Chapter 1 – Indah The Sweet Girl
Kisah cinta beda negara dan beda benua memang sering kali tak berjalan lancar, apalagi ketika cinta itu terjalin tanpa status. Kisah ini dimulai dari seorang pria bernama Ezra Julian Tanubrata yang menjadi korban perundungan verbal semasa menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Pertama akibat fisiknya yang lebih gemuk daripada teman-teman seusianya dan tidak pandai bergaya. Kacamata tebal, kawat gigi, dan potongan rambut berponinya menimbulkan kesan culun pada dirinya. Dan si pria culun itu jatuh hati pada seorang gadis paling populer di sekolahnya yang bernama Indah Karnasih Hadiputro. Gadis itu cantik, pintar, dan seorang pewaris Hadiputro Group. Gadis itulah yang selalu mendukungnya agar ia tak patah semangat menjalani pendidikannya di sekolah itu. Namun, sayangnya, Indah dikelilingi teman-teman yang merundung Ezra hingga rasanya pria muda itu sulit mengungkapkan perasaannya, apalagi banyak teman laki-laki mereka yang berusaha mendekati Indah untuk menjadi pacarnya. Hingga suatu hari, pria muda itu harus pindah ke Amerika karena ayahnya pindah kerja ke negeri Paman Sam itu.
Setelah Ezra pindah ke Amerika, ia dan Indah menjalani kehidupannya masing-masing dengan sangat baik. Kesibukan keduanya dan perbedaan jam di ke dua negara membuat hubungan pertemanan terasa semakin memudar. Seiring berjalannya waktu, komunikasi mereka terhenti. Indah menemukan kekasih pertamanya saat menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Pria itu tampan, pintar, ketua klub basket, dan juga berasal dari keluarga berpendidikan. Ezra terus memantau Indah melalui media sosial walaupun Indah tidak lagi mengingatnya. Pria itu terlihat serasi dengan Indah, maka Ezra ikhlas jika Indah akhirnya akan menikah dengan pria itu. Namun, hubungan Indah dan kekasihnya itu kandas ketika sang pria melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Singapore. Indah pun menemukan tambatan hati baru saat menjalani perkuliahan di universitas terbaik di Inggris. Kali ini pun kisah cinta Indah berakhir saat ia harus kembali ke Jakarta dan kekasihnya kembali ke Surabaya. Setelah dua tahun tanpa seorang kekasih, Indah kembali menemukan tambatan hatinya. Pria beruntung itu adalah Rangga Himawan, seorang pewaris Himawan’s Cosmetics. Hubungannya dengan Rangga diawali dengan perkenalan di acara ulang tahun salah seorang teman SMA Indah di Bali. Kini, Indah sibuk dengan karirnya sebagai model dan sebagai pemilik perusahaan fashion yang sudah ia mulai sejak menjalani perkuliahan.
Pagi hari itu, seperti yang sudah ia lakukan sejak menjalani kuliah di Amerika, Ezra datang ke tempat fitness. Ia bertekad untuk membuat postur tubuhnya menjadi ideal dan lebih bugar sebelum kembali ke Indonesia. Orang tuanya sudah terlebih dulu kembali ke Indonesia dua tahun lalu setelah ayahnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai konsultan bisnis di XYZ Amerika dan akan mengurus bisnisnya di Indonesia. Ezra berlari perlahan di atas treadmill seraya menyaksikan rekaman sebuah acara talk show di stasiun televisi swasta yang menampilkan bintang tamu Indah Karnasih. Sepanjang wawancara berlangsung, Indah tampak ceria. Ia menceritakan tentang perjalanan karirnya sebagai seorang model dan dikontrak oleh agensi ternama, KimKim Models. Ia juga menceritakan bahwa dalam waktu dekat ini ia akan menjalani shooting film besutan sutradara Budi Pradhana yang merupakan sutradara ternama dan terkenal memiliki karya-karya luar biasa. Di akhir acara, Indah dengan senang hati menjawab pertanyaan sang pembawa acara mengenai hubungannya dengan Rangga Himawan.
***
Pukul 11 malam, Ezra kembali ke rumahnya setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor XYZ Amerika. Ya, ia memilih karir yang sama dengan yang dijalani oleh ayahnya, yakni sebagai konsultan bisnis. Setelah mandi dan memakai pakaian tidurnya, ia tersambung dengan Philip, personal assistant yang membantu pekerjaannya di bisnis farmasi kakeknya yang telah diwariskan padanya.
“Yes, Boss?” ujar Philip saat Ezra melakukan panggilan melalui Microsoft Teams.
