14

1905 Kata
Sementara itu saat ini Rania sudah menuju ke kantin karena memang ia sudah memiliki janji dengan Rio. Toh janji juga harus ditepati jadinya ia kini pergi menuju ke kantin bersama dengan Nika, mereka hanya berdua saja. "Lo ada keinginan buat balikan lagi sama dia?" tanya Nika kepada Rania. "Dia? Maksud Lo Rio?" tanya Rania kepada Nika dan Nika mengangguk. Anggukan dari Nika sontak membuat Rania tertawa sangat besar sekarang. "Hahahah astaga gua ga bisa berhenti tertawa tau ga. Rio itu emang mantan gua tapi sekalipun gua sama dia ga ada niat mau balikan. Kita mah sekarang temenan aja gitu. Toh kalo mantan jadi teman juga belum tentu bakalan balikan kok, tenang aja." ujar Rania kepada Nika tersebut saat ini. "Kalo gitu berarti Lo bakalan jalan sama Randra?" tanya Nika kepada Rania. Rania menatap Nika bingung karena tiba- tiba saja Nika mengatakan itu. "Kok aneh sih Lo? Kenapa tiba-tiba nyebut Randra. Aneh deh, udah lah mendingan sekarang kita jalan ke kantin daripada jalan berhenti jalan berhenti karena ngobrol kan." ujar Rania kepada Nika. Rania menghindar lagi saat ini. Rania berjalan ke kantin bersama Nika, sementara Rio bersama dengan Sam baru saja keluar dari ruangan TM. Mereka berdua pergi menuju ke kantin karena tadi memang Rio mengajak Sam. Mereka berjalan menuju ke kantin dan tak sedikit yang melihat ke arah mereka karena seragam mereka berbeda. Namun setelahnya banyak seragam berbeda yang bermunculan jadi siswa-siswi disana tidak merasa aneh karena mereka berpikiran ada acara disini. "Ga nyangka gua Lo bisa ketemu sama mantan Lo disini." ujar Sam. "Hahah sebenarnya gua udah tahu kalo gua bakalan ketemu disini sama Rania tapi ya gua biasa aja, dia pun juga biasa toh gua sama dia itu temenan sekarang." ujar Rio mengatakan hal itu kepada Sam, Sam menatap aneh. "Bisa-bisanya ya Lo berdua putus tapi ga musuhan." ujar Sam itu. Rania dan Nika sudah memilih tempat duduk, mereka tadi baru memesan jus saja mereka belum memesan makanan dan rencananya mereka akan menunggu Rio dan Sam datang dulu. Kini mereka mengobrol saja. "Rio, disini." ujar Rania sedikit keras ketika ia melihat Rio yang masuk ke dalam kantin. Rio menatap ke arah Rania dan ia pun mengangguk. Rania tersenyum tapi tak lama kemudian ia menatap sebelah Rio yang mana disana ada Randra dengan teman-temannya. Ia tak menyangka hal itu akan terjadi. Randra menatapnya tapi tak lama kemudian ia membuang pandangannya. Randra pun tampak berjalan seperti ia tak merasa apa-apa padahal saat ini ia merasa sangat kesal dan cemburu melihat Rania dan Rio. Susah ya jadi gua Ran, mau cemburu ga ada gunanya juga. Ga ada haknya juga sih sebenarnya hahaha. Karena harusnya gua ga kayak gini, gua ga ada hubungan apa-apa sama Rania. Apa ini saatnya buat gua mundur Rania? Karena gua lihat Lo masih asyik sama masa lalu Lo. Batin Randra. "Samperin aja kali kenapa di lihatin terus, ntar dia balikan sama mantan Lo nangis." ujar Dilan kepada Randra. Randra hanya diam saja sekarang. "Ra, Lo mau makan dan minum apa?" tanya Randra kepada Kiara, ia tak menjawab Randra tapi malah bertanya kepada Kiara. Kiara pun menjawabnya. "Gua mau jus jambu sama siomay aja deh." ujar Kiara menjawab. "Okay, gua beliin bentar ya." ujar Randra tanpa bertanya kepada Dilan. "Woy, gua ga ditanya nih? Woy jangan marah dong Lo. Gua yang biasa ya." ujar Dilan sedikit berteriak membuat beberapa orang disana menatapnya. Termasuk juga dengan Agam dan Aruna yang yang ada di meja lainnya. "Itu temen kamu ngapain sih sayang?" tanya Aruna kepada Agam itu. "Hah? Aku ga tahu sayang. Ya mungkin cuman ngobrol biasa aja mereka itu. Udah kamu sekarang mau makan apa?" tanya Agam kepada Aruna. Sementara itu, Rania mendengar suara Dilan berteriak seperti itu ia juga merupakan salah satu yang menjadi melihat ke arah Dilan, Kiara dan Randra. Ia merasa bahwa apa yang membuat marah Randra itu berhubungan dengannya. Namun ia juga masih belum yakin dengan hal tersebut itu. "Randra kenapa sih sebenarnya Ran? Lo apain dia deh? Sumpah gua seumur-umur kenal Randra sama Lo baru kali ini gua ngelihat Randra ga nyamperin Lo, ga nyapa Lo dan ga bahas tentang Lo sama sekali." ujar Mike yang bingung, ia baru saja datang ke kantin saat Dilan berteriak dan ia melihat ada Rania. Ia pun langsung mendekati Rania meskipun disana ada orang lain. "Mike, can you keep silent? Lo bisa tanya sama dia kenapa Lo malah tanya sama gua? It's not my business." ujar Rania dengan kesal kepada Mike. "It's your business, dia suka sama Lo Ran. Randra cinta sama Lo tapi Lo ga pernah nganggep dia sama sekali, apa susahnya buka hati buat dia?" tanya Mike yang mana sebenarnya Mike itu juga kasihan kepada Randra karena Randra selalu berusaha untuk terlihat di depan Rania tapi Rania tak melihat. "Mike, gua tahu mana yang terbaik buat gua. Randra not good for me. Lagian Lo yakin dia beneran cinta sama gua? Dia tuh udah obsessed sama gua Mike." ujar Rania membuat Mike menggelengkan kepalanya sekarang. Sementara beberapa orang menatap ke arah mereka, tapi hanya mereka yang berada di dekat meja Rania saja. Nika sedari tadi sudah bingung harus bagaimana sementara Sam dan Rio tidak mau terlalu ikut campur dengan ini. "Seriously? You say if Randra's not good for you? Lo cuma ga tahu seberusaha apa dia buat Lo Rania. Come on, Ran. Open your heart for Randra. Gua jamin Lo ga akan pernah dapatin cowok yang sayang sama Lo sesayang Randra ke Lo. Trust me." ujar Mike mengatakan hal itu dengan sangat yakin. "Mike, please jangan ngomongin apapun tentang dia. Gua ga mau denger apa pun tentang Randra dari Lo. Lo bukan siapa-siapa dia. Jadi Lo ga usah sok tau tentang hidup dia juga ya." ujar Rania kepada Mike tersebut. Sebenarnya Mike sudah akan menjawab Rania tapi ada suara lain disana. "Rania benar Mike, Lo ga perlu ngomongin gua kayak gitu ke dia. Ga usah ngomong sama dia juga karena percuma omongan Lo ga bakalan di denger sama dia." ujar Randra yang mana tadi melewati mereka tapi ia mendengar Mike mengatakan hal itu kepada Rania jadi ia pergi kesana. "Sorry bro, habisnya gua greget sama Rania." ujar Mike kepada Randra sementara Rania saat ini menatap ke arah Randra dengan pandangan beda. "It's okay thanks udah belain gua tapi Lo lain kali ga perlu gitu. Rania emang ga suka sama gua, dia juga udah punya pacar." ujar Randra ke Rania. Akhirnya Randra mengatakan hal ini padahal tadinya ia sangat menghindari hal ini untuk keluar dari mulutnya karena ia tidak mau mendengar jawaban dari Rania tentang semua ini. Ia takut jika semuanya akan menyakiti dirinya. "Siapa bilang? Lo ga usah fitnah ya. Cowok yang Lo lihat beberapa waktu lalu sama gua di warung pecel lele itu kakak gua. Kalo Lo salah sangka itu cowok gua ya salah Lo sendiri karena Lo ga mau dengerin gua waktu itu. Lagi pula gua juga ga ada kewajiban buat ngejelasin ke Lo." ujar Rania ke Randra. "Okay, lagi pula gua juga bukan siapa-siapa Lo. Lo kan ga suka sama gua karena kacamata hitam gua ya. Hahaha. Ah ya, Mike kalo dia belum punya pacar dia berarti mau balikan sama mantannya. Lain kali ga usah ya kayak gitu, nanti dia ga jadi balikan sama mantannya lagi terus gua yang disalahin sama dia." ujar Randra mengatakan hal itu sembari menatap Rania dan Rio. "Wait bentar bro, kayaknya ada salah paham sih disini. Gua emang mantannya Rania tapi suer gua sama Rania ga ada niatan sama sekali buat balikan. Gua sama dia udah pure temenan aja." ujar Rio menjelaskan kepada Randra yang mana ia tidak ingin ada salah paham diantara mereka semua. "Sorry tapi gua juga ga perduli." ujar Randra menjawab ke Rio. "Lo nyerah? Serius Lo nyerah gitu aja sekarang?" tanya Rania sembari tertawa sumbang. Tawanya itu tertawa yang menyiratkan luka dan kekecewaan yang amat tinggi. "Kenapa? Kok Lo nanya ke gua? Bukannya ini yang Lo mau? Lo kan emang mau gua pergi dari hidup Lo kan? Biar Lo bebas." jawab Randra itu. "Gua nanya Lo ya karena memang gua mau nanya sama Lo aja. Emangnya gua salah kalo gua nanya sama Lo. Ga kan? Segitu aja Lo ke gua kan? Ga ada effortnya sama sekali." ujar Rania kepada Randra. Sebenarnya Rania sekarang ini merasa sangat kecewa karena Randra ingin menyerah begitu saja. Padahal ia masih menginginkan Randra untuk berjuang lagi. Entah kenapa saat Lo bilang Lo mau menyerah dengan semua ini, gua ngerasa kalo gua ikut hancur Randra. Gua belum rela kalo Lo mau menyerah untuk gua, gua harus gimana Randra? Batin Rania yang kini diam saja. "Effort? Lo tanya effort gua ke Lo? Lihat kan Mike, usaha gua selama ini tuh sia-sia. Ga dilihat sama sekali." ujar Randra sudah mulai berteriak yang mana membuat Kiara langsung tahu bahwa ada yang tidak beres sekarang. "Dilan, itu Randra kenapa Lan? Dia marah kenapa?" tanya Kiara khawatir. "Randra lagi berdebat sama Rania Ki, kayaknya ada pembicaraan Rania yang buat Randra jadi marah kayak gini." jawab Dilan tanpa dikurangi satu pun. Kiara khawatir pada Randra, ia pun meminta Dilan untuk membawa Randra ke meja mereka saja karena ia tak mau ada masalah yang berkelanjutan nanti. Dilan sudah beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Kiara sendirian disana. Sebenarnya Dilan tidak akan pernah meninggalkan Kiara sendirian tapi karena ini adalah hal yang urgent dan dirinya pun juga diminta langsung oleh Kiara jadi ia pergi. Ia berjalan menuju ke tempat Randra berada. "Rania, udah Ran ga usah diterusin." ujar Nika kepada Rania tersebut. Nika melihat suasana sudah semakin tidak kondusif apalagi beberapa siswa-siawi yang ada di kantin sudah banyak yang menatap mereka semua karena teriakan dari Randra tadi itu. Nika hanya tidak mau jika suasanyanya menjadi tidak mengenakkan apalagi disini mereka sedang bersama dengan Rio dan Sam yang berasal dari sekolah yang lainnya. "Gimana gua bisa berhenti disini Nik? Gua mau tahu emangnya apa aja yang udah dia usahain buat gua." ujar Rania menatap ke arah Randra, meskipun ia tak bisa menatap langsung ke kedua bola mata dari Randra. “Gua ga merasa dia ngasih effort lebih ke gua. Sama sekali ga pernah, jadi kayaknya dia itu cuman ngaku-ngaku aja. Sama kayak cintanya juga yang ga pernah tulus sama gua.” ujar Rania kepada mereka. “Ran, stop it. Lo udah keterlaluan kali ini Ran.” ujar Nika kepada Rania karena ia tahu bahwa selama ini Randra sudah berjuang semaksimal mungkin untuk mendapatkan Rania dan semua itu sangat terlihat jelas, tidak mungkin jika Rania tidak mengetahuiny. Bahkan semua siswa-siswi pun ia rasa sudah mengetahui tentang bagaimana seorang Randra mencintai seorang Rania. Semuanya tampak jelas di setiap harinya dengan Randra yang selalu mendekati Rania, Randra yang pengertian kepada Rania dan Randra yang perhatian kepada Rania. Itu semua nyata bukan hanya fiksi. “Lo kali ini beneran keterlaluan Rania, mungkin kalo yang bilang kayak gitu itu mantan lo ini atau bukan anak sini gua bakalan percaya mereka belum tahu gimana effor Randra buat merjuangin lo. Tapi lo? Lo sendiri malah ga nganggep itu semua? Bahkan gua yakin semua siswa disini tahu gimana cintanya Randra ke lo.” ujar Mike kesal kepada Rania. Dilan sudah sampai di antara mereka semua, ia melihat Randra yang sepertinya masih diam dan ingin membicarakan sesuatu. Ia menunggu saja disana karena ia yakin Randra tidak akan berbuat aneh-aneh. Ia hanya akan maju ketika Randra melakuakn hal yang sudah tidak dibatas wajar lagi. Mereka masih berdebat dengan alot, seperti tidak akan ada hentinya mereka berdebat. Sementara itu Randra masih diam dan matanya yang tertutupi oleh kacamata hitamnya itu menatap lekat ke Rania yang membuatnya kecewa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN