"Pergi kamu, Pras!" ucap Sasti dengan tangisannya. Prasta tak punya pilihan lain. Pria itu bangkit dari berlutut dan meninggalkan ruangan pribadinya dengan sang istri. Mungkin membiarkan gadis itu tenang sejenak agar lebih baik daripada terus memaksa Sasti untuk memaafkan sang kakak. Dengan langkah gontai Prasta menuruni anak tangga menuju dapur. Pria itu butuh segelas air untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering. Okay, itu tidak akan mudah diterima oleh Sasti. Jadi, ia ingin memberikan waktu pada sang istri untuk memikirkannya baik-baik. Toh, semuanya sudah ada hikmahnya. Saat ini, ia dan Sasti telah menjadi pasangan suami istri yang sah dan bahagia. Lantas, apa lagi? Sementara di dalam kamar, Sasti menangis sedari-jadinya. Ia tak tahu, tapi rasanya begitu menyakitkan. Sasti