Arsenio mendengarkan suara istrinya mengaji, suaranya sangat merdu dan sangat lah membuat ketagihan, suara yang merdu benar-benar membuat Arsenio merasa bahwa ternyata dunia hanya lah sementara, ternyata seperti ini lah menjadi seorang muslim, dulu Arsenio tidak memiliki agama, ia tidak menganut agama apa pun untuk membuatnya patuh dan taat pada agama tersebut. Ia menikahi Mufta di sebuah gereja, Mufta pun tidak menganut agama mana pun, hanya saja di KTPnya ia seorang katolik dan akhirnya Arsenio menetapkan hatinya menjadi seorang mualaf sebelum menikahi Berlian. Arsenio terus memandangi wajah istrinya, wajah bidadari surganya, wajah wanita yang dulunya pernah ia siksa dan sakiti, namun sekarang Arsenio menjadi sebucin ini dan mengagumi Berlian segitunya. “Shadaqallahul-'adzim’,” ucap Be