Chapter 9 – Cup Cup, Jangan Nangis, Ezra!

1396 Kata
Biasanya pada jam istirahat, Ezra bersama Philip dan beberapa karyawan lainnya menyantap makan siang bersama di kantin karyawan. Namun, kali ini berbeda. Ezra ingin menikmati makan siangnya di ruang kerjanya di kantor seraya menikmati sebuah acara talk show yang menghadirkan Indah Karnasih sebagai bintang tamu. Acara tersebut ditayangkan secara live di stasiun televisi swasta. Ezra sangat senang dapat menyaksikan Indah secara langsung walaupun hanya di balik layar televisinya karena biasanya ia menonton rekaman acaranya saja karena perbedaan waktu antara dua benua dan kesibukan Ezra di kantornya membuat Ezra tidak bisa menyaksikan siaran langsung yang menampilkan Indah sebagai bintangnya. Baru saja Ezra menyelesaikan makan siangnya, Philip tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya setelah mengetuk pintu dan Ezra mempersilakannya masuk. “Bos, ada kabar terbaru nih,” ujar Philip. “Apa tuh?” “Himawan Cosmetics Group beli sahamnya Hadiputro Chloride. Kayaknya Himawan Cosmetics mau kerjasama buat dapetin benzalkonium chloride.” “Hah? Untuk apaan?” “Yah, si Bos, kudet. Ya buat produk samponya si Himawan Cosmetics.” Ezra pun segera mencari informasi melalui Google. Benar. Rupanya terdapat kandungan benzalkonium chloride di sampo walaupun persentasenya sangat kecil. “Oke. Thanks buat infonya. Lo tau dari Naura juga?” “Iya dong, Bos. Tadi kan gue makan siang bareng Naura. Kantornya gak jauh dari sini.” Ezra mengubah posisi duduknya agar dapat melihat Philip dengan lebih jelas. “Lip, don’t you realize that she likes you?” “Ah si Bos bisa aje. Dia cantik Bos.” “Ya emang lo jelek?” “Kalo menurut lo?” “Ganteng.” “Ih. Gue masih normal, Bos.” “Eh cumi! Kalau gue lekong gue carinya bukan lo.” “Terus siape?” “Ya minimal banget Robert Pattinson.” “Dih, mana mau dia sama Bos.” “Nah itu dia, gue juga ogah sama lu.” “Ya iyalah, Bos. Emangnya kita boti?” ujar Philip yang menimbulkan tawa di wajah Ezra. “Ya udah, sana lanjut kerja. Kabarin lagi kalau ada kabar terbaru soal Himawan Group sama Hadiputro Group. Pantau juga Hadiputro Chloride, gue mau beli sahamnya yang banyak.” “Siap, Bos!” *** Setelah pulang ke kosannya, Philip memikirkan ucapan Ezra. Apa iya Naura menyukainya? Naura adalah gadis cantik dan berasal dari keluarga berada walaupun bukan berasal dari golongan kaya raya seperti Ezra, setidaknya keadaan keuangan keluarga gadis itu terbilang mapan. Sementara, dirinya hanyalah seorang anak berprestasi dari ayahnya yang berprofesi sebagai guru matematika dan ibu yang berprofesi sebagai penjahit. Namun, sejak dirinya bekerja untuk Tanubrata Pharmacy, keuangan keluarganya sangat membaik. Mereka dapat menjalani hidup dengan layak. Adik-adiknya pun tak terancam tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sedang asyik-asyiknya melamunkan Naura, ponselnya berdering. Mungkin hatinya dan hati gadis pujaannya sudah menyatu. Naura mengiriminya pesan singkat. From: Naura [Lip, lo udah tidur?] Seketika Philip mendapati dirinya tengah tersenyum riang gembira membaca pesan singkat itu. To: Naura [Belum dong. Baru jam segini] From: Naura [Boleh telepon?] Tak perlu Naura yang menelepon Philip terlebih dahulu. Secepat kilat pria itu menelepon Naura. Sepanjang malam, mereka berbincang melalui sambungan telepon. Naura pun memberikan kabar mengenai Rangga. Yang Naura tahu, Philip hanyalah penggemar berat Indah Karnasih, maka Naura sering memberikan informasi tentang Rangga, kekasih Indah. Di awal dan di akhir pembicaraannya, Naura selalu mewanti-wanti Philip untuk tidak membocorkan mengenai informasi yang diberikannya kepada orang lain. Selama ini, Naura tidak pernah mendapatkan masalah atas kelakuannya yang terlalu menyukai Philip hingga rela memberikan informasi mengenai bosnya pada Philip. Entah bagaimana jadinya jika Naura tahu bahwa Philip menggunakannya sebagai alat penyadap. “Lo masih belum bisa tidur?” tanya Philip setelah hampir dua jam mereka berbincang. “Iya,” jawab Naura dengan perasaan bersalah. Ia khawatir Philip akan merasa terganggu. “Gue nyanyiin, ya.” “Boleh,” jawab Naura senang. Ia memposisikan dirinya untuk berbaring di atas ranjangnya dengan lebih nyaman. Philip mengambil gitarnya lalu menyanyikan lagu You’re Gonna Live Forever In Me yang dipopulerkan oleh John Mayer. Dinyanyikannya lagu itu hingga Naura tertidur. “Selamat malam, Princess,” ujar Philip mengakhiri sambungan telepon itu walau Naura sudah pergi ke alam mimpi. *** “Booosssss!!!!!” seru Philip seraya berlari dari ruang pantry menuju Ezra yang terpantau baru saja tiba di kantornya. “Ape sih? Masih pagi udah berisik aje!” protes Ezra yang mendapati Philip berlari dari arah pantry seraya menenteng cangkir kopi. “Bos, ada kabar baru.” Ezra pun mengajak Philip untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia tidak mau ada satu pun karyawannya yang tahu bahwa Philip mengemban misi rahasia memantau kehidupan seorang artis kondang. “Kabar baru apa?” tanya Ezra setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat. “Indah Karnasih minggu depan tunangan!” “Apa? Sama Rangga Himawan?” “Ya masa sama gue?” Ezra tampak terdiam. Walaupun kini penampilannya tidak lagi culun, bahkan para karyawan wanita di perusahaannya sangat memuji ketampanannya, tetap saja ia hanya seorang pecundang yang tak berani mengungkapkan perasaannya. Philip yang mendapati raut wajah Ezra berubah tak bersemangat segera menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. Kali ini ia memposisikan dirinya sebagai sahabat, bukan sebagai personal assistant bosnya itu. “Udah, Zra. Gapapa. Kalau emang dia jodoh lo, pasti kalian akan tetap menikah kok.” “Tapi kan cinta harus diperjuangkan. Gue emang gak pantes buat Indah.” “Jangan gitulah, Bro. Selama bendera kuning belum berkibar, masih tetap ada kemungkinan Indah itu jodoh lo. Lagipula gue sih punya feeling Indah itu jodoh lo, Zra.” “Ah, sok tau lo!” “Lah bener, Bambang! Muka kalian tuh hampir mirip lho.” “Kaga sedarah kite, Bang. Kaga!” “Ya namanya juga jodoh.” *** Pertunangan artis Indah Karnasih dengan pengusaha Rangga Himawan digelar secara mewah di hotel bintang lima. Begitulah kira-kira headline yang banyak ditemukan di berbagai media masa. Indah mengenakan kebaya rancangan Yunita Djojodiningrat, begitu pun jas yang dikenakan oleh Rangga, merupakan karya desainer muda berbakat itu. Pertunangan itu begitu mewah dan meriah. Masyarakat yang menyaksikan berita mengenai pertunangan tersebut banyak yang menyayangkan karena biaya pertunangan saja mencapai ratusan juta rupiah. Lebih baik langsung diadakan pernikahan saja. Entah berapa biaya yang akan dikeluarkan oleh Indah dan Rangga jika mereka menikah nanti. Sepertinya keseluruhan biaya bisa mencapai angka milyaran rupiah. Namun, apalah arti uang ratusan juta rupiah bagi pengusaha sesukses mereka yang jika ditotal keseluruhan hartanya mencapai angka triliunan rupiah. “Thank you for being my sweetest in my darkest. I really need you to be my wife because I love you from the bottom of my heart.” Begitulah kira-kira akhir dari pidato panjang yang diucapkan Rangga, yang membuat Indah terharu. Bukankah sangat indah mendapati seseorang yang bukan anggota keluarga kita sangat mencintai kita? Itulah yang dipikirkan Indah. Rangga memang sangat menyukainya, tetapi ia menyukai Indah karena harta keluarga Hadiputro, bukan karena kepribadian gadis itu. Jika Indah tidak berasal dari keluarga old money, mungkin Indah sama seperti gadis lain di mata Rangga. Cantik, tetapi hanya untuk dijadikan teman kencan saja, tidak untuk dinikahi. *** Tak seperti biasanya, Ezra memutuskan untuk pergi ke night club untuk melupakan patah hatinya setelah Indah dan Rangga resmi bertunangan dan saling memakai cincin tunangan mereka. Ia bukan sepenuhnya patah hati Indah bertunangan dengan pria lain, tetapi ia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak pernah berani untuk mendatangi Indah dan mengungkapkan cintanya pada gadis yang selalu ia impikan. Tepat tengah malam, Disk Jockey yang memainkan musik malam hari itu berganti orang. Kini seorang Disk Jockey yang berprofesi sebagai pengacara naik ke atas panggung dan mulai memainkan musiknya. Ezra tahu siapa pria itu. Pria itu adalah kakak ke dua Indah. Ia ingin menyapa Radit, tetapi diurungkannya karena ia takut Radit sudah melupakannya dan tidak mempedulikannya. “Bos, itu kakaknya Indah Karnasih,” ujar Philip berbisik di telinga Ezra. Philip mungkin lupa bahwa Ezra juga memantau kehidupan keluarga Indah. Tentu ia tahu siapa pria Disk Jockey itu. “Mending lo sapa dia deh. Kan dulu waktu masih sekolah di sini lo pernah dikenalin ke kakaknya Indah itu. Siapa tau dia bisa menjembatani lo buat ketemu sama Indah Karnasih.” “Enggak, Lip. Untuk apa? Secinta apa pun gue sama Indah, gue gak akan merusak kehidupannya. Dia udah bahagia sama Rangga. Kita doain aja kehidupannya bahagia selamanya.” Philip terdiam. Mungkin memang benar Ezra merupakan seorang pecundang, tetapi pria itu benar-benar tulus mencintai kekasih hatinya. Dari sofa yang ditempatinya, Ezra memandangi Radit yang memainkan musik dengan sangat apik di atas panggung. Seharusnya pria itu menjadi kakak iparnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN