Senja pun menampakkan sinarnya yang akan berganti dengan cahaya rembulan. Hiruk pikuk keramaian jalan raya dengan berbagai jenis kendaraan dan lalu lalang berbagai manusia. Setelah pembahasan di ruang CEO tadi siang ,akirnya Tyara menyetujui permintaan sang atasan untuk menjadi sekretaris direktur utama yaitu Sadam dengan berbagai syarat yang diajukan oleh Tyara.
*Flasback siang tadi*
"Kita akan membuat perjanjian tertulis langsung antara saya dan kamu dan ini hanya diketahui oleh semua yang ada disini dan akan disaksikan oleh pengacara perusahaan, ini menjadi jaminan untuk kamu. sampai sini apakah kamu bisa memahaminya Tyara" ucap sang atasan untuk meyakinkan bawahannya itu. Ali merendahkan dirinya dihadapan Tyara ,tentang hal ini dia telah diyakinkan oleh sang istri .Sang istri mempunyai insting kalau Tyara dapat mebantu merubah perangai sang anak. Mau sebesar dan sesukses apapun anak,jika dia melakukan kesalahan orangtua wajib menegurnya dan mengarahkan untuk menjadi lebih baik lagi ,begitulah pemikiran Fatma.
"Baik Pak ,saya terima pekerjaan ini, semoga kedepannya menjadi lebih baik dan berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan" Tyara menjawab nya dengan lugas. Dengan banyak pertimbangan dan syarat-syarat yang Tyara ajukan ke Ali, dan perdebatan yang panjang akirnya terjadilah kata sepakat itu.
*flash back end*
Sang mentari menampakkan wujudnya untuk menghangatkan bumi ini , sinarnya masuk kedalam kamar melalui jendela dimana Tyara masih santai di atas kasur nyamannya.
tok..tok..tokk
"Tyara , kamu sudah bangun nak"
terdengar suara wanita yang mengetuk pintu kamar Tyara dan itu adalah suara sang nenek yang sangat disayanginya.
"Iya ,Nek ...masuk saja Nek "
"Kamu begadang semalam Nak, jangan terlalu keras terhadap badan kamu sendiri Tya" suara sang nenek setelah membuka pintu kamar sang cucu.
"Kamu ke kantor jam berapa??
"seperti biasa Nek"
"ya udah sana siap-siap, habis itu sarapan ,itu udah ditunggu kakek di meja makan"
"Siap nenek ku sayang"
ucap Tyara bangun dari kasurnya dan mengecup pipi neneknya yang begitu disayanginya itu. Mereka hanya tinggal bertiga karena sang adik sedang berkuliah di Singapura. Setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil dalam perjalanan menuju rumah setelah dari luar kota, dimana dari tiga penumpang yang selamat hanya Daren sang adik yang saat itu usianya sebelas tahun dan sang adik mengalami trauma yang sangat parah sampai harus berulang di rawat di rumah sakit . Tyara dan Daren masih beruntung karena orangtua dari mama yaitu nenek dan kakeknya sangat menyayangi mereka dan merawat mereka dengan penuh kasih sayang menggantikan kasih sayang dari orangtua kadung emereka yang meninggal.
Setelah selesai sarapan dengan Nenek dan kakeknya ,Tyara pamit dan mencium punggung nenek dan kakeknya dan beranjak dari kursi yang di dudukinya ,namun suara sang kakek menghentikan gerakannya.
"Tumben kamu ke kantor pakai pakaian santai Tya?? atau mau pergi kamana dulu kamu?"
Memang penampilan Tyara hari ini berbeda dengan hari - hari biasanya, karena hanya mengenakan kaos polo berkerah dan celana bahan berwarna hitam dan hanya menggukan lipgloss tanpa memakai bedak, dimana biasanya menggukan setelan blazer dan make up sederhana namun elegan. Tyara tersenyum mendengar kakeknya yang lebih teliti dan awas dibanding sang nenek.
"Tya mau tugas luar kantor Kek, Jadi nanti sampai sana baru ganti baju dengan yang formal, di mobil Tya bawa baju gantinya kok"
jawab Tya yang tak sepenuhnya berbohong dan memang dia akan berganti pakaian nanti pas sudah sampai di kantor.
"Ya sudah hati-hati dimanapun kamu pergi"
"Siap kakek ku tersayang" sang kakek hanya senyum dan menggelengkan kepala mendengar ucapan cucunya itu.
***
Sesampai di kantor Tya langsung menuju latai tiga belas ,karena hari ini dia akan mempelajari banyak hal dengan Andre mengenai jobddesk nya menjadi sekretaris. Untuk jabatannya menjadi Manager Humas masih belum mendapat penggantinya dan dia juga belum pamit dengan anggota devisinya. dia hanya bilang cuti selama tiga hari. Setelah mempelajari file - file yang di beriakan Andre yang hampir semuanya dia pelajari, sekarang kepalanya serasa keluar asap panas yang mengepul dengan muka kusutnya dan sesekali dia bertanya ke Andre, Andre pun menjelaskan dengan sabar dan sedetail mungkin. Andre menyadari hal ini tidaklah mudah bagi Tyara, namun dia salut dengan semangatnya Tyara dalam mempelajari semua file yang dia berikan.
Sadam sampai di apartemen nya setelah perjalanannya dari luar negeri, dia sengaja tidak pulang ke rumah orangtuanya, karena dia berencana akan ngumpul dengan teman - temannya di Club malam yang biasa mereka datangin.Dia langsung menuju kamarnya untuk istirahat, diapun langsung terlelap begitu kepalanya di atas bantal. Terdengar suara deringan dari telepon genggam yang ada di meja nakas sebelah tempat tidurnya. Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna ,dia menggeser tombol warna hijau di layar.
"hallo"
"Kamu dimana Sadam? sudah sampai Indo kah?"
"iya mam, aku istirahat di apartemen .ada apa mam?"
"kenapa enggak langsung ke rumah Dam?"
"Iya mam, nanti aku pulang ke rumah"
setelah beberapa saat obrolan dengan sang mama di akiri dia menghembuskan nafas kasar.' kerja tanpa sekretaris sungguh memusingkan dan melelahkan,selain jadwal kerjaku jadi berantakan juga jadwal memuaskan jagoanku juga jadi tak tersalurkan' gerutu Sadam sendiri pada dirinya sendiri. Karena tidak bisa tidur lagi akirnya dia memutuskan mandi dan bersiap untuk bertemu dengan teman- temannya.
"hay Bro...lecek amet itu muka" suara Darko yang sudah ada di sofa di ruang VIP club malam yang mereka sewa itu. Dia menyapa Sadam yang baru sampai dengan menggukan kaos berkerah warna putih dengan celana jeans dan memakai jaket jeans yang menyempurnakan penampilannya.
Huffttt
Sadam menghembuskan nafas kasar dan duduk di sebelah kanan Darko
"Yang lain mana?"
"Sutan udah on the way, kalo Marko ,dia bilang dateng telat masih ada urusan di kantor. Gimana urusan lu sama bokap lu? udah beres?" iya Sadam sudah menceritakan semua kepada Darko ,jadi Darko tau semua tentang dilemanya Sadam.
"Gue ikutin ajalah mau nya bokap kek gimana! udah capek gue, daripada di kejar kejar suruh nikah mulu"
"Hahahahah...yaudah iyain aja sih.Pasti pilihan tante Fatma enggak kaleng-kaleng"
"Mulut lu kalo bacot, emang lu mau dijodohin sama nyokap lu?" tantang Sadam dengan suara naik satu oktaf
"hahaahah lu lupa kalo gue dah tunangan hah?? itu tunangan gue emang dari mana?? makanya gue bilang terima aja ! urusan cocok atau enggak pikir aja belakangan" dengan enteng Darko ngejawabnya. Dalam diamnya Sadam memikirkan ucapan dari temannya itu, sepertinya boleh juga ucapan Darko itu, bukan tanpa sebab Sadam mengeluhkan tentang perjodohan itu, karena hampir setiap hari mamanya selalu menyelipkan omongan perjodohan dalam setiap obrolannya.
" Hallo guys sory gue telat...ngobrolin apaan sih ??"