Kiara dan Dilan sudah berada di perjalanan menuju ke rumah Randra. Di jalan mereka juga melakukannya sembari mengobrol bersama. Mereka tak lupa membeli pizza dan martabak sebelum mereka pergi ke rumah Randra. Pizza dan martabak itu sudah ada di bangku belakang dan sekarang mereka tinggal berangkat saja. Kiara tampak senang karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan Randra. Ia tidak tahu apa masalahnya Randra kali ini tapi setiap Randra tidak berangkat dengan tanpa alasan, pasti Randra ada masalah. Ia yakin hal itu, dan sekarang ia pergi bersama Dilan ke sana.
Mereka berdua sudah sampai di rumah Randra, mobil sudah diparkirkan di halaman rumah Randra yang sangat besar. Sayang, rumah sebesar ini hanya diisi oleh beberapa orang saja yaitu Randra dan beberapa asisten rumah tangganya saja. Kiara dan Dilan masuk ke dalam rumah Randra.
"Mbak Kiara, Mas Dilan sudah datang. Mas Randra masih ada di kamar Mbak, Mas." ujar Bibi kepada mereka, mereka pun mengangguk sekarang.
"Oh masih dikamar ya Bi, ya udah kalo gitu Kia sama Dilan langsung ke kamar ya Bi." ujar Kiara dengan sopan. Mereka sekarang sudah naik ke lantai DUA. Tentu saja Dilan memegangi Kiara, ia menuntun Kiara sembari tangan satunya lagi membawa makanan yang tadi mereka beli sebelum ini.
"Randra, Lo kenapa kok ga masuk?" tanya Kiara saat mereka sampai di kamar Randra. Dilan tadi sudah mengatakan bahwa Randra sedang tiduran.
"Kia, gua sedih dari tadi malam." ujar Randra kepada Kiara tersebut.
"Kenapa Randra? Lo bisa cerita sama kita. Sini-sini gua peluk sini." ujar Kiara sembari mencari keberadaan Randra dan sekarang ia sudah menemukannya, ia pun memeluk Randra, Randra juga membalas pelukan itu
Ga Dilan. Lo ga boleh marah, Lo ga boleh cemburu karena Randra juga teman Lo dan sekarang ini Randra lagi butuh support. Lo ga boleh kayak gini Dilan. Tenang. Batin Dilan yang mencoba menenangkan dirinya sekarang ini.
"Ada apa Randra? Sini cerita sama gua dan Dilan. Nanti Agam juga bakalan nyusul, sekarang Agam lagi pergi sama Aruna ke Mall." ujar Kiara.
"Ra, gua sejelek itu ya emangnya?" tanya Randra kepada Kiara.
Gimana aku bisa ngeliat kamu ya Randra? Aku buta, ga bisa ngeliat. Tapi selama aku kenal sama kamu, kamu baik banget sama aku Randra. Kamu selalu baik. Kamu juga banyak teman. Batin Kiara sekarang ini juga.
Sebenarnya Randra tidak memiliki niat untuk mengatai Kiara dengan meminta Kiara untuk melihat apakah dirinya jelek atau tidak, ia hanya sedang bingung dan kacau makanua ia tidak bisa memfilter apa yang ia katakan. Untung saja Kiara tidak mengambil hati mengenai Kiara
"Enggak Randra, kamu ganteng, kamu baik terus juga banyak temen. Emangnya siapa yang bilang kamu jelek?" tanya Kiara tapi Randra tak menjawab, jika seperti ini berarti itu hanyalah pikiran dari Randra saja.
"Ga ada kan? Jadi jangan anggap kalo kamu jelek ya." tambah Kiara.
"Tapi Rania selalu nolak gua Ra. Dia ga pernah ngelihat gua dengan bn Nn dia muak karena gua selalu pakai kacamata hitam gua ini. Padahal yang sebenarnya ga gitu, yang sebenarnya dia udah punya cowok." ujar Randra yang otomatis membuat Dilan dan Kiara saling menatap sekarang.
