Pagi harinya Kiara terbangun dengan masih mengantuk. Itu semua karena tadi malam tidak bisa tidur dan baru bisa tidur ketika galvano datang. Tiara sudah bersiap-siap dan sekarang kia berangkat bersama dengan Kelvano. Kiara di sepanjang jalan menuju ke sekolah masih tidur saja karena ia memang masih mengantuk. Kakaknya pun juga membiarkan Kiara tidur karena iya kasihan kepada Kiara yang baru bisa tidur sangat malam sekali.
Kasihan Kiara, andai aja gue bisa gantiin dia pasti gue akan gantiin posisi dia yang sekarang. Meskipun itu cuman satu hari aja tapi kalau bisa gue bakalan ngelakuin. Karena 1 hari untuk melihat dunia bagi Kiara sangatlah berarti. Sabar ya Kiara, pokoknya besok kamu bakalan bahagia. Kakak janji akan hal itu. Batin Kelvano yang sekarang ini menatap ke arah Kiara itu.
Kini mobil Kelvano sudah masuk ke dalam sekolah dan ia sedang memarkirkan mobil. Sebenarnya dirinya tidak bisa berlama-lama ada di parkiran karena ia harus mengikuti kelas pagi titik namun ia juga tidak bisa jika ia harus membangunkan Kiara karena Kiara masih tidur dengan nyenyak.
"Aduh ini gimana ya, 10 menit lagi gue harus ke kelas nih kalau Kiara nggak bangun-bangun gimana nih. Gue juga nggak mungkin bangunin dia karena dia masih kelihatan ngantuk banget." Ujar Kelvano bingung sendiri.
Namun seakan akan Tuhan mengetahui bahwa ia sedang kesusahan sekarang, ia pun mendapati dilan yang baru saja memarkirkan motornya. Kini ia langsung keluar sembari membawa tasnya setelah sebelumnya ia mengusap rambut Kiara. Rencananya ia akan meminta tolong kepada Dilan untuk menjaga Kiara di dalam mobilnya. Iya sudah mendekati Dilan juga.
"Lan, gue bisa minta tolong sama lo nggak pagi ini? Jadi gue harus ikut kelas pagi tapi Kiara belum bangun karena dia tadi malam juga nggak bisa tidur. Makanya gue juga nggak tega buat bangunin dia sekarang jadi gue minta tolong sama lo ya supaya lo jagain dia di mobil." ujar Kelvano tersebut.
"Oke bang, gue bakalan jagain Kiara." ujar Dilan dan Kelvano pun mengangguk. Kelvano sudah memberikan kunci mobilnya dan ia pun juga mengucapkan terima kasih kepada Dilan karena Dilan sudah mau membantunya pagi ini. Setelah sudah memastikan bahwa dilan pergi ke mobilnya ia pun segera meninggalkan parkiran mobil karena iya harus bersiap-siap untuk mengikuti kelas pagi dengan mata pelajaran matematika.
Dilan sudah mendekat ke mobil Kelvano dan sekarang ini ia sudah masuk ke dalam mobil itu. Ia duduk di kursi pengemudi yang ada di sebelah kursi penumpang yang sekarang ini diisi oleh Kiara. Kiara memang masih tertidur dan Kiara juga terlihat seperti sangat mengantuk pada pagi ini.
"Pagi Princess Kiara, semoga lo bisa mengawali pagi dengan senyuman manis ya Kiara. Gue harap juga hari lo akan bahagia." ujar Dilan yang kini sudah akan menyentuh kepala Kiara tapi tangannya hanya berhenti di udara.
Dilan tidak berani melakukan hal itu karena ia merasa bahwa ia sangat tidak cocok dengan Kiara mengingat bagaimana bodohnya dia. Meskipun memang iya seperti ini karena memang iya memiliki disleksia pada dirinya. Dilan merasa bahwa ia tidak bisa menemani Kiara yang meskipun kita juga memiliki kekurangan hanya saja bagi dilan kekurangan Kiara itu merupakan kelebihan Kiara. Dilan juga merasa bahwa Kiara nyaris sempurna dimatanya.
