1
Kiara Anastasia, siapa yang tidak tahu Kiara. Semua anak SMA Taruna pasti tahu siapa Kiara begitupun juga dengan guru-guru dan karyawan di SMA Taruna. Hal itu dikarenakan Kiara adalah satu-satunya siswi tunanetra yang ada di SMA Taruna. SMA Taruna memang merupakan sekolah inklusi jadi bagi penyandang d*********s juga bisa bersekolah di SMA Taruna contohnya Kiara. Selain Kiara juga ada Dilan yang merupakan penyandang disleksia.
Kiara memiliki satu kakak laki-laki bernama Kelvano Arraya. Kakaknya itu benar-benar sayang kepada Kiara, ia yang selalu menuntun Kiara meskipun kadang-kadang juga Kiara dituntun oleh teman-temannya atau menggunakan tongkat sendiri. Awal mula Kiara menjadi kehilangan indra penglihatan adalah saat dia masih SD. Waktu itu Kiara mengalami kecelakaan yang mana membuat kedua matanya tidak bisa melihat sama sekali, ia buta total saat itu.
Awalnya memang Kiara tidak bisa menerimanya tapi lambat laun ia sudah bisa menerima takdirnya seperti ini. Untung saja saat SMA ini ia memiliki teman yang mau berteman dengannya yaitu Randra, Dilan dan Agam. Seperti saat ini mereka berempat sedang berada di kantin SMA Taruna.
"Cewek Lo masih marah sama Lo Gak?" tanya Randra kepada Agam itu.
"Iya masih, gua ga tahu sih kenapa dia marah-marah terus." ujar Agam.
"Ini pasti gara-gara gua ya Gam? Aruna pasti salah paham lagi kan sama gua? Udah gua bilang kalo ada Aruna biasa aja Gam. Lagi pula kan gua bisa sendiri atau kalo ga gua bisa minta tolong sama Dilan atau Randra. Gua ga mau kalo nantinya gua jadi penyebab Lo kehilangan Aruna." ujar Kiara itu.
"Ga Kiara, Aruna ga akan ninggalin gua kan? Dia ga akan ninggalin gua kan? Gua ga mau dia pergi, gua tahu gua ga ada gunanya tapi gua ga mau kehilangan Aruna. Gua sayang sama dia.." ujar Agam yang sudah tidak bisa mengatur emosinya sendiri. Singkatnya penyakit Agam kambuh saat ini.
Kiara lupa bahwa perkataannya tadi bisa memicu penyakit gangguan kepribadian Agam kambuh dan sekarang itu terjadi. Ia merasa bersalah.
"Agam gua ga maksud, Aruna ga akan ninggalin Lo Agam." ujar Kiara.
"Gam, Lo sekarang tenang ya. Tarik nafas dan keluarin pelan-pelan. Obat Lo mana?" tanya Dilan kepada Agam saat ini. Agam mencari obat di sakunya dan saat ia menemukannya ia pun langsung meminum obatnya tersebut. Ia menjadi sedikit tenang saat ini. Agam, menjadi sedikit tenang.
Agam memang memiliki gangguan kepribadian ambang dimana ia sangat takut kehilangan seseorang yang ia sayang. Selain itu ia juga merasa bahwa ia tidak berguna dan tidak dibutuhkan oleh orang lain. Jika sedang kambuh parah, Agam bahkan bisa menyakiti dirinya sendiri dan itu pernah terjadi dan terlihat oleh Randra dan Dilan di depan mata mereka sendiri. Maka dari itu mulai hari itu mereka mencoba untuk membantu Agam pelan-pelan. Meskipun mereka sendiri juga memiliki masalah gangguan sendiri.
Kiara kini merasa tidak enak dengan Agam tapi Dilan mengatakan padanya bahwa Agam tidak apa-apa. Jika Agam dengan gangguan kepribadian ambang, Dilan datang sebagai seseorang pengidap disleksia. Sedari kecil ia sangat susah untuk menyerap ilmu, ia sulit sekali dalam bidang akademik. Bahkan keluarganya sering sekali mengatai dirinya bodoh, Papanya bahkan selalu memukulnya karena nilainya yang tak pernah bagus. Padahal Dilan memiliki bakat lain diluar akademik yaitu Dilan sangat pintar membuat lagu dan menyanyikannya. Namun keluarganya tak mau melihat bakat itu.
Hanya Kiara saja yang bisa menerimanya dengan benar-benar tulus, karena itulah Dilan menyukai Kiara. Hanya saja rasa sukanya itu harus ia pendam saat ini karena memang Kiara yang selalu berkata bahwa ia tidak ingin berpacaran dan memiliki cowok. Selain itu ia yang bodoh ini sepertinya tidak akan cocok jika bersanding dengan Kiara.
Selain ada Agam dan Dilan, Kiara juga memiliki teman bernama Randra. Randra merupakan anak yang baik-baik saja dengan keluarga yang utuh dan kompak sebelum keluarganya mengalami kecelakaan yang merenggut semua keluarganya, Mama, Papa dan Adiknya. Hanya dirinya lah yang bertahan dalam kecelakaan itu. Kecelakaan pada siang hari yang menewaskan seluruh keluarganya itu membuat Randra tidak menyukai pagi atau siang hari. Ia tidak suka jika ada cahaya matahari. Ia benar-benar trauma akan cahaya matahari.
Sampai sekarang pun Randra sama sekali tidak bisa menatap cahaya matahari secara langsung, kemana pun ia pergi ia selalu menggunakan kacamata hitam yang bagi orang lain yang tidak tahu apa guna kacamata itu pasti akan beranggapan bahwa Randra merupakan cowok yang alay. Seperti yang dilakukan oleh Rania yang merupakan cewek yang disukai oleh Randra.
Singkatnya mereka bisa bersahabat karena mereka berempat sama-sama tidak menyukai siang hari. Dalam dua puluh empat jam hari mereka itu mereka hanya menanti setengahnya saat matahari tenggelam sampai matahari terbit lagi. Saat matahari sudah terik mereka tidak ada yang menyukai itu karena baginya siang merupakan bencana untuk mereka semua. Siang, merupakan suatu keharusan yang dilakukan. Keharusan yang membuat mereka semua harus melakukan apa yang dimau oleh dunia, bukan mau mereka berempat. Sementara saat malam datang mereka bisa melakukan hal-hal yang mereka sukai dan pastinya mereka bisa beristirahat saat malam.
"Eh bentar ya, gua mau ke Rania dulu sekarang." ujar Randra dengan tersenyum saat ini ia memang melihat Rania baru saja masuk ke kantin.
"Ya elah bucin banget deh Lo. Belum jadian juga." ujar Dilan tersebut.
"Yee ga papa dong yang penting kan gua ada usaha nyata." ujar Randra. Kini Randra sudah pergi dari sana meninggalkan Kiara, Dilan dan Agam saja.
Nika yang merupakan teman Rania saat ini sudah memberitahu kepada Rania bahwa sebentar lagi akan ada penganggu datang. Rania sudah hafal siapa orang itu dan saat ia melihat benar saja ternyata orang itu adalah Randra. Cowok yang selalu mengejar dirinya padahal dia selalu menolak. Entahlah memang cowok berkacamata hitam itu selalu menganggu dirinya.
"Hai Rania, gimana kabarnya hari ini? Ada kabar menarik apa nih?" tanya Randra kepada Rania sembari Randra saat ini duduk di dekat Rania tersebut.
"Ga ada kabar apa-apa, Lo ngapain sih ada diaini. Kenapa Lo ga di meja Lo aja sama temen-temen Lo aja sana." ujar Rania tampak mengusir, tapi bukan Randra namannya jika sekali usir langsung pergi dari hadapan Rania.
"Eits kok gitu, gua kira ada kabar baik gitu contohnya Lo mau nerima gua. Lagi pula kan gua disini juga gua duduk sama temen gua Rania. Lo sama Nika kan temen kelas gua juga." ujar Randra selalu bisa mencari alasan saat ini.
