"Sayang, jangan begini. Aku minta maaf. Buka pintunya. Kita bicara lagi baik-baik," kata Prasta. "Aku capek ngalah terus sama Kakakmu, Pras. Kamu lebih peduli sama kehidupan dia daripada kehidupanku. Sudahlah. Aku capek, Pras," ucap Sasti kemudian. "Sas, bukan begitu. Aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Jangan begini. Kita bisa selesaikan ini baik-baik, Sayang. Sayang, buka pintunya." Prasta sudah putus asa karena Sasti tidak menyahut lagi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menyesali banyak hal. Mengapa ia harus melewati cobaan semacam ini. Prasta membuang napasnya dengan kasar. Ia menempelkan kepalanya pada pintu kamar mandi yang masih terkunci dari dalam. Pria itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Satu sisi ia begitu menyayangi Sasti, di sisi yang lain ada