Andai aja kalau dulu kita nggak ketemu gimana hidup gue ya Kiara? Mungkin gue nggak akan sekuat ini dalam menjalani hidup. Mungkin juga gue udah bawah ada di gundukan tanah karena gue nggak bisa bertahan di dunia yang fana ini. Dunia yang bagi gue cuman menyakitkan diri gue aja. Mereka semua cuman bisa nyuruh gue buat belajar, buat dapetin nilai yang bagus dan buat gue dapetin prestasi akademik. Mereka tidak tahu kalau itu sangat berat buat gue karena gue berbeda dari yang lainnya. Meskipun gue udah mati-matian belajar gue tetep aja akan tertinggal dari mereka semua. Tapi nggak ada yang nerima gue dengan keadaan gue yang kayak gini kecuali lo, Agam dan Randra. Semoga Lo nggak akan ninggalin gue ya Kiara. Batin Dilan.
"Itu kenapa ya kok mobil bang Kelvano kebuka kayak gitu sih. Jangan-jangan emang belum ditutup nih, gue samperin aja apa ya." ujar Randra yang memang dia baru saja datang ke sana. Ia baru saja memarkiran mobilnya.
Kini Randra sudah berada didekat mobil itu dan saat iya melihatnya dengan lebih jelas lagi ternyata di dalam mobil itu ada Dilan dan Kiara.
"Loh, kok lo yang disini? Bang Kelvano kemana Lan? Kiara masih tidur ya? Kok kayaknya nyenyak banget? Pasti tadi malem ga bisa tidur nih Kiara." ujar Randra mengatakan hal itu dengan wajahnya yang terlihat sangat khawatir. Kekhawatirannya itu terlihat dari matanya dan sangat tulus juga.
"Iya, Bang Kelvano udah ke kelas soalnya emang ada kelas pagi. Makanya gua disini buat jagain Kiara. Dia emang tadi malam ga bisa tidur juga. Makany sampai sekarang masih ngantuk." ujar Dilan kepada Randra tersebut.
Randra tampak mengangguk dan sekarang ini ia ikut berada di sana tapi ia berada di luar mobil dan duduk di di dekat kap mobil. Kita juga sembari memainkan handphonenya sekarang ini. Saat ia ada disana ia melihat bahwa sekarang ini mobil Rania sudah masuk ke parkiran mobil sekolah ini. Sebenarnya randra ingin tidak menatap kearah Rania tapi ia tidak bisa apalagi setelah tadi malam ia mengantarkan Rania pulang ke rumahnya. Malam tadi merupakan malam yang indah baginya dan ia masih belum bisa melupakannya sampai sekarang ini. Rendra pun menjadi tersenyum sendiri.
"Pagi ini lo pasti akan cantik kan seperti biasanya Rania? Kapan ya kira-kira lu bakalan nerima gue jadi pacar lo? Gue akan selalu menunggu momen itu terjadi Rania. Rasanya pasti sangat menyenangkan ketika gue jadi pacar lo. Hidup gue pasti akan lebih berwarna lagi nantinya." ujar Randra tersebut.
"Makanya papa terus aja randra. Jangan dikasih kendor deh pokoknya. Gue pikir lo udah berhenti karena masalah kemarin tapi kayaknya tadi malam ada kejadian yang buat lo bahagia ya?" tanya Dilan ketika ia tadi tak sengaja mendengarkan perkataan dari Randra. Mendengar itu Randrs mengangguk.
"Iya, tadi malam rasanya merupakan hari yang paling membahagiakan hidupku meskipun nggak seluruhnya membahagiakan tapi diakhiri dengan bahagia. Gue juga pesen sama lu ya dilan, kalau lu suka sama seseorang lo harus kejar dia terus dan kalau bisa lo harus menyatakan perasaan lo itu karena kalau kau nggak menyatakan perasaan lu percuma aja kan. Intinya jangan pernah berhenti dan coba buat menyatakan perasaan." Ujar Randra.
