Chapter 6 – Well, Yeah, Who Knows?

1023 Kata
Pagelaran busana karya Yunita Djojodiningrat resmi digelar. Banyak sekali wartawan dan tamu undangan memenuhi area ballroom hotel yang dijadikan tempat pagelaran busana tersebut. Tentu saja Sekar tidak mau ketinggalam momen ini. Walaupun Sekar tak mendapatkan kesempatan untuk tampil memeragakan busana rancangan perancang ternama Indonesia itu, ia tetap harus hadir. Siapa tahu Kimberly membutuhkan dirinya walaupun Kimberly sudah benar-benar menonaktifkan Sekar dari pagelaran busana malam hari itu. Namun, mana mungkin Sekar begitu saja merelakan sorotan kamera wartawan. Ia harus tampil dalam setiap kesempatan. Siapa tahu malam hari itu ada sutradara yang tertarik menjadikan bintang di filmnya, siapa tahu malam hari itu ada wartawan yang kepincut dengan tampilan glamour bak mega bintangnya dan menjadikannya model untuk cover majalah papan atas, serta siapa tahu Rangga membutuhkannya. Well, yeah, who knows? Pagelaran busana itu berjalan dengan sangat meriah. Para tamu undangan juga berasal dari kaum terpandang. Banyak artis dan pejabat yang datang menghadiri undangan dari perancang busana yang merupakan salah satu pewaris Djojodiningrat Corporation itu. Sekar pun tebar pesona pada setiap tamu yang hadir. Tanpa malu-malu, ia berani mengajak berkenalan orang-orang tersohor negeri ini. Usaha Sekar untuk menjadi golongan kaum tenar memang tak main-main. Salah seorang sutradara spesialis di bidang horor mengajaknya berkenalan. Sekar pun tak sabar menerima panggilan sutradara tersebut untuk menjadi bintang utama filmnya. ‘Emangnya Indah doang yang bisa jadi pemeran utama?!’ ujarnya membatin. *** Setelah pagelaran busana selesai diadakan, Yunita Djojodiningrat dan para model sibuk meladeni berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para wartawan. Beberapa tamu undangan pun sibuk berfoto-foto ria bersama rekan mereka dan juga model yang tampil malam itu. Setelah seluruh rangkaian acara selesai, Rangga menunggu Indah mengganti pakaiannya. Ia duduk di kafetaria lobby hotel seraya menikmati secangkir teh jasmine. Tiba-tiba saja, tanpa diundang, Sekar duduk di hadapannya, yang membuatnya mendengus kesal. “Rangga,” ujar Sekar. “Ngapain lo ke sini? Lo tuh gak diajak!” balas Rangga. “Rangga … a-apa kamu benar-benar akan menikahi Indah?” “Hah?” seru Rangga. Ia tak habis pikir untuk apa Sekar menanyakan hal yang sama sekali bukan urusannya itu. “Ya iyalah. Masa gue bohong.” Kedua mata Sekar tampak mulai berkaca-kaca. Bagaimana Rangga bisa setega itu padanya. “T-tapi … gimana dengan kita?” Rangga yang sedang meneguk tehnya hampir saja tersedak setelah mendengar pertanyaan Sekar. Entah apa maksud gadis itu. Ia tak mengerti. “Kita? Lo sama gue?” “I-iya,” jawab Sekar ragu-ragu. Ia mendapati raut wajah Rangga yang sepertinya akan meledakkan amarahnya. “Maksud lo apa sih? Lo pikir lo siapa?!” bentak Rangga hingga air mata pun mengalir di wajah cantik Sekar. “Rangga … kita sudah melakukan hal itu beberapa kali. Harusnya aku yang kamu nikahi, bukan Indah!” “It doesn’t mean a thing! Kita melakukan itu atas dasar sama-sama butuh. Bukan berarti gue suka sama lo!” “Rangga …,” ucap Sekar yang tak berhasil menyelesaikan ucapannya karena dipotong oleh Rangga. “Pergi! Ini bukan tempat lo!” Sekar mengusap air mata di wajahnya dengan kasar. Ia bangkit dari kursi untuk melangkah keluar dari dalam kafetaria. Baru dua langkah, ia berpapasan dengan Indah yang baru