22

1500 Kata
Kini Rania sudah masuk kedalam rumahnya dan Randra pun sudah pergi meninggalkan rumah Rania. Rasanya sekarang ini Randra cukup bahagia karena akhirnya ia bisa mengantar Rania untuk pulang ke rumahnya. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa berduaan dengan Rania, yang merasa bahwa dirinya dan Rania seperti sedang berpacaran dan ia tadi mengantarkan Rania pulang setelah mereka berdua pergi jalan berdua. Pikiran Randra memang berkeliaran hingga kemana-mana dan ia banyak juga menghalu sekarang. "Kenapa kalau kayak gini terus gimana gue bisa move on dari lo Rania. Belajar ngasih harapan dan kesempatan sama gue kayak gini. Iya gue tahu kalau ini bukan sepenuhnya dari lo kesempatannya, tapi Tuhan masih ngasih gue kesempatan buat deket sama lo yang artinya Tuhan masih merestui gue sama lo. Akan makin susah bagi gue buat ngelupain lu." ujar Randra menuju ke rumahnya. Ia mengakhiri hari ini dengan perasaan yang sangat bahagia. Sementara itu, sekarang ini Rania sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia juga merasa sangat aneh dengan dirinya sekarang ini. Bagaimana ia tidak merasa aneh jika sedari tadi jantungnya berdetak cukup kencang. Ini sangat aneh karena seharusnya jantung ini tidak berdetak sekencang ini apalagi ia hanya bersama dengan Randra saja tadi. Iya yakin bahwa sebenarnya jantungnya ini ini berdetak sepanjang ini karena apa yang terjadi tadi di dekat club. Ya, iya terus meyakinkan diri bahwa ini bukan karena ia bersama Randra. "Gue nggak mungkin suka sama dia karena gue udah tahu perasaan gue ke dia itu 0%." Ujar Rania meyakinkan dirinya sendiri. Setelah sudah meyakinkan dirinya sendiri, sekarang ini Rania memutuskan untuk istirahat saja karena ia sangat lelah. Ia berharap bahwa ingatannya tentang malam ini tidak berlangsung lama karena ia ingin melupakan semua ingatan malam ini. Sementara itu, Kiara sekarang ini tidak bisa tidur lagi. Rasanya ia ingin melihat jutaan bintang yang ada di langit angkasa saat ini. Namun ia sadar bahwa kekurangannya sama sekali tidak bisa membantunya. Bagaimana bisa seseorang yang tidak bisa melihat malah menginginkan untuk melihat bintang. Memang keinginan dari Kiara itu sangat tidak bisa terjadi dan kemungkinan juga akan mustahil karena ia tidak tahu apakah ia nanti akan mendapatkan donor mata atau tidak mengingat sangat jarang sekali yang ingin mendonorkan matanya. Donor mata memang sangat langka sekali. Kiara hanya bisa tersenyum saja ketika keinginannya itu tidak bisa terwujud kan. Seringkali memang tiba-tiba perasaan ingin melihat sesuatu masuk ke dalam hati Kiara. Kiara sendiri tidak mau munafik bahwa memang dirinya menginginkan hal itu tapi ia tidak mengatakan pada siapapun karena ia tidak mau jika mereka semua menganggap bahwa dirinya menyedihkan. Ayo Kiara lo harus kuat dan lo harus jalanin kehidupan ini dengan senyuman. Dunia lo udah gelap tapi nggak menutup kemungkinan kalau hidup lo bisa juga berwarna. Nggak ada yang tahu tentang skenario dunia ini. Tapi tetep aja gue nggak bisa ngeliat terbitnya matahari, tenggelamnya matahari, pelangi setelah hujan dan juga langit angkasa penuh dengan bintang. Semua itu hanya akan menjadi angan semata jika gue pengen buat ngelihatnya. Jangan cengeng Kiara, lo pasti bisa lewatin ini semua. Batin