"Alasan mulu Lo. Sebenarnya mau Lo apa sih? Gua sampe capek tau ga sih sama Lo karena Lo ga mau pergi-pergi jauh dari gua." ujar Rania tersebut. Sebenarnya ia sudah sangat muak dengan Randra, bahasa lainnya ia sudah eneg karena wajah Randra yang mana menggunakan kacamata hitam itu. Semua siswa menganggapnya aneh dan juga alay, kecuali guru dan juga ketiga temannya. Ya jelas Randra aneh karena setiap hari bahkan saat ia ada di sekolah pun saat pembelajaran ia menggunakan kacamata hitam dan guru menginjinkan menggunakan itu entahlah kenapa Randra diijinkan untuk itu.
Ya meskipun saat mereka pernah bertemu tak sengaja pada malam hari di Caffe, Randra sama sekali tidak menggunakan kacamata hitamnya. Malah menurut Rania, Randra lebih ganteng tanpa kacamata hitamnya itu. Kacamata hitamnya itu sangat menganggu dirinya dan mungkin juga beberapa orang.
"Jawaban gua akan selalu sama Rania, gua maunya Lo." ujar Randra.
"Tapi gua ga mau Randra." ujar Rania dengan tegas saat ini. Randra malah tersenyum saat ini, ia pun mengusap lembut rambut Rania dan setelahnya ia beranjak setelah mengatakan bahwa sebentar lagi akan bel.
Kini Rania dan Nika tampak melihat aneh ke arah Randra tersebut, tapi mereka sekarang tidak ada waktu untuk membicarakan hal itu. Kini mereka menghabiskan makanannya karena Randra benae bahwa akan bel juga.
Sementara itu saat ini Kiara tampak berjalan menuju ke kelas bersama dengan Dilan dan Agam. Mereka berjalan menuju kelas dengan banyaknya siswa lain yang menatap ke arah mereka. Sebenarnya mereka menatap seperti ini karena mereka semua sangat iri kepada Kiara. Dengan ketidaksempurnaan yang ia miliki ia malah bisa dekat dengan tiga cowok tampan sekaligus. Empat jika ditambah dengan Kelvano, kakak Kiara itu.
Ya memang mereka akui bahwa Kiara cantik, tapi yang mereka pikirkan kenapa para cowok itu mau untuk susah-susah berada didekat Kiara padahal mereka bisa berada di manapun dan akan diterima oleh mereka semua. Mereka hanya tidak tahu bahwa Randra, Dilan, dan Agam bisa dekat dengan Kiara karena mereka berempat memiliki suatu hal yang sama. Hal yang tidak dimiliki oleh yang lainnya yaitu kesamaan dimana mereka tak suka siang.
"Gua heran banget deh sumpah Aruna, kenapa sih cewek Lo bener-bener kayak lem banget sama cewek buta itu? Padahal ya kalo sama Lo jelas Lo lebih cantik kemana-mana dan yang pasti Lo ga bakalan nyusahin." ujar Ita.
"Gua juga heran apa sih yang mereka lihat dari Kiara, padahal kan dia cuman cewek buta yang ga bisa apa-apa. Jalan aja harus dituntun dulu, dasar emang parasit dia, awas aja kalo dia sampai jadi pelakor di hubungan gua sama Agam, gua ga bakalan ikhlas." ujar Aruna tersebut ke teman-temannya.
Kini mereka tampak pergi dari sana untuk masuk ke kelas mereka. Sementara itu Kiara, Agam dan Dilan sudah datang dan ternyata Randra sudah ada di kelas sejak beberapa saat yang lalu. Setelah menemui Rania tadi ia langsung pulang ke kelasnya, ia tidak pergi kemana-mana lagi setelah itu. Ia ingin sejenak menenangkan dirinya atas perkataan Rania yang menurut Randra sangat menyakitkan. Namun Randra tidak pernah memperlihatkan perasaan gelisajnya itu kepada teman-temannya meskipun sangat kentara.
Seperti pada saat ini dimana muka Randra sangat gelisah sedari tahu, bahkan Kiara tanpa melihatnya juga bisa merasakan kegelisahan dalam diri Randra. Sampai pulang sekolah pun Randra tetap segelisah itu.