saja memasuki area kafetaria. Indah menyapanya dengan sangat ramah, tetapi Sekar mengacuhkannya. Ia menatap Indah dengan tatapan tajamnya tanpa membalas sapaannya. “Eh, Sekar kenapa?” tanya Indah pada Rangga karena tadi ia menyaksikan Sekar dan Rangga sempat berbincang sebelum ia menghampiri meja Rangga. “Tau tuh, gak jelas. Bad mood karena kakinya masih sakit kali.” “Oh.” “Kamu mau pesan sesuatu?” Indah menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepalanya. “Aku mau langsung pulang aja. Capek banget.” “Yuk. Oh ya, abis nganterin kamu pulang, aku langsung ke klubnya Bang Leo, ya.” “Kamu gak capek, Rang?” “Enggak, kok. Tadi tuh aku bangun siang banget, makanya jam segini masih seger. Lagipula aku udah janji sama temen-temen aku. Katanya mereka mau rayain aku yang berhasil lamar kamu.” Indah pun tertawa menanggapi ucapan kekasihnya itu. “Tapi kamu jangan sampai mabuk, ya. Nanti kamu pulang sama sopir aja. Don’t drive while drunk!” “Siap Bosku!” *** Sekar mengamuk di dalam mobilnya. Ia tidak terima dengan ucapan Rangga bahwa apa yang terjadi di antara mereka berdua tidak ada artinya sama sekali bagi pria itu. Sejujurnya Sekar pun menyadari bahwa Rangga tidak menaruh hati padanya. Namun, ia sangat berharap suatu hari nanti hati Rangga akan luluh setelah ia memberikan segalanya yang diinginkan Rangga. Mobil Rangga melaju di hadapannya menuju keluar dari halaman parkir hotel tersebut. Sekar yakin Rangga akan mengantar Indah pulang ke rumahnya. Betapa indahnya hidup Indah. Benar-benar sesuai dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya. Indah memiliki kehidupan impian semua gadis. Sifatnya yang indah pun membuatnya disayang banyak orang. Tentu saja sangat sulit berperang melawan gadis kesayangan semua orang. Sekar kembali menangis sejadi-jadinya dan memukuli dadanya. Rasanya sangat sakit. Entah bagaimana ia bisa menyembuhkan luka hatinya itu. Setelah berhasil menenangkan dirinya, Sekar melajukan mobilnya keluar dari parkiran hotel. Sebenarnya ia sedikit terkejut karena area parkir sudah sepi. Rupanya ia menangis sangat lama. Untuk melupakan kesedihannya, ia memutuskan untuk pergi ke sebuah night club di bilangan Senopati. Baru saja memasuki area klub, Sekar mendapati Rangga sedang melakukan tos dengan gelas whiskey bersama teman-temannya. Mereka tertawa terbahak-bahak membicarakan bahwa Indah Karnasih, seorang gadis cantik dan terkenal, serta berasal dari keluarga kaya raya, berhasil ditaklukkan oleh teman mereka, Rangga, yang hobi dugem dan sering bergonta-ganti pacar. “Gile, semua model kayaknya dipacarin si Rangga deh,” ujar Tristan. “Tapi dia keren banget, anjeng! Indah Karnasih mau dikawinin sama dia!” timpal Juno. Mereka kembali tertawa terbahak-bahak seraya menenggak berbagai minuman dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Sementara itu, Sekar duduk di area bar dan memesan segelas vodka. Diam-diam ia memperhatikan Rangga yang seolah-olah baru saja memenangkan kompetisi dan mendapatkan gelar juara, serta hadiah ratusan juta rupiah. Entah apa yang akan dikatakan teman-teman Rangga jika dirinya yang menjadi pacar Rangga, pikir Sekar. Apakah tawa mereka akan semembahana itu jika yang menjadi pacar Rangga adalah Sekar? Mungkin saja tawa mereka akan lebih membahana. Bukan karena Sekar Rosdina ditaklukkan Rangga Himawan, tetapi karena Rangga Himawan ditaklukkan Sekar Rosdina. Well, yeah, who knows?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN