“Sayang, kita makan siang bersama,” kata Mufta merangkul lengan suaminya yang keluar dari ruang rapat. “Aku sudah ada janji dengan seseorang,” jawab Arsenio. “Siapa?” tanya Mufta mendongak menatap wajah suaminya. Arsenio menghela napas panjang, ia tidak mengerti dengan sesuatu yang telah terjadi, meski beberapa kali ia katakan kepada dirinya sendiri, namun tetap tidak ada lagi hati untuk Mufta, ia malah terus memikirkan Berlian meski ia diluar seperti ini. Arsenio menoleh sesaat dan menatap wajah Mufta. Wajah wanita yang tidak pernah jujur dengan apa pun yang berkaitan hubungan gelapnya dengan Enggar, bahkan sampai sekarang Arsenio masih menahan diri untuk tidak memarahi istrinya. Arsenio hanya memikirkan Alifah, bagaimana putrinya itu jika ia bercerai dengan Mufta? Akankah Alifah bert