Ketika hendak melangkah keluar dari ruangannya, Arsenio terkejut ketika Mufta datang dan menghalang jalannya, Arsenio mendongak dan menatap wajah istrinya itu. Arsenio tidak ingin berdebat kali ini, namun ia juga tidak bisa mengabaikan Mufta. Bagaimana pun juga Mufta tetap istrinya, tetap wanita yang selama ini menemaninya, terlepas dari kesalahan fatal yang ia lakukan. “Kenapa kamu kemari?” tanya Arsenio. “Aku kemari mau mengajakmu ke mall, butik Sandra.” “Untuk apa ke mall?” “Hilman dan Ririn di karuniai seorang anak, Ririn sudah melahirkan, dan besok adalah acara syukuran yang Hilman adakan untuk kelahiran putrinya ke dunia.” “Lalu?” “Kamu harus menemaniku, bagaimana pun juga, Hilman adalah teman kita.” “Aku gak hadir,” jawab Arsenio. “Aku mau ke rumah sakit. Lebih baik pergi dar