkan cara ber-tos ria. Fio yang mengerti langsung bertepuk tangan senang kebiasaan dirinya ketika melihat hal menarik dimatanya. Ifa yang melihat keduanya terasa janggal sekali. Karin memiliki kulit putih s**u sama seperti Fio, Karin mempunyai bibir tipis sama seperti Fio apalagi rambut mereka itu sama intinya bagi Ifa itu mereka sangat mirip seperti ibu dan anak. Apakah Fio itu anak wanita itu? - tanya Ifa dalam hati. Lamunan Ifa terbuyar ketika mendengar ucapan Karin. "Mbak saya ingin gendong anak mbak ya, cuman lihat-lihat permainan di sini. Tenang mbak saya bukan penculik anak, "ucap Karin yang langsung diangguki Ifa. Ifa juga terasa aneh mendengar ucapan Karin yang sepertinya takut dicurigai padahal Ifa sudah terbiasa jika Fio di gendongan orang-orang bahkan tetangganya juga sering mengajak Fio main entah ke mana. Ifa melihat betapa senangnya Fio ketika diajak bermain salah satu mainan anak kecil yang dimainkan Karin. Sungguh pemandangan itu membuat Ifa sedikit merasa iri karena memang dirinya tak punya banyak uang untuk bisa memanjakan Fio tiap hari. "Mamii nih! "teriak Fio membuat Ifa reflek menatap Fio. Terlihat Fio menunjukkan boneka kelinci lucu ditangannya, rupanya wanita itu memainkan mesin boneka lalu mendapatkan boneka kelinci dan diberikan pada Fio. " Terima kasih mbak, "ucap Ifa yang sebenarnya merasa tak enak. Karin menggendong Fio menghampirinya, Fio asyik pada boneka barunya itu. " Tidak apa-apa saya ikhlas kok mbak jadi tidak usah merasakan tak enak pada saya. " ... "Nak, kapan kamu menikah? "tanya Nia menghampiri sang anak diruang kerjanya di samping kamar anaknya itu. " Mah sudahlah jangan tanya itu lagi, Kayden bosan mah, "balas Kayden malas tanpa menoleh menatap Nia. "Kok begitu sih sikapnya ditanya mama, tatap mata mama dan duduk di sebelah mama!" perintah Nia yang kini duduk di atas sofa dekat meja kerja anaknya. " Tapi Ma pekerjaan Kayden banyak. "Kayden berbohong karena dirinya memang sangat menghindari mamahnya yang selalu menanyakan kapan nikah tiap hari. " Jangan bohong sama mama! Kamu mau jadi anak durhaka?! "bentak Nia yang kesal melihat perilaku anaknya itu seperti menghindarinya, Nia tahu jika anak itu berbohong membuat dirinya juga kesal. Kayden menghela napasnya kasar lalu berjalan menghampiri mamahnya dan duduk disamping mamanya. " Kamu kenapa kok sampai tidak mau nikah? "tanya Nia heran. "Ya mama akui dulu mama salah tidak menyetujui Monita tapi benar kan Monita memang wanita tidak baik? Lihat saja hubunganmu tidak bertahan lama." Aku takut mama tidak menyukai dia-batin Kayden. Kayden takut jika mamahnya tak menyukai dirinya yang sedang dekat dengan wanita janda yang memiliki anak. Nia melihat wajah anaknya yang gelisah. Nia tahu jika Kayden mungkin takut dirinya tak menyukai pilihan anaknya sendiri. Suara pintu terbuka membuat Nia dan Kayden menoleh bersamaan yang ternyata Keysa masuk ke dalam sini. Keysa langsung duduk di samping mamahnya. "Mama. "Keysa memeluk mamahnya manja. Kayden hanya berdecih sinis melihat sifat kanak-kanak Keysa akan terlihat jika bersama Nia. " Kenapa kok senang banget hari ini? "tanya Nia bingung melihat wajah anak perempuan sangat senang. " Mah aku tadi dilamar Theo! "pekik Keysa senang. " Wah bagus tuh kapan keluarganya kesini? "tanya Nia yang ikut senang akhirnya Keysa yang berumur 26 tahun kini akan menjalani hubungan yang lebih serius lagi. " Katanya besok lusa ke sini mah, "balas Keysa sembari mencium sisi pipi sebelah kanan Nia. Nia memang membebaskan anaknya untuk menentukan pilihannya sendiri agar anaknya tidak menikah lari karena tidak disetujui oleh dirinya, nauzubillah. Tapi Nia juga berhak untuk melihat apakah pantas anaknya bersanding dengan seseorang seperti Keysa yang memang Nia sudah memiliki firasat baik pada Theo-pacar anaknya. Theo pengusaha muda yang sukses seperti Kayden tapi bedanya Kayden yang meneruskan usaha papahnya sedangkan Theo itu memang dari anak yang berasal dari keluarga tidak mampu tapi memiliki otak yang cerdas dan kini perusahaannya bekerja sama dengan perusahaan keluarga Radhika. Keysa mencintai Theo dari semasa SMP hingga saat ini mereka masih berpacaran. Sebenarnya Zaf tidak menyukai Theo tapi perlahan pasti ketika Theo sudah sukses besar dalam usahanya, Zaf akhirnya menyetujui dengan syarat jangan sampai memanfaatkan harta milik anaknya karena Keysa adalah seorang pembisnis wanita yang sukses dalam kariernya. Bisnisnya adalah seperti wadah berbahan plastik dengan label merek yang terkenal mahalnya bahkan Keysa sering kali bertemu para artis papan atas yang memang ingin memesan wadah wadah cantik dan menarik hasil bisnisnya yang dirintis dari nol. Kembali ke topic "Terus yang jadi pertanyaan mama di sini, kakakmu ini kapan punya calon? "sindir Nia sembari menepuk pundak Kayden sedikit kasar. Kayden yang sedang bermain ponsel yang memang malas mendengar obrolan dua wanita di sampingnya ini menoleh ke arah Nia kesal. " Kenapa sih ma? Jangan paksa aku, "ucap Kayden memohon. " Bagaimana enggak dipaksa Nak, mama juga tidak mau kamu dilompatin sama adik kamu. " " Emang yakin Kak belum ada calon? "goda Keysa sembari menggerlingkan matanya. " mama  sudah tua, ingin deh punya cucu-cucu lucu dari kalian. "gumam Nia membuat kedua anak kembarnya menoleh padanya sedih. " Ma Kayden pasti akan cari calon istri yang terbaik, "balas Kayden yang memang merasa tak tega pada mamanya ini. " eh Keysa baru ingat, "ucap Keysa cepat membuat Kayden melototi adiknya ini. " Key--"ucapan Kayden dipotong oleh Keysa. "Kakak sudah punya pacar mah tapi gengsi," celetuk Keysa cepat. " Apa? "kedua mata Nia berbinar mendengar ucapan Keysa. " Iya mah, dia seorang office girl. " Nia menoleh ke samping menatap Kayden," Kenapa kamu tidak cerita sejujurnya kalau sedang dekat sama office girl? " " Emm. " " Kamu takut kalau mama tidak menyetujuimu bersama wanita yang sekarang kamu dekatin?" "Bukan begitu, Ma. " " Dia wanita janda mah, "ceplos Keysa lagi. "Apa? Kamu dekat sama wanita janda?" tanya Nia terkejut. Bukankah itu bukan kriteria anaknya? Aneh sekali. Kayden yang akan menjawab ucapan mamahnya kalah cepat oleh Keysa membuat Kayden ingin sekali mencekik leher Keysa karena kesal sekali adiknya itu seperti lambeh turah. "Dia juga punya anak mah tapi tenang wanita itu cantik banget kok mah, baik juga bahkan sangat beda jauh dari Monita dulu, "sambung Keysa antusias. " Benar katamu dia baik? " " Iya Ma, Keysa yakin wanita itu sangat baik. "Keysa mengangguk yakin sekali dengan ucapannya. " Oke kalau begitu, besok undang wanita itu ke sini Kayden!" perintah Nia membuat Kayden pasrah dan matanya menatap tajam ke arah adiknya itu. ... "Mirza kamu mau ke mana? "tanya Magda bingung melihat koper besar di depannya yang kini dibuka karena Mirza sedang menata beberapa baju dimasukkan ke dalam. " Kerjalah, "balas Mirza tanpa menoleh ke arah Magda. " Kamu mau ninggalin aku Za dan anak kita, "Ucapan terakhir itu hanya bisa diucapkan di dalam hati karena Magda memang sangat berat mengucapkan fakta ini. " Emang kenapa sih? Kamu minggir sana, mengganggu saja! "bentak Mirza membuat Magda meminggirkan badanya takut. " Kamu akan kerja di mana? "tanya Magda khawatir. " sudah aku bilang itu bukan urusanmu! " Magda membungkam bibirnya sendiri lalu menghela napasnya pelan. Semenjak hamil dirinya sangat gampang terkejut akan hal-hal kecil apalagi Mirza berubah sikapnya terhadapnya dan sering kali berkata kasar padanya. Mirza memang belum diberikan seragam tapi nantinya akan diberi ketika sudah tinggal di sana untuk bekerja sedangkan adiknya akan dirawat oleh suster pribadi dan itu pun dari Zaf yang mengurusinya. Mirza berterima kasih pada Zaf yang sudah memberikan fasilitas terbaik pada adiknya. "aku merindukan sifatmu yang dulu Mirza, "gumam Magda yang tak sengaja terdengar oleh Mirza. Mirza menoleh pada Magda membuat Magda juga menatap laki-laki itu. " Jangan harap Magda karena diriku hanya merindukan Ifa bukan dirimu! " Magda membalikkan badanya dirinya menangis tanpa suara selalu sepeti itu. Magda juga merasa bersalah jika dirinya menjadi orang ketiga. Magda mengira jika dirinya menawarkan pekerjaan itu, Mirza akan jatuh cinta padanya tapi ternyata harapan tak sesuai pada kenyataan yang ada justru kenyataan itulah membuat Magda terluka karena percuma juga memaksakan Mirza untuk mencintainya karena hati lelaki itu sudah terisi penuh oleh bayang-bayang Ifa di pikirannya. Bahkan saat mereka berdua melakukan itu, Mirza selalu tak sengaja memanggil Ifa disela-sela kegiatan panas mereka. Mirza juga tak mempermasalahkan dan membiarkan saja. Mirza tahu jika hati Magda terluka, tapi mau bagaimana lagi dirinya memang tak menyukai w************n seperti Magda walau memang ia akui juga menjadi lelaki murahan untuk wanita itu. Tapi Mirza hanya menginginkan Ifa yang harus menjadi istrinya kelak. ... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN