Aldrich spontan berbalik terkesiap melihat istri Walikota sudah ada di belakangnya tersenyum menggoda.
“Nyonya ... “
“Lilian! Panggil saja aku Lilian!” potong istri Walikota sedikit menggoyang ke kanan dan kiri tubuhnya yang dibalut oleh dress makan malam yang seksi. Aldrich agak sedikit keheranan tapi ia masih bersikap dingin dan angkuh seperti biasanya.
“Nyonya Lilian, apa yang Anda lakukan di kamar mandi pria?” tanya Aldrich sambil terus memandang wanita yang lebih tua darinya itu. Wanita bernama Lilian tersebut mendekat dan tersenyum manis pada Aldrich.
“Aku sangat kagum padamu Doktor. Kamu ... berbeda,” jawab Lilian dengan sedikit desahan di akhir kalimatnya. Kedua alis Aldrich sedikit naik dan ujung bibirnya naik dengan angkuh. Pandangan matanya yang tajam makin membuat Lilian semakin ingin bertekuk lutut pada si ‘pangeran’ itu.
“Terima kasih atas pujianmu, Nyonya Lilian ...”
“Jangan panggil aku, Nyonya. Aku tidak terlalu tua. Usiaku baru 35.” Aldrich tersenyum tipis dan sedikit mengangguk. Ia mendehem kecil dan berusaha untuk pergi.
“Uh, aku sudah selesai. Aku rasa kita harus kembali ke dalam ...”
“Uh, Doktor Caesar, kenapa harus buru-buru? Aku yakin kamu pasti bosan dengan pembicaraan suamiku yang ... itu-itu saja!” potong Lilian dengan gaya yang mulai agak centil. Aldrich tersenyum lagi dan mendengus kecil.
“Lalu apa usulanmu, Nyonya ... maksudku Lilian?” Lilian tersenyum dan mendekat lalu perlahan membelai jas di bagian d**a Aldrich.
“Aku ingin mengobrol sesuatu yang pribadi denganmu.”
“Soal apa?” Lilian makin mendekat dan membuat Aldrich makin terdesak ke pinggir basin yang terbuat dari marmer tersebut dengan tetap membelakangi cermin.
“Aku penasaran siapa kekasihmu, Doktor Caesar?” desah Lilian makin mendekat. Aldrich menarik udara perlahan sambil mencoba mencari tahu. Tapi akalnya tentu bisa menjawab apa yang diinginkan oleh wanita kesepian itu.
“Aku tidak memiliki kekasih, Lilian. Aku belum menemukan cinta sejatiku,” jawab Aldrich masih memandang lekat Lilian.
“Apa itu seperti kisah cinta Julius Caesar? Nama belakangmu mengingatkan semua orang betapa besarnya seorang pemimpin bernama Caesar.” Aldrich tersenyum namun tak mengangguk atau menggelengkan kepalanya. Tangannya perlahan naik dan menyentuh dari pipi sampai garis rahang Lilian yang perlahan memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut itu.
“Aku lebih menyebut diriku bagai Caesar yang mencintai Cleopatra. Tenggelam oleh kisah cinta lain yang dianggap orang jauh lebih menarik,” gumam Aldrich lalu melepaskan napasnya dengan lembut. Aldrich bisa dengan jelas melihat langsung betapa birahi terlarang terlihat jelas di mata Lilian.
“Aku bisa memberikan kenikmatan cinta yang kamu butuhkan. Sehingga kamu tak perlu mencari Cleopatra lagi,” goda Lilian makin berani seakan ingin melumat bibir Aldrich yang penuh dan menarik. Tapi Aldrich hanya diam bergeming di posisinya. Akal iblisnya pun berbisik mengambil keuntungan dari situasi yang tak ia undang sama sekali.
“Bahkan Jendral besar seperti Julius Caesar butuh bukti,” balas Aldrich membuat Lilian melebarkan senyuman menggodanya.
“Aku akan berlutut ... sampai kamu puas!” desahnya perlahan menurunkan tubuhnya sampai ia berlutut di depan pinggul Aldrich. Aldrich tak menghalangi dan malah membuka kancing jas bagian depan.
Lilian seakan ingin berteriak girang kala Aldrich memberikan kesempatan. Tangan Lilian tak ragu meraba dan mulai membuka tali pinggang bermerek dari pinggang Aldrich.
“Apa kamu lupa jika kita ada di kamar mandi?” tanya Aldrich sedikit menyindir. Lilian yang sedang mempreteli celana Aldrich lantas menengadah dan menyengir lebar.
“Jangan khawatir, aku sudah menguncinya!” Aldrich hanya tersenyum sekilas dan menengadahkan saja kepalanya ke atas. Pelayanan kelas atas dari istri Walikota pun dimulai tak berapa lama kemudian.
Aldrich hanya perlu santai dengan menyandarkan punggungnya pada sisi konter basin dengan kedua telapak tangan memegang siku konter. Perlahan Aldrich memejamkan mata dan mulai tersengal tapi masih sangat lembut.
Bibir Lilian sudah mengulum dan mencoba memasukkan seluruh bagian sampai ke pangkal. Sayangnya sepertinya milik Aldrich tak cukup muat baginya. Lilian terus mendesak dan Aldrich membantu dengan mendorongkan pinggulnya agak ke depan.
Mata Lilian mulai naik ke atas dan Aldrich mulai menunduk ke bawah. Cengiran iblis milik Aldrich Caesar tersungging dari bibirnya yang ranum dan seksi. Ia menggigit bibir bawahnya semakin menambah lenguhan tertahan penuh gairah dari Lilian.
Hanya desah lembut dan napas sedikit menderu milik Aidan yang terdengar. Cekikan Lilian yang memenuhi rongga mulutnya dengan milik Aldrich membuat sedikit air mata mulai keluar dari sudut matanya.
Aldrich pun mulai menggerakkan pinggulnya tanpa memegang kepala atau rambut wanita yang tengah melayani birahinya yang tengah memuncak. Aldrich sudah ditinggal pergi oleh boneka yang melayani kebutuhan seksualnya dan sekarang ia malah mendapatkan gratis dari seorang istri pejabat. Sungguh makan malam yang luar biasa!
“Ehem, maaf aku agak lama. Ibuku menelepon dan kami mengobrol,” ucap Aldrich begitu kembali ke meja makan dan duduk di kursinya lagi. Tak berapa lama kemudian, istri Walikota yang bernama Lilian ikut kembali ke meja yang sama dan duduk berhadapan dengan Aldrich.
“Ke mana saja kamu? Kamu terlalu lama?” bisik suaminya dan Lilian hanya memberikan senyuman tipis.
“Perutku agak tidak enak!” bisik Lilian memberikan alasan.
“Apa kamu baik-baik saja?” Lilian hanya memberikan anggukan dengan senyuman. Di depannya Aldrich kembali sibuk dengan sisa makan malamnya yaitu menikmati makanan pencuci mulut dengan Lilian yang memandangnya. Tapi Aldrich hanya memberikan sedikit lirikan angkuh dan kembali berbicara dengan salah satu Dekan di sebelahnya.
“Terima kasih atas kedatanganmu, Doktor Caesar. Kami sangat merasa terhormat hari ini!” ujar Walikota saat mengantarkan Aldrich ke bagian lobi depan bangunan museum. Helikopter Aldrich di parkir di halaman rumput di depan museum kampus tersebut. Aldrich lantas menyalami Walikota dan Rektor yang mengantarkannya.
“Terima kasih atas keramahan dan sambutannya. Aku sangat terkesan. Selamat malam!” Aldrich pun berbalik pada istri Walikota yang ikut mengantarnya.
“Terima kasih, Nyonya. Aku sangat menikmati makan malamnya. Selamat malam!” ujar Aldrich dengan sikap formalnya lalu membungkuk dan berbalik berjalan mengikuti asistennya. Mata Lilian tak lepas dari sosok Aldrich yang menarik perhatiannya sampai apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu di kamar mandi.
Aldrich akan kembali ke New York dan mampir ke Golden Dragon sebelum kembali ke apartemennya. Entah mengapa, ia ingin ke Golden Dragon tempat ia dibesarkan. Matanya terus menatap keluar dan separuh melamun menatap pemandangan kota dari balik kaca jendela helikopternya.
“Doktor, aku sudah memeriksa tugas yang dikirimkan oleh mahasiswamu dan menurutku analisa yang diberikan oleh Nona Chloe Harristian sangat menarik. Apa kamu yakin akan membuat ia dikeluarkan dari NYU?” tanya Connor membuat Aldrich menolehkan wajah padanya.
“Memangnya apa yang dia tulis?” tanya Aldrich jadi penasaran. Connor tersenyum dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang menjadi makalah Chloe. Connor sampai menandainya dan meminta Aldrich untuk membaca.
“Bacalah. Aku yakin jika dia gadis yang berbeda. Dia tak seperti yang kamu pikirkan selama ini.”