Kiars tersebut. Kiara memang sedang menguatkan dan meyakinkan dirinya sendiri sekarang. "Kiara, kok kamu belum tidur sih sayang. Kamu lagi mikirin apa?" Tanya Kelvano yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Kiara. Inilah yang membuat kita tidak pernah berdialog sendiri dan lebih memilih untuk berdialog dengan hatinya sendiri alias membatin ucapannya tersebut. Itu semua karena bisa saja nanti orang-orang akan mendengarkan dirinya. Tentu saja ia tidak mau jika hal itu terjadi karena Kiara ingin semua orang yang ada di dekatnya melihat bahwa dirinya setiap hari baik-baik saja. Meskipun dalam beberapa saat ketika ia mengatakan bahwa ia baik disitulah ia sedang tidak baik. Namun semua orang harus melihatnya jika ia baik. "Iya nih bang, Kiara lagi nggak bisa tidur. Temenin Kiara dong bang. Ah iya bang, besok Kiara bakalan ajak kak Dilan, randra dan Agam. Nggak papa kan bang? Soalnya kita berempat mau bikin tugas." Ujar Kiara pada Kelvano. "Iya dong sayang, enggak apa-apa dong kan mereka juga udah sering ke sini jadi kamu nggak perlu tanya lagi sama abang. Lebih baik sekarang kamu tidur karena ini udah malam banget loh. Besok kalau kamu kesiangan gimana hayo. Nggak mau kesiangan kan? Yuk tidur biar abang temenin kamu. Sini biar Abang peluk ya, tidur yuk abang temenin." Ujar Kelvano kepada Kiara. "Iya bang, ini Kiara juga mau tidur kok. Makasih banyak ya bang. Tenang aja Abang, biar nggak bakalan buat kita terlambat masuk ke sekolah kok. Karena Kiara juga nggak mau dihukum, lagi pula kasihan sama Abang kalau Kiara nanti terlambat kan Abang juga pasti terlambat." ujar Kiara tersebut. Kini Kiara sudah tidur dengan Kelvano yang ada di dekatnya. Berada di pelukan dari kakaknya itu membuat Kiara menjadi lebih tenang daripada yang tadi ia rasakan. Karenanya sekarang ini Kiara bisa tidur meskipun tadi juga membutuhkan waktu sekitar 1 jam sampai akhirnya ia tertidur pulas. Setelah melihat bahwa adiknya sudah tertidur pulas kini Kelvano sudah ah mengusap lembut rambut Kiara dan terakhir ia mencium Kiara di keningnya. Sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan kamar Kiara, kini ia menatap Kiara dengan pandangannya yang terluka. Hatinya selalu sedih ketika ia melihat Kiara, ia selalu merasa bahwa apapun yang ia lakukan tidak bisa membahagiakan Kiara karena yang sedari dulu Kiara inginkan adalah ia bisa melihat hal-hal yang tidak bisa ia lihat. Dan untuk mewujudkan hal itu sangatlah sulit mengingat betapa sulitnya mendapatkan donor mata untuk Kiara. Padahal keluarganya mampu dan sudah bersedia membayar berapapun yang diinginkan oleh pendonor mata tersebut atau keluarga pendonor mata. Namun mau bagaimana lagi karena sampai sekarang belum ada pendonor mata untuk Kiara. Ia pun sedih lagi. "Maafin kakak Kiara, andai aja kakak bisa minta sama Tuhan buat gantiin posisi kamu kakak siap. Kakak mau gantiin posisi kamu supaya kamu bisa kembali melihat dunia ini. Asalkan kamu bahagia kakak akan melakukan apapun itu. Kiara, kakak selalu berharap kalau kamu bisa bahagia meskipun kebahagiaan kamu belum bisa maksimal." ujar Kelvano yang selanjutnya ia sudah meninggalkan kamar Kiara untuk ke kamarnya dan akhirnya tidur. Sementara itu berbeda dengan Randra yang sekarang ini sedang berbunga-bunga dan Kiara yang sedang