"Hah? Punya cowok gimana Ran? Rania belum punya cowok lagi. Lo kan tahu sendiri gua sama temen-temen Lo juga udah bilang kan sama Lo dia masih single belum ada calon." ujar Dilan kepada Randra tersebut saat ini.
"Iya Ran, bener kok kalo Rania itu memang masih single, Lo tahu dari mana deh berita ngawur kayak gitu? Tahu darimana kalo Rania udah punya pacar?" tanya Kiara kepada Randra. Jelas ia bingung dengan omongan Randra karena ia benar-benar tahu bahwa Rania belum punya pacar sama sekali.
"Lo semua mungkin emang ga tahu, mungkin dia pacaran sembunyi-sembunyi kali ya sampai kita semua ga tahu. Gua tahu sendiri, gha lihat dengan mata kepala gua sendiri." ujar Randra mengatakan itu kepada mereka.
"Lo lihat dimana emangnya? Kapan?" tanya Kiara yang kini penasaran.
"Tadi malem, gua pas beli makan ngelihat Rania sama cowoknya. Tadi malam juga gua tahu kalo ternyata alasannya Rania selama ini tuh ya ini, dia ternyata udah punya cowok makanya dia selalu nolak gua dengan dalih gua sering makek kacamata hitam. Gua kecewa, gua marah sama dia kenapa dia ga bilang aja gitu loh sama gua. Kenapa dia malah bohong." ujar Randra.
"Lo udah pastiin kalo itu beneran pacarnya Rania? Lo udah tanya beneran ke Rania atau Lo menyimpulkan sendiri? Jangan suka nyimpulin sendiri ya Randra. Bisa aja Lo salah kan?" tanya Kiara kepada Randra itu.
"Gua emang bum tanya tapi gua lihat mereka dekat banget Ra, lagi pula juga Rania sama sekali ga bilang apa-apa waktu gua bilang dia datang sama pacarnya. Dia sama sekali ga mengelak." ujar Randra lagi kepada Kiara.
"Yakin dia ga ngelak? Bisa aja kan kalo Rania ga punya waktu karena Lo udah pergi dulu atau Lo udah nyimpulin hal itu dulu?" tanya Kiara tersebut.
"Gua ga ngasih dia waktu tapi Kia, gimana kalo emang Rania udah punya pacar? Gimana kalo memang dari dulu Rania udah punya pacar? Dan gua ga tahu, selama ini gua berharap sama perempuan yang jelas-jelas udah punya tempat pulang. Sementara gua? Gua masih ngejar dia buat jadi tempat pulang gua." ujar Randra kepada Kiara dan Dilan tersebut. Mereka pun terdiam.
"Mau gua tanyain ke Rania langsung?" tanya Kiara tapi Randra hanya diam saja. Tak beberapa lama ia menggelengkan kepalanya. Jika ia butuh penjelasan lebih nantinya ia akan menanyakan sendiri kepada Rania saja.
"Kita bawain makanan kesukaan Lo nih. Ayo makan, pasti dari tadi pagi Lo belum makan kan. Yok lah kita makan." ujar Dilan mengajak dan kini mereka sudah mempersiapkan makanan mereka, mereka makan bersama.
“Ini yang biasanya kan?” tanya Randra menanyakan tentang makanan kepada Kiara dan Dilan. Mereka berdua pun mengangguk kepada Randra sekarang ini.
“Masih enak banget emang rasanya ga ada yang berubah.” ujar Kiara sembari makan.
“Makannya belepotan Kiara.” ujar Dilan sembari ia sekarang memgusap bibir Kiara yang mana dalam bibirnya itu terdapat noda makanannya yang ia makan.
“Hehehe, makasih Dilan. Habisnya enak sih makanya gua makan banyak deh.” ujar Kiara tersebut.
