Mendengar suara tawa dari temannya itu Sadam measa jengkel, reflek dia melempar pena yang ada di depannya ke arah temannya itu. Namun hal itu tak menghentikan tawa Darko, Dia masih tetap tertawa sambil mengelus keningnya yang terkena lemparan Sadam.
"Bisa diam gak lu?? kalau gak diem keluar sana"Sadam mulai terpancing emosinya, dan Darko pun mulai menyadari mata Sadam sudah mulai tak bersahabat, akirnya dia menghentikan tawanya dan menghadap dengan serius ke arah Sadam.
"Kenapa lu bisa merasa seperti itu?
Sejak kapan?
Apakah ini karena lu sudah lama tak menyalurkan nafsu lu?
"Gue juga gak tau men!!
gue sendiri juga ngerasa bingung"
"Gini aja bro...nanti malem kita ke club seperti biasa, coba lu pake salah satu dari mereka, lu amati dah itu o***g lu bereaksi apa gak"
"Boleh juga ide lu, tapi kayaknya gak bisa hari ini deh, gue harus balik kerumah nih kalau gak bisa jebol kuping gue denger nyokap ngomel"
"Oke...lu kabarin aja kapan waktunya, mumpung gue lagi senggang urusan kantor"
Setelah obrolan kesana kemari akirnya Darko keluar dari ruangan Sadam, dia sempat bersitatap dengan Dimas. Dia mendekati ruangan Dimas
"Dimas, gimana kerja dengan Sadam?
Rese ya dia??"Darko mencoba mengamati Dimas dengan lekat
"Aman Pak, sudah menjadi resiko pekerja koorporate pak
Bapak, ada perlu dengan saya kah?
atau membutuhkan bantuan?"
" Ahhh tidak ada Dimas , saya hanya menyapa saja
kalau begitu saya pergi dulu ya, urusan saya dengan Sadam sudah selesai" Darko berjalan ke arah lift untuk menuju ke tempat diamana mobilnya di parkiran. Selama Darko berjalan menujuntempat parkir, dia mencoba membuat asumsinya setalah melihat Dimas secara langsung. 'kalau diamat - amati wajahnya memang cenderung girly deh, atau jangan - jangan di hasil oplas ya??Darko bergumam sampai dia tidak sadar sudah sampai di depan mobilnya, namun tidak langsung masuk ke dalam mobilnya.
'eehhh kenapa juga gue jadi ikut - ikut mikir kayak Sadam ya??' dia garuk -garuk kepalanya meski tak gatel kemudian dia masuk mobil melajukannya ke arah apartemennya.
****
' Ahhh....lega banget rasanya abis mandi. Bisa botak ini rambut kalo setiap hari dibungkus wig mulu, kalo bukan gara- gara gaji yang doubel udah gue tinggalin nih kantor'. ocehan Tyara sambil mengeringkan rambutnya, Ali memang tidak main - main memberiikan gaji kepada Tyara yaitu dua setengah kali gaji Tyara sebagai manager Humas, belum lagi bonus-bonus lainnya di luar gaji, Itulah kenapa Tyara bekerja begitu total bahkan sudah satu bulan lebih dia menjadi sekretaris Sadam, selama itu pula penyamaran Tyara masih aman di depan Sadam. Padahal dia juga beberapa kali jalan dengan Fatma, entah hanya sekedar makan atau kegitan lainnya. Setelah selesai dengan per skin care -rannya dia berjalan ke kasur empuknya, dia memainkan ponselnya ,membuka aplikasi sosial medianya, dia melihat postingan dari Darko dimana disana gambar lelaki itu dengan teman-temannya termasuk Sadam, namun yang menjadi atensinya yaitu gambar Sadam yang sedang di apit dua perempuan dengan baju kurang bahan.
'Hadehhh orang ini kapan tobat nya sih? heran dah gue.apa dia gak sadar ya, yang liat itu postingan kan banyak , gimana kalau sampe orang tuanya liat kelakuan mereka. Disaat dia sedang mengusap - usap layar ponselnya berharap matanya segera bisa istirahat ,dan manjur cara itu, Tyara pun tertidur juga dengan ponsel yang jatuh di samping kepalanya. Entah pukul berapa tiba -tiba ada getaran di ponselnya menandakan ada yang menghubunginya. ditatapnya nama di layar itu. Hah.. ngapain Pak Sadam telpon jam segini? apa gak tau waktu nya orang tidur. Dengan jengkel dia menggeser tombol hijau di layanya.
"Ya , hallo pak"
"Dimas , kamu cepetan jemput Sadam sekarang
nati saya share loc kami"
Sambungan telepon di akiri begitu saja oleh Darko tanpa menunggu jawaban dari Tyara. Karena Tyara tak memahami ucapan Darko, akirnya Dia telepon kembali nomor Sadam.
"Ya Hallo Dimas, buruan kesini"
"maksudnya Pak" dan terulang lagi, dimana Tyara belum menjawab sambungan sudah diputus oleh Darko
'emang kenapa Pak Sadam minta aku yang jemput' kan dia lagi nongki sama temen temen nya, kenapa gak mereka yang nganter sendiri. Dia melihat notifikasi di layar ponsel nya
"Hah...sia**n kenapa nyuruh jemputnya ke tempat itu sih
udah pada gila nih orang -orang
bersambung