Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari,Hari berganti minggu, minggu sudah berganti bulan. Tepat hari ini dua bulan lebih dua mingguTyara sudah menjalani tugasnya sebagai Dimas, sang sekretaris laki -laki dari bosnya yaitu Sadam. Sadam pun sudah menunjukkan perubahan yang cukup signifikan mengarah ke positif, hal tersebut membuat Ali dan Fatma bangga terhadap Tyara. Dia mampu merubah Sadam tanpa Sadam sadari. Tiba di hari sabtu, Tyara diminta Ali untuk datang kerumah nya namun sebagai Tyara bukan Dimas. Sebenarnya Tyara juga bingung, biasanya dia selalu berpenampilan sebagai Dimas jika bertemu dengan Ali, beda cerita jika akan bertemu dengan Fatma, pasti Fatma memintanya untuk menjadi Tyara.
"Assalamualaikum Tante, apa kabar?" Tyara mengucapkan salam setelah di persilahkan masuk oleh asisten rumah tangga Fatma, kemudian dia mencium punggung tangan Fatma dengan takzim, dibalas dengan cipika cippiki oleh Fatma.
"Waalaikum salam, alhamdulilah baik Tya"
"Duduk di taman belakang aja yuk Tya" ucap Fatma sambil menggandeng lembut lengan Tyara tanpa menunggu jawaban Tyara lebih dahulu. Begitu mendekati dapur Fatma meminta Bi Asih membuatkan minuman dan pisang goreng yang tad dibuatnya bersama bi Asih.
"Tya, terimakasih ya kamu sudah membantu kami" Ucap Fatma setelah duduk dekat kolam ikan yang ada di taman. Tyara masih bingung dengan dengan apa yang diucapkan oleh orang yang melahirkan Sadam itu.
"Kenapa kamu kelihatan bingung gitu Tya??tanya Fatma memperhatikan ekspresi Tyara
"Maaf Tante, maksudnya membantu apa ya Tan? Jawab Tyara dengan polosnya, membuat Fatma tersenyum kemudian memegan telapak tangan Tyara dan dibawanya kepangkuannya.
"Tya, kamu hebat bisa mengubah Sadam dengan sikap kamu yang tegas namun tetap menghormati Sadam. Hal ini lah yang membuat Sadam pelan -pelan berubah tanpa dia sadari" obrolan mereka terhenti karena Bi Asih datang mengantarkan minuman dan makanan yang diminta Fatma.
"Makasih Bi " ucap kompak Fatma dan Tyara
"Bi, tolong panggilin Bapak ya , bilang kalau Tyara ada disini sama saya"
"Baik Bu" Ucap Bi Asih kemudian berlalu untuk memanggil Ali. Sesampainya di ruang kerja nya Ali, Bi Asih mengetuk pintu dan menyampaikan pesan dari Fatma, namun Ali meminta Tyara datang ke ruang Kerjanya saja,dan Bi Asih keluar dan menjalankan perintah tuannya itu.
"ck kalau udah di ruang kerja pasti lupa kalau ini hari libur, kebiasaan" gerutu Fatma setelah mendengarkan pesan dari Bi Asih
"Kalau begitu saya ke ruangan Bapak dulu ya Tan"
"Yaudah kamu temuin Bapak dulu ,nanti kita lanjut obrolan kita lagi ya"
"Siap Tan, saya ke dala dulu ya tan, mari Tan" ucap Tyara dengan senyum manis nya , kemudian dia berjalan ke arah ruang kerja Ali.
'Semoga kelak nanti kamu yang menjadi menantuku Tya, Sadam pasti bahagia kalau kamu bersamanya' monolog Fatma setelah Tyara meninggalkan tempat itu.
Tok...tok..tok
" Masuk" suara Ali dari dalam ruangannya
"Selamat siang Pak"
"Kamu duduk dulu Tya , saya selesaikan ini sebentar, tunggu ya" ucap Ali kemudian dia melanjutkan pekerjaan nya kembali. Setlah hampir sepuluh menit Tyara menunggu sambil memainkan pnselnya, akirnya Ali berpindah tempat duduk di Sofa berseberangan dengan sofa yang di tempati Tyara.
"Maaf kamu nunggu lama ya" ucap Ali sambil melihat jam yang menggantung di dinding. Tyara merapikan duduknya dan menyimpan ponselnya ke dalam tasnya dan tersenyum ke arah Ali.
"Sepertinya sebentar lagi tugas kamu akan segera berakir sebelum masa kontrak yang kita sepakati
Saya cukup takjub melihat perubahan Sadam dan kamu luar biasa dalam hal ini" pujian Ali kepada Tyara
"Terimakasih atas pujian Bapak, namun ini bukan kerja saya sendiri saja , Bapak , Tante , dan pak Andre juga punya andil yang sangat penting" inilah yang di sukai Ali dari sosok Tyara setelah mengenal selama ini. Ali pun mengulas senyumnya dan menganggukan kepalanya
"Kita lanjutkan sampai pas tiga bulan ya Tya sesuai dengan pembicaraan kita di awal dan setlah ini kamu boleh melanjutkan kembali sebagai manager, terserah kamu mau ke devisi humas lagi atau devisi manapun saya akan menyetujui nya." Tyara mendongakkan kepala nya menghadap ke arah Ali langsung dan mengernyitkan dahinya tanda dia tak begitu paham apa yang di ucapkan sang atasan itu.
"Begini Tyara, saya tidak mau Sadam langsung curiga ketika kamu mundur dari sekretaris, Saya merasa Sadam sedikit manaruh curiga terhadap kamu, kami berusaha mengalihkan perhatian Sadam setiap dia akan mengorek informasi tentang Dimas, Tapi kamu tenang saja ,saya sudah minta ke Andre untuk selalu menjaga dan mengawasi kamu, jadi kamu tidak usah kawatir"
"Baik Pak"
****
Saat di meja makan untuk makan malam, Tyara , Ali dan Fatma kaget dengan kedatangan Sadam dan Darko .
"malam ma ,pa " ucap Sadam menyapa kedua orangtuanya di ikuti Darko menyapa kedua orangtua tersebut, namun mata Darko terarah ke Tyara dengan mengecilkan kelopak matanya. Fatma melirik ke arah Tyara dengan muka yang tegang, kemudian Fatma menggenggam tangan Tyara yang berada di bawah meja, seakan mengucapkan tenag saja kamu aman kok. Tyara pun akirnya kembali dengan muka yang lebih rileks dengan menyunggingkan senyum dari bibirnya.
"Tumben kamu pulang enggak ngabarin Dam " ucap Fatma dengan tangan masih menggenggam telapak tangan Tyara
"Lagi ada tamu mam?" Sadam mengabaikan pertanyaan sang ibu. Darko pun mengarahkan pandangan sama dengan pandangan Sadam.
"Tyara" suara Darko membuat semua yang ada di ruangan ini melebarkan matanya menghadap ke Darko pun dengan Tyara yang merasa kaget dan langsung mendongakkan kepala nya
"Iya, Bapak kenal saya" Tyara pura- pura tidak mengetahui siapa Darko
"Kamu kenal bro? Sadam mengernyitkan dahinya memandang sahabatnya itu. Suara ALi mengalihkan keingin tahuan Sadam. Ali kawatir kalau Darko mengetahui tentang Tyara.
"Masak kamu enggak tau dengan karyawan kamu sendiri, gimana sih kamu itu"
"maksud papa??"jawab Sadam dengan dahi mengernyit, Darko pun juga merasa penasaran menunggu jawaban dari sang ayah sahabatnya itu
"Makanya jangan sibuk terus dengan sekretaris - sekretaris perempuan mu itu!! perhatiin juga karyawan - karyawan yang kinerja nya bagus"
"ck... Papa ini, kan udah berubah pa, sekretaris ku juga sekarang kan laki- laki ,pilihan papa pula" ucap Sadam merasa tersinggung dengan sindiran sang ayah.
"Udah..udah duduk kamu Sadam , kalau enggak dihentiin bisa sampai lebaran kalian berdebatnya" sela Fatma menghentikan perdebatan anak dan suaminya itu.
"Darko duduk nak, makan dulu ya?"
"Makasih Tan'"Darko pun duduk disebelahnya Sadam
kemudian Fatma memanggil sang bibi untuk menyiapkan piring untuk Sadam dan Darko, untung dia tadi masak agak banyakan jadi anak dan sahabatnya bisa ikut serta makan malam bersama. Sadam memperhatikan Tyara sambil mengambil makanan untuk piringnya membuat Tyara bertambah deg deg kan dan salah tingkah,dan hal itu di sadari oleh Fatma, kemudian menegur putranya itu.
"Kenapa kamu liatin terus Sadam? suka ?" pertanyaan sang ibu membuat gelagapan Sadam dan langsung memutus pandangannya kemudian menyuap makanan ke mulutnya. Dalam hati Sadam merasa pernah melihat wanita yang duduk dekat ibunya itu, dia merasa mata gadis itu sangat mirip dengan mata sekretarisnya yaitu mata Dimas, Sadam pun masih curi-curi pandang ke arah Tyara dan hal itu tidak luput dari pandangan Ali dan Darko.
Setelah makan malam selesai mereka berpindah ke ruang keluarga namun hanya para pria, karena Fatma dan Tyara membereskan meja makan dan menyiapkan makanan ringan untuk menemani mereka dalam mengobrol nanti.
Setelah sampai di ruang keluarga Fatma dan Tyara duduk bersebelahan di sofa yang masih kosong setelah meletakkan makanan yang dibawa Tyara tadi.
"Tadi kamu belum jawab Dam,tumben kamu pulang biasa juga ngilang ke tempat istimewa itu" sindiran halus dari Fatma dengan menekankan kata tempat istimewa. Sadam tau maksud sang ibu tempat istimewa itu yaitu club malam.
"Ah... mama ini sama kayak papa aja, nyindir nya alus banget" gerutu Sadam yang dibalas sebikan bibir dari sang ibu
"Bener enggak Darko apa yang tante ucapin tadi"
Darko pun merasa tersindir juga, dia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatel itu dengan senyum canggungnya.
"Jadi ini siapa pa, beneran aku enggak pernah liat di kantor" tanya Sadam mengarah ke papa nya
"Dia...."
bersambung