“Eh kira-kira sekarang Agam sama Aruna lagi apa ya. Semoga Aruna ga marah lagi sama Agam. Setiap mereka marahan gua selalu merasa bersalah karena mereka marahan itu gara-gara gua.” ujar Kiara memyalahkan dirinya sendiri.
“Ga Kiara, bukan karena lo. Lagi pula Agam sendiri yang memilih apa yang ingin dia lakukan kan.” ujar Dilan kepada Kiara.
“Dari dulu gua emang ga suka sama Aruna, kelakuannya itu loh. Gua kadang heran aja sih sama Agam kenapa dia bisa suka sama Aruna.” ujar Randra dengan kesal. Memang hika membahas tentang Aruna, Randra sering kali kesal karena Aruna sering menyakiti Kiara.
“Udah Randra ga boleh kayak gitu lah lo. Gimana pun juga kan Aruna itu pacarnya Agam, temen kita.” ujar Kiara.
“Ya tapi tetap aja lan Kia, tuh Kiara kan bener kan. Gara-gara udah ketahuan sama gua, sekarang Rania udah upload foto sama cowoknya.” ujar Randra yang kebetulan sedang membuka i********: dan ia melihat foto dari Rania dan pacarnya.
“Hah? Masa sih? Bener Dilan?” tanya Kiara bertanya kepada Dilan karena ia tahu mau bagaimana pun juga ia tetap tidak akan bisa melihat foto itu jika ia belum mendapatkan donor mata.
“Bener Kiara, Rania sama cowok.” ujar Dilan.
“Jadi bener kan udah terbukti kalo selama ini Rania cuman perminkn gu. Gua heran banget, kenapa sih di jahat gitu sama gua? Kenapa dari dulu dia ga bilangnya? Kenapa dia harus bohong dan seakan-akan ngasih harapan ke gua kalo gua masih ada kesempatan buat milikin dia? Ini ga adil kan?” tanya Randra yang sekarang ini tampak sudah frustasi memikirkan itu.
“Dibaca captionnya coba kali aja dia cuma temen atau saudara.” ujar Kiara lagi, Kiara masih mencoba untuk berpikir positif kepada Rania. Ia tahu bahwa Rania tidak pernah berbohong.
“Tapi disini captionnya cuman satu emoticon hati aja Kiara. Ini pasti kan? Udah fix kalo emang mereka punya hubungan yang spesiap.” ujar Randra kepada Kiara. Sebenarnya Kiara sudah kehabisan kata-kata. Jika selerti ini jadinya ia pun juga menjadi bingung.
“Lebih baik lo bertanya secara langsung aja ke Rania karena bisa aja Rania sekarang ini berbohong kan? Gua yakin Rania belum punya pacar.” ujar Kiara yang masih yakin dengan apa yang masih ia yakini sekarang ini tentang Rania yang belum punya pacar.
Sementara itu, sekarang Agam masih bersama dengan Aruna. Hari ini ia sangat bahagia. Arunanya sangat manis jika seperti ini. Senyum tak pernah hilang menghiasi wajah Agam. Agam sangat bahagia, tapi ia yakin bahwa ia akan lebih bahagia jika nantinya ia bisa membawa serta Kiara dan teman-temannya untuk jalan bersama dengan Aruna. Nantinya orang yang ia sayang akan berkumpul bersama, pasti jika terjadi hari itu ia akan sangat bahagia.
"Sayang, kita photobox yuk. Aku mau hari ini kita bahagia terus." ujar Aruna dan Agam mengangguk. Mereka berdua pun sudah membeli tiket dan sekarang mereka sudah mulai foto bersama. Setelah sudah mendapatkan hasil foto mereka, kini mereka pergi ke Caffe yang ada di mall itu dan mereka sekarang ini memesan makanan. Mereka memang tadi belum makan.
"Agam, kamu sayang ga sama aku?" tanya Aruna kepada Agam.