"Iya gue tahu kalau pasti ada kesempatan untuk diterima atau pun ditolak setiap kita menyatakan sebuah perasaan. Tapi yakin deh sama gue kalo lo udah nyatain perasaan lo itu lo pasti bakalan akan lebih lega daripada sebelumnya. Lagipula kalau ditolak lo masih bisa berusaha lagi buat dapetin dia. Kayak apa yang gue lakuin ini. Ya meskipun menurut beberapa orang gue ini terlalu bucin atau bodoh ya karena meskipun udah ditolak berkali-kali gue tetep stay sama Rania. Tapi ya mau gimana lagi karena gue cuman suka sama Rania doang. Dan gue mau tetap berjuang buat dapetin dia makanya sekarang gue masih berusaha sampai akhirnya nanti gue bakalan dapatin dia. Tadi malam gue nganterin Rania pulang yang mana itu sama sekali enggak ada dalam rencana gue tadi malam. Lo tau nggak sih kayak Tuhan itu lagi baik sama gue kasih gue kesempatan buat bahagia." ujar Randra kepada Dilan.
"Gue ikut seneng atas kebahagiaan lo itu Randra. Tapi kalau menurut gue menyatakan perasaan itu nggak semudah itu titik karena ya gue beda sama lu Randra. Gua juga doain lo supaya lo bisa diterima sama Rania." ujar Dilan kepada Randra dan kini Randra mengangguk sembari tersenyum juga.
Kenapa Tuhan enggak pernah ngasih gue kesempatan buat bahagia ya randra? Apa karena selama ini gue kurang bersyukur? Apakah karena gua kebanyakan nuntut sama Tuhan? Apa semua ini karena gue yang selalu marah sama Tuhan karena bagi gue Tuhan nggak adil. Tuhan sama sekali nggak nitipin setitikpun kebahagiaan hidup gue. Seenggaknya itu yang gue rasain selama gue hidup sampai saat ini. Kira-kira kapan ya gue bahagia tanda tanya dan apakah gue bisa bahagia? Karena sebenarnya ada kesempatan gue untuk bahagia yaitu dengan cara gue pacaran sama Kiara. Tapi lagi-lagi karena kekurangan gue gue nggak berani buat menyatakan perasaan gue ke Kiara. Karena gue juga yakin kalau Kiara pasti nggak mau punya pacar yang bodoh kayak gue. Batin Dilan yang kini menunduk senyum.
Senyuman pedih yang selalu dilan keluarkan tapi tidak pernah dilan pamerkan ke orang-orang. Ia kini melihat kearah Kiara dan setelahnya ia melihat ke arah randra yang tampak merata berbinar ke Rania yang baru saja keluar dari mobilnya. Kini randra terus menatap kearah Rania yang nantinya akan melewati mobil milik Kelvano ini. Senyum Randra semakin lebar saja.
"Selamat pagi tulang rusuk." ujar Randra tersenyum ke Rania itu.
"Apa sih Randra, lo kurang kerjaan banget sih." ujar Rania ke Randra. Meskipun dunia menjawab seperti itu tapi sekarang ini Randra merasa sangat bahagia karena pada akhirnya Rania menjawah perkataannya yang mana artinya Rania sudah mau mengobrol dengannya. Ia benar-benar bahagia.
"Loh kok kurang kerjaan sih Rania. Justru ini kan kerjaan gue setiap hari Rania. Gue harus menyapa perempuan yang nantinya akan menjadi tulang rusuk gua. Jadi kapan Lo mau merealisasikan hal ini Rania?" tanya Randra.
"Apa sih Lo makin ngaco deh. Udah lah gua mau ke kelas daripada denger Lo ngaco Mulu kerjaannya." ujar Rania yang sekarang ini sudah pergi. Randra pun kini bingung karena ia ingin menyusul Rania tapi ia disini juga masih menunggu Kiara dan Dilan. Tapi pada akhirnya ia pun sudah memutuskan apalagi setelah Dilan memberika dirinya pendapat juga untuk masalah ini.