Hari itu, lagi-lagi Randra merasa sangat sepi. Apalagi setelah ia berdebat dengan Rania tadi pagi di sekolah. Mungkin itu hanya perdebatan biasa saja tapi tidak dengan percakapan yang mereka lakukan. Sepertinya Rania memang ingin dirinya pergi dan tidak mengganggunya kembali. Namun ia bisa apa dengan semua ini? Hatinya telah dimiliki oleh Rania sejak dulu.
"Kenapa gua ga bisa lupa sama Lo Rania? Gua juga bingung kenapa itu selalu Lo? Kenapa ga orang lain aja Rania?" ujar Randra di gelapnya malam ini. Randra dengan mobilnya sedang menuju ke salah satu club malam di kotanya. Randra hanya ingin menenangkan diri saja sekarang. Seperti biasanya, malam selalu menjadi saat menyenangkan bagi Randra karena ia bisa terbebas dari kacamata hitamnya. Kacamata yang tak bisa ia lepas saat siang datang.
Ia tidak tahu kapan ketakutannya pada siang usai, entah lah mungkin selamanya juga tak akan usai karena trauma itu begitu menghantui dirinya sampai sekarang. Mereka semua pergi dalam kecelakaan siang hari itu dan hanya tersisa dirinya saja. Hanya dirinya di dunia yang fana dan mengerikan ini. Ia pikir ia akan bahagia ketika bertemu dengan Rania dan memiliki Rania, tapi lagi-lagi kenyataan duniawi memang semenyakitkan itu. Rania ternyata tak menyukainya balik. Kenyataan yang harus ia terima meskipun sakit.
Randra sudah masuk ke dalam club malam yang ia datangi, entah apakah nanti ia akan minum atau tidak ia juga tidak mengetahui. Saat ini ia hanya ingin melupakan segala masalah yang ada. Randra sekarang ini memilih table dan memesan makanan ringan dan lemon tea dulu karena ia masih belum ingin makan makanan yang berat. Ia sedang menunggu makan.
Tampak beberapa perempuan berusaha untuk mendekati tablenya tapi ia sama sekali tidak tertarik dengan mereka. Sekarang ini ia hanya ingin tenang saja karena hidupnya sudah sangat berantakan akhir-akhir ini. Ia merasa bahwa sudah tidak ada lagi alasannya untuk tetap hidup di dunia ini.
"Woy bro gua, Lo main kesini ga bilang-bilang ya." ujar Atlas yang merupakan teman Randra di luar sekolah. Randrs pun menyapa balik Atlas.
"Halah biasanya juga gimana." ujar Randra tersebut dan Atlas pun tertawa. Atlas juga sekarang ini mengatakan kepada Randra bahwa dirinya ganti nomor, ia memberikan nomor barunya kepada Randra sembari menceritakan alasan kenapa ia sekarang berganti nomor. Ini sangat lucu karena Atlas berganti nomor itu alasannya adalah Atlas di kejar-kejar perempuan yang mana mereka semua hanya di ghosting saja oleh Atlas.
"Lo sih emang gila ya. Nemplok sana nemplok sini kerjaannya. Ga ada hal lain yang bisa Lo lakuin apa selain ghosting cewek?" tanya Randra itu.
"Ye dariapda Lo? Dari dulu sampai sekarang masih stuck sama satu cewek aja. Come on bro, Lo tuh ganteng banget woy. Dari segi manapun Lo tuh bisa dapatin cewek, tinggal pilih dah yang Lo mau." ujar Atlas padanya.
"Ck, apa sih Lo. Tapi Tlas, kira-kira kalo gua move on gimana ya?" tanya Randra yang baru saja mengatakan hal itu sudah membuat Atlas jadi heboh. Hal itu mengakibatkan beberapa orang melihat ke arah mereka berdua juga.
"Serius Lo mau move on? Kalo Lo mau move on gua bakalan bantuin Lo. Gua cariin cewek spek apa pun pokoknya yang Lo mau. Semua cewek ada di gua, tinggal pilih kalo Lo mah. Lagi pula banyak juga yang antri." ujar Atlas kepada Randra dengan perasaan yang gregetan.
"Gua ga tahu, gua bisa move on apa ga dari Rania. Lo kan tahu sendiri kalo gua sayang banget sama Rania." ujar Randra yang membuat semangat Atlas tadi pun pupus karena perkataan dari Randra yang mana Randra sendiri juga tidak yakin dengan dirinya sendiri jika itu menyangkut move on dari Rania.
"Yah elah, Lo mah itu itu Mulu ya. Coba deh bener gua ga bohong, Lo harus nyoba ngelihat cewek lain selain Rania sama Kiara. Banyak cewek di sekolah Lo yang cantik, baik dan yang spek Dewi lah pokoknya. Tapi kenapa Lo malah stuck sama satu cewek. Gimana kalo selamanya Rania ga sayang sama Lo? Maksud gua, kalo di lihat sampai sekarang kayaknya Rania ga bakalan sayang sama Lo kan?" tanya Atlas kepada Randra disampingnya.
"Gua ga tahu apa Rania bakalan sayang sama gua atau ga. Ga ada yang tahu kedepannya kan Tlas? Tapi kalo gua ya berharap Rania bisa sayang sama gua biar rasa gua ini terbalaskan." ujar Randra membuat Atlas menghela nafasnya dengan kasar karena ia sangat kesal dengan Randra.
"Duh terserah Lo deh, tapi intinya kalo Lo mau move on Lo bisa call me ya. Bakalan gua cariin cewek buat Lo, ga biasanya nih gua baik kayak gini sama orang. Cuma sama Lo aja gua kayak gini karena Lo bestie gua. Hahahaha a***y jijik banget ya gua bilang kayak gitu. But, for sure you can call me if you need help. Anytime ya Ndra!" ujar Atlas dan Randra pun mengangguk. Tak lupa juga ia mengucapkan terimakasih kepada Atlas karena memang setelah Kiara, Dilan dan Agam, Atlas merupakan sahabat baiknya.
Randra masih disana bersama dengan Atlas, mereka memutuskan untuk minum beberapa gelas. Kini minuman beralkohol itu sudah sampai di depan mereka berdua. Ya, mereka hanya berdua saja karena tadi saat Atlas akan mengajak teman-teman ceweknya, Randrs menolaknya. Ia sampai mengancam jika Atlas masih membawa teman cewek ke table mereka, ia tidak akan mau berteman lagi dengan Atlas. Atlas pun akhirnya menyerah.
Jadi lah sekarang mereka hanya berdua saja di table yang sebenarnya bisa diisi dengan delapan sampai sepuluh orang itu. Randra dengan kacamata hitamnya tampak sangat menawan, bahkan banyak perempuan yang sering menargetkan untuk bisa bersama dengan Randrs. Namun mereka semua harus gigit jari setelah tahu bahwa Randra hatinya sudah sold out meski pun raganya masih sendiri. Mereka yang awalnya ingin melaju tidak jadi karena mereka tahu bahwa Randra tidak bisa di lobby oleh siapa pun. Jika ia menyukainya maka ia akan menyukainya tapi jika tidak ia akan tidak suka.
"Btw temen-temen gua banyak tuh yang nanyain Lo. Heboh bener deh pokoknya kalo gua habis sama Lo tuh, banyak bener yang nanyain apa Ig Lo terus nomor Lo juga. Bikin pusing tapi mereka temen gua." ujar Atlas itu.
"Lo ga kasih kan?" tanya Randra kepada Atlas. Atlas pun menatapnya.
"Ya kalo nomor handphone ga gua kasih lah. Gila aja, bisa dibikin pop corn nanti gua sama Lo. Tenang gua ga bodoh kok." ujar Atlas tersebut.
Randra pun mengangguk, memang sampai sekarang tak ada yang aneh dari pesan dan chat di handphonenya. Mereka semua masih teman-teman Randra yang Randra kenal. Randra memang tak sembarang membagi nomornya karena ia juga ingin sebuah privasi, jadinya ia benar-benar memprotect agar nomornya tidak diketahui oleh orang-orang yang tak ia kenal.
Sementara itu, sekarang ini Rania sedang bersama dengan Nika dan pacar Nika yaitu Seno. Mereka bertiga sedang menuju ke salah satu club' yang mana mereka datang kessna untuk makan. Ya, hanya makan karena mereka sudah janji tidak akan minum minuman beralkohol. Jadinya sekarang mereka pergi ke sana. Rania sebenarnya tadinya malas ikut tapi mau bagaimana lagi, ia diminta ikut karena memang dirinya menemani Nika agar Nika dan Seno tidak hanya berduaan saja. Jadinya ia sekarang sudah ikut.
Sekarang ini mereka sudah sampai di club yang sama dengan yang di datangi oleh Randra. Ya, club ini sama tapi mereka berdua tidak ada janjian sama sekali. Lagi pula saat disini Randra juga sama sekali tidak membuat story. Jadi tidak mungkin ada yang mengetahui tentang hal tersebut juga.
"Kayaknya ramai banget ga sih malam ini?" tanya Rania kepada Nika.
"Hooh nih, gua rasa juga ramai banget soalnya malam juga kan. Pasti banyak yang datang. Ini juga club langganba banyak orang." ujar Nika
"Ya udah guys ayok kita masuk ke dalam yok. Ntar ga dapat table lagi kan kita." ujar Seno dan mereka berdua mengangguk. Kini mereka pun sudah di dalam dan mereka sedang ingin memesan dan memilih table juga. Mereka melihat beberapa table masih kosong jadi mereka pikir masih ada tempat.
"Malam mbak, mau makan disini ya. Sisa table berapa?" tanya Nika.
"Selamat malam kak, mohon maaf kak untuk malam ini seluruh table sudah full reservasi kak." ujar waiters tersebut kepada Nika, Seno dan Rania.
"Itu table yang pada belum diisi juga udah reservasi mbak?" tanya Seno.
"Iya mas, benar sudah full reservasi." ujar waiters itu dan sekarang Nika melihat ke sekitar, ia melihat ada table yang besar tapi masih lowong dan kebetulan sekali ia mengetahui siapa yang sekarang ini ada disana. Jadinya sekarang ia pun ia melihat ke waiters dsn mengatakan ia akan bergabung dengan temannya di table lain. Waiters itu pun mengiyakan perkataan Nika.
"Sayang, kamu mau gabung sama siapa?" tanya Seno kepada Nika. Rania juga ikut bingung karena ia tak tahu jika ada temannya yang ada disini. Saat ia melihatnya lagi ia pun melihat bahwa ternyata ada Randra di salah satu table. Ia langsung menatap Nika dan ia mengehentikan Nika juga.
"Please Nik, jangan gabung sama dia. Please." ujar Rania tersebut.
"Aduh Ran, please dong. Gua lagi pingin banget nih makan disini. Yang kita kenal cuma Randrs doang loh. Lagi pula Lo lihat tuh tabletnya masih kosong cuma diisi sama dia dan temennya. Udah ga papa ya Rania. Please dong, gua ga banyak mau tapi kali tentang ini gua mohon." ujar Nika yang sangat memelas. Hal itu pun membuat Rania akhirnya mengiyakan karena ia juga kasihan pada Nika. Nika tampak sangat bahagia. Sekarang ini Nika berjalan lagi menuju ke tempat dimana Randrs masih belum sadar bahwa tablenya di dekati oleh Rania, perempuan yang sangat ia idam-idamkan.
Begitu pula dengan Atlas yang masih tidak tahu bahwa perempuan yang disayangi oleh temannya ini sedang menuju ke arahnya dan Randra. Jika tahu, Atlas pasti sudah sangat heboh dan terus menerus menjahili Randra.