Mentari terbit dari timur memancarkan sinarnya yang hangat di pagi yang cerah ini. Pagi ini Tyara menemani kakeknya berjalan - jalan di taman yang asri yang ada di komplek perumahannya. Biasanya kalau hari sabtu begini mereka bertiga berjalan -jalan ke taman, entah hanya sekedar jalan - jalan atau membeli makanan ringan yang ada di sekitar taman. Namun hari ini mereka hanya berdua saja ,karena sang nenek sedang tidak enak badan.
"Tya , bagaimana pekerjaan kamu?? kakek perhatikan sepertinya semakin sibuk dan kurang ada waktu untuk berkumpul!!"
"Alhamdulilah semua lancar kek, enggak perlu cemasin Tya kek
Maaf kalau jadinya waktu untuk kakek dan nenek berkurang ya kek!!
"Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri nak!!!
beri Reward untuk dirimu sendiri, sesekali manjakan dirimu sendiri nak
bentar lagi Alvin juga selesai kuliahnya, sekarang saatnya kamu menata masa depanmu Tya."
"Tya enggak keberatan kok kek, kalau Alvin masih mau lanjut kuliahnya lagi.
Insyaallah semua bisa di penuhi kek. Yang penting Kakek dan Nenek sehat terus, selalu menjadi tim yang mendukung Tya ,itu sudah cukup kek.
Kakek mau beli makanan apa? Tya mau makan bubur aja kek" Tyara mengalihkan pembicaraan, agar kakeknya tak melanjutkan obrolan, karena menurut Tyara obrolan itu sangat berat kalau di teruskan
"Samain saja nak, sekalian buat nenek juga"
"Mau makan disini aja kan kek?"
"Iya ,boleh"
"Kalau begitu kakek tunggu di bangku yang sebelah situ aja kek, Tya yang pesen buburnya." Kemudian Tyara berjalan ke arah gerobak bubur yang lumayan rame.'untung aja aku minta kakek nunggu disana' batin Tyara. Setelah mendapatkan bubur pesanannya Tyara berjalan ke tempat kakeknya tadi. Dia memperhatikan kakeknya tidak duduk sendirian namun ada orang lain yang duduk di sebalahnya dan sedang berbicara dengan kakeknya. Samar - samar terdengar suara kakek dan pria yang duduk di sebelah kakek yang sedang tertawa. Dia pun penasaran dengan siapa kakeknya ,kenapa begitu akrab."
"Kek"
"Ehh sudah nak, kenapa lama?"
"Rame banget kek, untung masih kebagian nih buburnya. "ucap Tyara sambil mengangkat kantong yang berisi tiga bungkus bubur.
"Ahh pantes aja lama,untung kakek ada yang nemenin ngobrol.
Kenalin nak ,ini cucu kakek" Kakek memperkenalkan . Tyara sempat kaget melihat siapa pria yang menemani ngobrol kakenya, dengan cepat mengembalikan ekspresi keterkejutannya menjadi senyum yang ramah. Dia mengulurkan tangan nya dan menyebutkan namanya.
"Tyara"
"Saya Darko, salam kenal mbak Tyara"
"Tyara , saja mas"
"Baiklah Tyara, kalau begitu saya pamit dulu ya kek "
"Loh kok buru - buru tho nak Darko, enggak ngobrol dulu sama cucu kakek nih?"
"Saya sudah dari tadi kek, ini udah di tungguin sama kakak saya buat sarapan bareng. Atau kakek mau mampir ke tempat kakak saya?"jawab Darko dengan senyum menawannya
"ahhh begitu, lain kali saja nak mapir ke rumah kakek.ya sudah hati - hati kalau gitu"
"Baiklah Kek, saya duluan ya kek, Tyara mari"
"setelah Darko pergi ,Tyara merasa lega, namun juga sedikit was - was, semoga saja dia enggak ngenalin aku versi Tyara.
"Kakek kenal dia kah? kok Tya enggak pernah liat ya kek?"
"Baru kenal tadi disini nak, dia ngelihat kakek sendiri terus dia duduk sebelah kakek.
Dia lagi nginep di rumah kakak nya, dia enggak tinggal disini"
"Ahh pantes enggak pernah liat"
"Ayok pulang Nak, nanti nenek nungguin kita, kita makan dirumah aja ya bereng nenek, enggak apa kan?"
"Iya boleh kek, untung tadi minta dibungkus kek, buburnya. Ada yang mau dibeli lagi enggak kek?"
"Udah cukup nak"
kemudian sepasang kakek dan cucu itu berjalan meninggalkan taman dan berjalan menuju rumahnya, Mereka tidak ada yang tau kalau ada mata yang mengamati mereka sejak tadi.
'Aku curiga kalau Tyara itu Dimas, atau mereka kembar ya? Ah , besok aku minta orang buat ngintai aja' monolog Darko. kemudian meninggalkan taman dan menuju ke arah mobilnya kemudian melajukannya meninggal kan taman itu. Dia begitu bertekat menyelidiki Dimas dan Tyara. Benar-benar sahabat terbaik Sadam.
Bersambung