“Dua minggu lagi gue balik ke Jakarta.”
“Boss jadi nih mau pulang ke Indonesia for good?”
“Yaps. Tolong urus semuanya, ya.”
“Oke, Boss!”
“Oh ya, urus juga sahamnya Hadiputro Rubber. Kemarin dia baru aja *IPO.” (*IPO = Initial Public Offering)
“Boss mau beli sahamnya Hadiputro Rubber?”
“Ya. Kita akuisisi tipis-tipis aja dulu. Terus pantau semua anak perusahaan Hadiputro Group. Kalau ada yang mau jual sahamnya lagi, langsung kabarin gue.”
“Baik, Boss.”
***
Setelah menanda tangani kontrak dengan production house untuk menjadi peran utama wanita di film yang akan digarap oleh Budi Pradhana, Indah datang ke ke area gladi resik di sebuah ballroom hotel untuk melakukan latihan sebelum tampil di acara pagelaran busana yang diadakan oleh salah satu perancang busana ternama Indonesia, Yunita Djojodiningrat. Setibanya di sana, semua orang mengerubungi Indah untuk memberikan ucapan selamat atas peran utama barunya di film Budi Pradhana. Namun, seorang model tampak enggan menghampiri Indah dan raut wajahnya tampak tak nyaman memandangi Indah yang mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan-rekannya.
“Sekar,” panggil Kimberly, pemilik agensi model tempat mereka bernaung.
“Ya, Mbak?” sahut Sekar.
Kimberly menunjuk Indah sebagai kode agar Sekar ikut memberikan ucapan selamat pada model nomor satu agensinya itu. Mau tak mau Sekar pun menuruti perintah Kimberly. Dihampirinya Indah dan memberikan salam La Bise atau yang biasa dikenal dengan istilah cium pipi kanan dan cium pipi kiri.
“Congrats, ya. Good luck!” ujar Sekar dengan senyuman yang terasa sangat sinis. Indah tahu Sekar tidak memberikan ucapan selamat itu dengan ikhlas. Namun begitu, ia tetap membalas ucapan selamat itu.
“Thanks ya, Kar. Selamat juga atas peran lo di film itu. Seneng deh bisa main film bareng lo,” balas Indah setulus mungkin.
Sekar kembali tersenyum sinis. Ia merasa Indah mengejeknya karena hanya mendapatkan peran pembantu di film tersebut.
***
Pasha, pemilik kantor agensi artis tempat Indah dan Sekar bernanung mendatangi ballroom hotel yang sedang dijadikan area gladi resik fashion show. Ia ingin melihat talenta-talenta baru yang dimiliki Kimberly. Sekar yang mendapati Pasha datang ke ballroom tersebut pun segera mendatanginya.
“Pak Pasha,” sapa Sekar seraya duduk di samping Pasha.
“Hai, Sekar. Gimana kabarmu? Sehat?” balas Pasha dengan senyum semringah khasnya.
Sekar pun menganggukkan kepalanya. “Pak Pasha sehat?”
“Of course.”
“Pak … saya boleh tanya?”
“Tentu. Apa itu?”
“Bukannya awalnya Pak Budi maunya saya yang mendapatkan peran utama di film Oh, My Dream Girl!? Kenapa peran itu jatuh ke Indah?”
Pasha mengubah posisi duduknya untuk dapat melihat Sekar dengan lebih jelas sebelum menjawab pertanyaan artisnya itu. “Sekar … maafkan saya, tapi sutradara kurang suka dengan acting kamu.” Sekar tampak membulatkan kedua bola matanya yang menandakan bahwa ia terkejut dengan apa yang diucapkan Pasha. Pasha pun tersenyum untuk menenangkan Sekar. “Gapapa, Sekar. Kamu bisa belajar lebih baik lagi di film ini. Kamu bisa belajar dari Indah,” lanjut Pasha.
Sekar tampak memaksakan senyuman dan anggukkan kepalanya setelah mendapatkan saran dari Pasha. ‘Yang bener aja. Udah jelas bagusan acting gue! Dasar sutradara b**o!’ ujar Sekar membatin. Setelah cukup lama berdiam diri, ia mendapati Indah sedang menerima telepon yang dapat dipastikan Indah menjawab telepon dari Rangga karena Indah mengucapkan kalimat, “Halo, Sayang” saat menjawab panggilan telepon itu. Sekar pun berdecih seraya menatap Indah dengan tatapan sinisnya yang sudah sering ia lakukan pada Indah.