merasa bahwa dirinya sedang merasa sedih. Sekarang ini Agam sedang merasa bingung dengan kehidupannya. Ia sangat takut jika iya akan kehilangan Aruna karena Aruna sudah sering sekali mengancam bahwa ia akan pergi dari kehidupan Agam. Tentu saja akan tidak mau jika Aruna meninggalkan dirinya karena Aruna merupakan hidupnya. Namun di sisi lain ia juga tidak bisa jika diminta oleh Haruna untuk meninggalkan teman-temannya karena iya ya bisa hidup sampai saat ini juga karena teman-temannya yang selalu mendukung dirinya. Agam merasa sangat menderita sekarang ini, gangguan kecemasan nya datang lagi. Rasanya saat ini dunianya hampir hancur, tubuhnya juga bergetar hebat karena ia sangat takut jika nantinya ia akan ditinggalkan oleh semua orang yang ada di sisi-nya dan semua orang yang ia sayangi. "Aruna, kamu nggak akan ninggalin aku kan Aruna. Meskipun aku enggak bisa janji kalau aku enggak akan dekatin Kiara, randra sama Dylan lagi tapi aku bisa janji kalau aku bakal lebih prioritasin kamu lagi. Aruna aku sayang sama kamu. Aku nggak bisa kehilangan kamu dan nggak bisa hidup tanpa kamu. Jadi aku mohon kamu jangan pergi dari hidup aku Aruna. Aku takut, aku nggak bisa Aruna." Ujar Agam kepada dirinya sendiri karena memang saat ini Agam sedang sendiri, ia sedang menikmati malamnya. Beralih dari Agam ke Dilan yang sekarang ini sedang memetik gitarnya. Dilan tidak bisa tidur malam ini, itu semua karena tadi dirinya ikut makan malam bersama dengan keluarganya. Ya, Dilan sedang menyakiti dirinya sendiri. Dilan sangat paham dan ia sangat tahu bahwa jika iya mengikuti makan malam keluarga sudah pasti bahwa hatinya akan hancur dan sakit karena akan dibanding-bandingkan dengan Dikta lagi. Dan hal itu terjadi tadi. "Kamu ini, papa sudah sering bilang ya sama kamu fokus belajar. Lupain semua musik-musik kamu yang nggak ada gunanya itu. Kamu bermain musik itu tidak akan menghasilkan, kamu lihat itu kakak kamu. Dia mempunyai banyak prestasi akademik yang nantinya akan menunjang karirnya ke depan. Enggak malah kayak kamu kerjaannya cuman buang-buang waktu di masa sekarang. Mau jadi apa kamu Dilan?" tanya Papanya tadi. Pertanyaan dari Papanya itu masih selalu ia ingat. Bahkan sedari tadi ia tidak melupakan perkataan itu. Perkataan yang menyakitinya tapi ia tidak bisa melupakannya. Mungkin ia juga mengingatkan terus perkataannya itu karena ini bukan kali pertama papanya mengatakan hal ini kepadanya. Sepertinya ini sudah yang kesekian kalinya bahkan ia tidak bisa menghitung dengan jarinya. "Apa papa nggak bisa ngerasain gimana jadinya gue. Hahahaha, rasanya sekarang gue pengen buat pergi dari sini. Mereka sama sekali nggak mau tahu tentang kekurangan gue ini. Padahal gue sendiri juga nggak mau kalau gue punya kekurangan ini. Nggak siang nggak pagi nggak malam semua aja mereka bilang ini dan itu. Tanpa mereka tahu kalau sebenarnya hati gua ini terluka karena perkataan mereka. Selalu aja Dikta, Dikta dan Dikta yang mereka banggakan. Kayaknya mereka lupa kalo ada Dilan di keluarga ini. Hahahaha mau apa sih Dilan, ga usah banyak berharap deh karena harapan ini bakalan tetap akan menjadi harapan yang semu. Ga akan bisa menjadi kenyataan selama Mama sama Papa ga bisa nerima gua." Batin Dilan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN