Aku kecewa sama kamu Ran, aku pikir selama ini usaha aku udah kamu lihat tapi ternyata belum ya. Padahal aku udah usaha semaksimal mungkin buat dapatin cinta kamu, cuma kamu yang aku perjuangkan karena kamu mirip sama Mama. Batin Randra yang sudah berkaca-kaca di balik kacamata.
“Gua beneran ga ada hubungan apa pun sama Rania. We just a friend.” ujar Rio menjelaskan lagi karena ia tidak mau jika Randra memikirkan yang tidak-tidak nanti.
Rania rasanya ingin tertawa ketika ia melihat Rio yang seperti ini menjelaskan kepada Randra. Ia melihat Randra diam saja malah seolah-olah Randra tidak memperdulikan hal itu. Makanya Rania ingin tertawa, menertawakan dirinya yng berharap lebih bahwa Randra akan marah kepada Rio karena Randra cemburu padanya.
"Rio, Lo ga usah deh klarifikasi kayak gitu. Ngapain juga dia juga ga mau denger kok. Dia kan emang niatnya mau berhenti buat berjuang. Lagi pula dia ga pernah cinta sama gua." ujar Rania yang membuat suasana semakin memanas lagi disana. Kiara semakin khawatir mendengarkan suara keras yang terdengar seantero kantin. Sementara Agam, fokusnya terpecah menjadi tiga yaitu ke Aruna, ke Randra dan ke Kiara yang sekarang hanya sendirian saja di meja kantin tersebut.
"Sayang udah lah ga usah perdulikan temen kamu dulu, focus on me okay? Lagi pula mereka ga bakalan berantem juga kok. Cuma ngobrol aja kan mereka." ujar Aruna kepada Agam, iya mereka memang mengobrol tapi mereka mengobrol sudah menggunakan otot dan juga sangat keras.
Kiara pasti khawatir banget sama Randra, aduh gua harus gimana sekarang. Kiara juga ditinggal sendiri di mejanya. Batin Agam yang bingung.
"Sayang, ga usah lihat sana sini. Kamu lihatin apa sih? Lihat Kiara? Tuh dia udah disamperin sama kakaknya. Ga perlu khawatir lagi." ujar Aruna menjawabnya, memang kebetulan sekarang saat ini ia melihat Kelvano datang. Agam sedikit lega karena akhirnya Kiara tidak sendiri di mejanya.
"Kiara, kok kamu sendiri? Yang lainnya dimana?" tanya Kelvano yang baru saja sampai di kantin jadi ia belum tahu keadaan ribut di kantin itu.
Kiara mengetahui suara kakaknya itu dan tak lama Kelvano juga tampak duduk di dekatnya. Ia menjadi tenang karena sekarang ia tidak sendiri. Ia pun memegang tangan Kelvano dengan erat seolah menyalurkan ketakutannya itu. Ia takut jika masalahnya akan semakin besar.
"Kak, Randra kak." ujar Kiara kepada Kelvano dan Kelvano langsung melihat sekitar dan mencari kira-kira ada apa dengan Randra karena Kiara langsung menyebutkan nama Randra tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu. Ia pun menemukan keributan di salah satunya meja kantin dimana disana ada Randra, Dilan, Rania, Nika dan dua orang berbaju seragam berbeda darinya.
Ada masalah apa ya kira-kira Randra, yang pasti ini ada hubungannya sama Rania karena gua lihat mereka kayak lagi berdebat. Semoga masalah mereka cepat selesai, sekarang yang harus gua lakuin adalah nenangin Kiara karena Kiara keliatan khawatir banget kalo ada apa-apa sama mereka. Batin Kelvano.
"Kamu tenang ya Kia, udah ada kakak disini. Mereka sebentar lagi bakalan tenang kok. Jadi kamu ga usah khawatir." ujar Kelvano menenangkan.
“Iya kak, kak kalo nanti perdebatannya semakin besar tolong ditengahin ya kak. Meskipun Dilan udah ada disana tapi aku tetap ga tenang.” ujar Kiara lagi meminta kepada Kelvano.
“Iya sayang, pasti nanti kakak tengahin.” jawab Kelvano.
"Jangan gitu Ran, gua cuma ga mau kalo nanti kedatangan gua kesini malah menimbulkan keributan kan. Jadi gua klarifikasi aja mulai sekarang kalo gua sama Lo ga ada hubungan apa-apa." ujar Rio kepada mereka semua.
"Ada hubungan juga ga papa kok. Ga penting juga buat gua." ujar Randra mengatakannya dengan begitu tenang. Padahal mereka semua tidak tahu bahwa hatinya begitu rusak sekarang ini.
"See? He ia not care about me." ujar Rania kepada Randra sekarang.
Randra sudah akan membalas Rania tapi tak lama Dilan mencegahnya karena ia tak mau terjadi hal yang lebih dari keributan perdebatan ini.
"Randra, udah Ran. Jangan diperpanjang lagi, dilanjutin nanti aja sekarang kita makan dulu. Jam istirahat udah mau habis dan Kiara juga belum makan sama sekali." ujar Dilan kepada Randra membuat Randra sadar bahwa sedari tadi makanan milik dirinya, Dilan dan Kiara ada ditangannya.
Tanpa kata, Randra mulai meninggalkan meja yang diisi oleh Rania dan teman-temannya itu. Mike pun juga ikut pergi dengan menggelengkan kepalanya karena ia begitu heran kepada Rania yang seperti ini sekarang.
"Kiara sorry, gua buat Lo jadi nunggu lama buat makan." ujar Randra.
"It's okay Randra, gua juga belum laper banget kok tadi. Gua malah khawatir sama Lo. Lo okay kan?" tanya Kiara kepada Randra dengan langsung.
"Gua okay kok Kia. Ya udah sekarang makan yuk." ujar Randra tersebut.
"Nah karena udah ada Randra sama Dilan, kakak ke mejanya teman-teman kakak ya Kia." ujar Kelvano yang diangguki oleh Kiara. Kini hanya tersisa mereka bertiga saja yang ada di dalam meja tersebut sembari makan.
Sementara itu Rania masih diam saja, tak beberapa lama kemudian ia pun melihat sekitarnya dan sekarang ia baru sadar bahwa ia bersama dengan Rio dan Sam juga. Ia menjadi merasa tidak enak pada mereka berdua.
"Guys sorry ya, Lo berdua malah harus ngelihat gua kayak tadi. Ga usah dipikirkan ya, lebih baik kalian lupain aja." ujar Rania kepada Rio dan Sam.
Ia tidak tahu lagi bagaimana tanggapan mereka berdua kepada dirinya untuk sekarang. Apalagi setelah tadi dia berdebat panjang dengan Randra. Ia tahu bahwa ia tadi sudah sangat keterlaluan karena dirinya yang membuat semua ini seolah-olah menyakitkan bagi Randra. Rania seolah-olah tidak tahu bahwa selama ini Randra telah banyak berjuang untuknya.
Rania tidak bisa bohong jika ia tahu semua itu, ia tahu Randra selama ini berjuang untuknya tapi ia tetap bilang tidak tahu karena dirinya memang tidak ingin semuanya mengetahui bahwa ia tahu. Ia tadi sengaja membuat keributan kecil yang akhirnya membesar karena ia ingin selalu berada di dekat Randra. Ia pikir dengan sealu ribut ia akan tetap dekat dengan Randra tanpa ada yang berpikir bahwa ia menyukai Randra.
"Tenang aja Ran kita ga mikirin itu kok. Santai aja." jawab Sam tersebut.
Rania mengangguk dan sekarang ini mereka sudah memesan makanan, semoga saja tidak lama makanan mereka datang karena waktu istirahat pun sudah berkurang lama karena tadi mereka yang berdebat dengan Mike dan Randra. Sebenarnya Rania juga tidak mau berdebat tapi ya mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja, ia tidak mau Randra nyerah.
Please Randra, tetap berjuang meskipun gua sendiri juga belum mau nerima Lo tapi gua ga tahu juga kenapa gua mau Lo buat tetap berjuang. Gua egois ya Randra? Sorry tapi gua juga bingung sendiri sama diri gua. Batin Rania yang kini baru saja mendapatkan makanannya. Setelah mendapatkan makanan itu, ia pun makan bersama dengan Nika, Rio dan juga Sam.
Agam merasa sangat tenang karena semuanya telah kembali pada tempatnya dan sudah tidak ada lagi keributan yang terjadi diantara Randra, Rania, Rio dan Randra. Hal tadi membuat jantung Agam berdebar kencang karena ia sudah memikirkan keributan besar akan terjadi antara mereka.
Namun untung saja Dilan mencegahnya di waktu yang tepat jadi semua keributan itu tidak jadi terjadi. Jadi semuanya dalam kondisi yang aman. Saat ini mereka semua makan bersama. Kiara sudah tenang sekarang karena Randra sudah kembali ke mejanya dan tidak ada pertengkaran yang kuat.
Aruna menatap Agam yang sampai istirahat ini akhirnya masih bertahan bersamanya karena biasanya ia lebih suka jika istirahat di kantin bersama dengan teman-temannya itu. Namun kali ini berbeda dari kemarin, Aruna berharap semua hari akan ia lalui bersama dengan Agam, semua waktunya.
Mike sendiri sekarang bergabung dengan teman-temannya yang lain, ia tidak satu meja bersama dengan Randra, Dilan dan Kiara. Ia memilih meja yang lainnya yang mana diisi oleh teman-temannya yang lain. Semuanya kini makannsembari membahas tentang Rania yang menurut mereka tak berhati.
Ya, kali ini sekumpulan cowok itu sedang membicarakan tentang cinta, pengorbanan dan juga tentang penolakan yang diberikan oleh Rania ke Randra. Mereka benar-benar kesal kepada Rania yang bersikap seenaknya saja. Memangnya hidup ini hanya berporos padanya saja? Memangnya hidup ini hanya tentang dirinya saja sampai dia sok-sokan kepada Randra itu.
"Gila bener ya Rania, gua ga sangka dia setega itu sama Randra. Masa iya dia ga lihat perjuangan Randra selama ini ke dia padahal perjuangannya keliatan banget kan? Gila apa ya dia." ujar Mike yang meskipun oleh Randra sudah diminta untuk diam saja tapi tetap dirinya tidak bisa diam saja.
"Iya weh, gua rasa semua orang di sekolah kita juga tahu kalo Randra dari dulu merjuangin Rania. Kalo kayak gitu ga dibilang perjuangan terus yang dimaksudkan sama Rania perjuangan itu kayak apa woy." ujar Akbar.
"Aduh rasanya gua pengen bener itu buat Randra lupa sama Rania biar Randra ga keinget lagi sama Rania terus cari cewek lainnya lah. Randra itu bisa cari cewek lain cuma dia yang ga mau." ujar Mike kepada mereka semua.
"Bener, anak-anak sekolah lain juga banyak yang ngincer dia. Dia kan anaknya humble, friendly terus juga banyak temennya di luaran sana. Jadi sebenarnya gampang buat dia dapat pacar. Cuman ya itu kan dari dulu dia maunya Rania aja." ujar Genta menjelaskan kepada mereka semua.
"Iya, ya semoga aja setelah ini Randra kebuka matanya kalo ada yang lebih baik dari Rania di luaran sana. Gua rasa, Rania udah ga worth it lagi buat di perjuangkan sama Randra." ujar Mike disetujui oleh mereka semua.
Namun bagaimana pun juga, mereka hanya bisa mengatakan itu saja. Mereka tidak bisa memaksa Randra untuk menyetujui mereka karena mereka tidak mau jika nantinya Randra merasa tertekan dengan hal itu. Biarlah Randra memutuskan apa yang terbaik untuknya sendiri karena hidup ini yang menjalani juga Randra. Bukan kah terasa tidak enak jika hidup yang kita jalani ini disetir oleh orang lain? Kita menjadi tidak bisa bebas dalam hal apa pun.
Randra sendiri sebenarnya saat ini merasa sangat sedih, ia tidak tahu bahwa ternyata rasanya seperti ini ketika terang-terangan di permalukan oleh orang yang ia sayang. Meskipun ia tidak menyimpan dendam pada Rania tapi dirinya merasa kecewa. Ia kecewa kenapa Rania memperlakukan seperti ini.
Ia seakan-akan tak terlihat padahal ia selalu ada untuk Rania, baik itu terlihat maupun tidak terlihat tapi perhatian darinya tidak pernah lepas juga.
Rania, apa beneran ga ada hati Lo buat gua? Gua sayang sama Lo tapi kenapa Lo ga pernah sayang sama gua? Mah, Randra harus gimana sekarang Mah? Perempuan yang mirip sama Mama itu ga pernah nganggap Randra sama sekali. Randra sedih banget Mah. Apa Randra harus pergi? Batin Randra.
Pergi. Pergi yang dimaksud oleh Randra saat ini adalah benar-benar pergi menyusul keluarganya yang sudah lama tiada. Namun tak beberapa lama kemudian Randra mengenyahkan pikirannya itu, ia tidak boleh seperti ini. Seharusnya ia lebih kuat lagi, lagi pula dia juga masih memiliki Kiara, Dilan dan Agam. Mereka bertiga adalah sahabatnya yang selalu menguatkan dirinya.
"Yang kelompok sosiologi kemarin gimana tugasnya? Mau kapan dikerjainnya?" tanya Kiara yang tiba-tiba saja mengingat tugas kelompok itu.
"Eh iya belum dikerjain ya, deadline-nya dua hari lagi kan ya? Mau kapan gua ikut aja sama Lo semua." ujar Dilan kepada Kiara dan Randra tersebut.
Lagi pula meskipun ikut gua juga ga akan bisa bantu banyak karena kapasitas otak gua yang ga mencukupi hahaha. Pedih banget sih Lo Dilan, setiap hari Lo harus sadar diri kalo Lo itu bodoh. Batin Dilan sekarang ini.
"Gimana kalo besok pas pulang sekolah aja?" tanya Kiara tersebut.
"Besok? Boleh tuh, nanti bilang sama Agam juga biar dia bisa izin sama pacarnya yang ga ngotak itu." ujar Randra mengatakannya dengan kesal.
"Hush Randra ga boleh gitu, Aruna kan cuman mau yang terbaik buat dia sama Agam aja. Udah lah ga usah digituin kasihan Agam kalo denger Lo ngomong gitu." ujar Kiara menasihati Randra supaya tidak mengatakan itu.