Sejak pagi ponsel Arsenio terdengar, karena tahu yang menelponnya itu adalah Mufta, Arsenio mengabaikannya dan tidak pernah mengangkatnya meski sekali, Arsenio tidak ingin merusak paginya, paginya sudah lebih baik dari pagi yang ia lalui dulu. Arsenio sejak tadi menandatangani seluruh dokumen yang Endi bawa untuknya, dokumen yang harus ia tanda tangani sebagai bentuk persetujuan untuk proyek mereka yang di Bali. "Tuan, ponsel Anda berbunyi," kata Endi. "Abaikan saja. Oh iya, bagaimana dengan Jogja? Apakah kamu mendapatkan kendala selama berada di sana?" "Alhamdulillah saya tidak menemukan kendala apa pun, Tuan, mereka semua warga yang baik dan saya senang bekerja di sana." "Lalu, kamu kembali setelah sukses, apa mau tetap menjadi asistenku?" Endi menganggukkan kepala, dan berkata, "S