"Kenapa kamu masih tanya sayang? Jelas aku sayamg banget lah sama kamu. Kamu itu perempuan yang paling aku sayang." ujar Agam tersebut.
"Kalo aku perempuan yang kamu sayang, terus kenapa pppp malah lebih banyak habisin waktu sama Kiara? Pacar kamu itu aku Gam, bukan Kiara. Jadi ppppppp tolong lebih banyak waktu buat aku ya Gam." ujar Aruna yang membuat Agam terdiam. Bukan pembicaraan seperti ini yang Agam ingin.
"Gam, kenapa kamu diam? Kamu ga mau kehilangan aku kan? Kamu ga mau aku pergi kan Gam?" tanya Aruna kepada Agam, Agam pun saat ini menjadi bergetar hebat saat Aruna mengatakan kata pergi dan kehilangan.
Tentu ia tak mau ditinggalkan, ia mau ditemani. Ia tak bisa jika Aruna pergi dari dirinya, ia membutuhkan Aruna untuk berada disisinya itu.
"Aku ga mau Na, tolong kamu jangan tinggalin aku. Aku sayang banget sama kamu. Jangan pergi ya Na." ujar Agam sembari meremas tangan Aruna.
"Iya Agam, aku ga akan pergi asalkan kamu bisa janji kalo kamu akan lebib memperhatikan aku ya Gam. Aku butuh kamu juga buat hidup aku Gam. Aku sayang banget sama kamu." ujar Aruna sembari mengelus lembut rambut Agam. Agam mengangguk saja, untuk saat ini ia tidak mau kebilangan Aruna.
Makanan mereka akhirnya datang juga, kini mereka sudah memakan makanan itu. Aruna terlihat sangat bahagia, ia berharap bahwa janji dari Agam tadi bukan hanya sekadar janji saja tapi benar-benar ditepati oleh Agam. Jika bisa ia meminta pada Agam, ia ingin Agam malah pergi dari kehidupan Kiara. Toh tanpa Agam pun Kiara juga masih bisa hidup, ia masih memiliki Dilan, Randra dan Kelvano yang akan selalu sayang dam menjaga Kiara tersebut.
Aruna dan Agam sudah selesai makan dan sekarang ini mereka memutuskan untuk lanjut nonton. Namun mereka urung melakukannya karena jamnyantidak sesuai dengan yang diinginkan mereka. Mereka pun pulang karena ternyata Aruna juga sudah diminta untuk pulang. Agam mengatar Aruna sampai ke rumahnya dengan selamat. Saat ini Agam berpamitan kepada Aruna untuk pulang. Setelah Aruna masuk, Agam pergi.
Kini Agam sudah pergi ke rumah Randra, ia juga sebenarnya memikirkan tentang Aruna tadi, ia tidak mau kehilangan Aruna tapi ia juga tidak bisa jika diminta harus menjauh dari Kiara. Kiara dan Aruna sama berartinya bagi dirinya. Mereka berdua bisa dibilang merupakan seseorang yang berarti.
"Tuhan, semoga Aruna ga akan mengungkit lagi kali nantinya aku akan tetap bersama dengan Kiara dan menemani hari-hari Kiara. Karena Kiara bertemu dengan aku sebelum aku bertemu dengan Aruna. Jadi Kiara jjga merupakan seseorang yang sangat berarti bagi aku." ujar Agam saat ia di jalan. Ia akhirnya samoai juga di rumah Randra, mobilnya masih disana. Kini ia sudah berjalan masuk ke dalam. Ini baru pukul lima sore, ia seharusnya tadi pulang mungkin agak malam, untung saja Aruna sudah diminta untuk pulang jadi ia bisa datang kesini lebib awal. Kini Agam sudah masuk ke dalam.
Ia langsung pergi ke kamar Randra karsna ia mendengar suara teman-temannya ada di kamar Randra sekarang ini. Ia sudah masuk ke dalam.