Namsan Tower adalah salah satu destinasi populer yang ada di Seoul, Korea Selatan. Bagi para pelancong yang berasal dari mancanegara. Berada di atas gunung Namsan dengan ketinggian 470 meter di atas permukaan laut. Tinggi menaranya sendiri sekitar 237 meter yang membuatnya menjadi sangat mencolok.
Siang tadi, karena ada suatu urusan maka Aurora dan Aresta tak bisa mengunjungi tempat itu dan hanya bisa ke Namsan Tower lepas petang. Bahkan hari semakin malam yang membuat udara cukup dingin seolah menusuk kulit mereka.
Yang membuat tempat ini menjadi tampak keren, salah satunya adalah karena ada lampu indikator di atas menara tersebut yang bisa menunjukkan kualitas udara dengan berubah warna. Malam ini lampu menyala berwarna biru yang artinya sangat aman dikunjungi.
Tak mau ketinggalan, Aurora mengajak Aresta menuju tempat yang biasa disebut gembok cinta. Aurora mengambil gembok berwarna biru muda sedangkan Aresta berwarna pink. Mereka berdua tentu menuliskan nama mereka bersama pasangan. Aresta menulis nama dirinya dan kekasih, sedangkan Aurora menulis namanya dan Yohan. Dia tersenyum geli terlebih saat menyadari bahwa tak hanya dirinya yang menulis nama artis idola yang bersanding di sana.
Aurora mengunci gembok itu seraya menunduk, berdoa dalam hening dan di akhiri dengan melakukan doa salib. Lalu dia tersenyum dan mengusap gembok itu. Aresta hanya menggeleng geli dibelakangnya.
“Kamu apa nggak terlalu berkhayal?” godanya saat Aurora berdiri dan menggandeng tangannya menuju restoran indah di menara tersebut.
“Nggak apa-apa, semua kan berawal dari mimpi. jika memang Tuhan memberikan dia untuk aku tentu aku akan senang, jika tidak ... aku harap Tuhan memberikan yang terbaik untukku,” ucap Aurora sambil mengedipkan matanya.
“Amin,” tutur Aresta.
“Kamu sudah selesai packing kan? Pesawat kita paling pagi besok,” ucap Aurora.
“Sudah siap semua, kamu nggak mau perpisahan dengan kekasih hallu?” kekeh Aresta, Aurora menggeleng sambil memanyunkan bibirnya.
“Dia sepertinya sibuk, nggak update apa-apa sejak semalam.”
“Termasuk di chat khusus fansite?” tanya Aresta.
“Iya, kamu tahu nggak kemarin itu kan Yohan follow akun ige aku, terus follower aku nambah banyak, jadi takut sendiri,” ujar Aurora.
“Minta dia unfollow aja,” saran Aresta.
“Dia sih bilangnya kalau dia juga follow banyak akun, memang sih dia follow yang lainnya juga bahkan beberapa staff pun di follow sama dia.”
“Ya sudah nggak usah khawatir, jalanin aja ... kapan lagi kan diikuti sama idola?” ucap Aresta menenangkan Aurora. Dan Aurora menyetujui ide itu.
Setelah keluar dari lift, mereka disuguhkan pemandangan yang sangat indah dari restoran di tempat tinggi tersebut. Sejauh mata memandang mereka melihat lampu yang tampak sangat gemerlap. Langit yang gelap membuat pemandangan itu laksana permadani bintang.
Tak membuang kesempatan, mereka berdua melakukan banyak foto dan memesan makanan. Lalu aurora sempat memposting foto tersebut di akun sosial medianya.
Tak berapa lama notifikasi ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk di aplikasi layanan chat fansite dengan idola mereka. Aurora memang telah lama berlang-ganan aplikasi berbayar tersebut yang memang kabarnya pesan itu dikirim langsung oleh idola sebagai bentuk service dari mereka kepada para penggemar yang berlangga-nan.
“Malam ini sangat indah, selamat bersenang-senang dimana pun kalian berada, jangan lupa makan yang banyak dan istirahat yang cukup,” tulis Yohan dalam pesan itu membuat Aurora tersenyum. Dia merasa pesannya seolah ditunjukkan untuknya.
Lalu Yohan mengirim pesan pribadi membuat mata Aurora membesar. “Gambar yang bagus, andai aku ada di sana bersamamu menikmati malam indah ini,” tulis Yohan. Tangan Aurora terasa bergetar seolah terkena tremor mendadak karena terlalu terkejut. Tetap saja meski sudah bertemu bahkan sudah berciuman, membuatnya tetap berdebar saat berhadapan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Yohan.
“Terima kasih. Kamu dimana?” balas Aurora setelah menimbang percakapan yang harus ditulis dalam pesannya.
“Jeju, hari ini ada shooting music video terbaru,” tulis Yohan.
“Semangat ya, jangan lupa istirahat dan makan,” balas Aurora.
“Iya, kamu juga ya, pesan di fansite tadi sebenarnya untuk kamu ^^, aku lanjut ambil gambar lagi ya,” tulis Yohan membuat wajah Aurora bersemu merah. Benar dugaannya pesan tadi itu adalah kode yang dikirim untuknya, sangat menggemaskan.
“Kenapa senyum sendiri?” tanya Aretta.
“Oppa, kirim pesan,” ucap Aurora memperlihatkan ponselnya membuat Aresta mendengus.
“Percuma, aku nggak bisa bacanya,” cebik Aresta membuat Aurora tertawa, selang beberapa waktu kemudian makanan yang mereka pesan pun datang dan mereka menikmatinya dengan hati yang senang, pemandangan yang indah, makanan yang enak membuat mereka sangat bersyukur.
***
Pagi sekali, Aurora dan Aresta sudah checkout dari hotel. Semalam tadi bahkan Shafa singgah untuk memberi mereka kenang-kenangan. Meskipun sebenarnya tak terlalu perlu mengingat mereka masih harus berlibur ke negara lainnya. Namun kedua orang itu tak mungkin menolak kebaikan hati Shafa yang memberi mereka makanan khas negara Korea tersebut.
Aurora dan Aresta keluar dari taksi yang membawa mereka menuju bandara. Mereka menyeret koper sambil terus berbincang, masih ada waktu setengah jam untuk check in tiket pesawat.
Saat berjalan berdua, tiba-tiba seorang pria memegang koper Aurora membuat Aurora terkejut dan terjadi aksi tarik menarik. Pria yang memakai kacamata hitam dengan topi putih dan masker putih yang menutupi mulutnya itu tampak tertawa dan menurunkan sedikit maskernya dan tersenyum sambil meminta Aurora tutup mulut.
“Oppa?” panggil Aurora.
“Sssst,” jawab Yohan. Aurora melepas koper itu sehingga Yohan yang menariknya. Aresta hanya tersenyum tak jelas melihat wajah Aurora yang memerah.
Yohan memberikan satu paper bag berwarna pink berukuran cukup besar untuk Aurora, di dalamnya ada kotak terbungkus kertas kado.
“Kapan kamu menyiapkan ini?” tanya Aurora.
“Semalam tadi,” jawab Yohan sambil berjalan mendampingi Aurora. Tingginya yang diatas rata-rata tak ayal tetap menjadi perhatian beberapa orang yang mungkin menebak siapakah pria tinggi itu? Penyamaran tak selamanya berhasil jika berada di tempat yang membuat namanya meroket, karena itu terkadang Yohan mengubah cara jalannya atau logat bicara jika berada di tempat umum dan tak ingin diketahui identitasnya.
”Kok tahu aku sudah di bandara?” tanya Aurora. Yohan mungkin tersenyum di balik maskernya karena sudut matanya yang menyipit.
“Tadi rencananya mau ke hotel kamu, tapi saat mau masuk mobil, aku lihat kamu turun dari taksi. Jadi aku langsung ke sini,” ucap Yohan.
“Harusnya kamu nggak perlu repot-repot,” jawab Aurora yang tahu kesibukan idolanya itu.
“Nggak apa-apa, lagi pula mungkin kita akan lama bertemu lagi,” ucap Yohan dengan suaranya yang pelan seolah sarat akan kesedihan.
Yohan memindahkan pegangan koper ke tangan sebelahnya lalu dia menggandeng tangan Aurora, membuat jantung Aurora mungkin tak baik-baik saja saat ini karena detakannya yang semakin cepat.
Aurora dan Yohan menghentikan langkah tepat di bagian pengecekan tiket dan passpor, dia harus naik ke pesawatnya sekarang dan mereka harus berpisah.
Yohan menghadap ke Aurora dan memegang kedua bahunya.
“Selamat bersenang-senang,” ucap Yohan tulus.
“Kamu juga, jangan sampai telat makan dan jangan sakit,” ucap Aurora yang diangguki Yohan.
“Aku mungkin akan sangat sibuk belakangan ini, tapi ku usahakan tetap mengirim kabar.” Yohan mengusap rambut Aurora membuat Aurora mendongak dan tersenyum hingga Yohan memajukan wajahnya mengecup kening Aurora.
“Kamu kirim kabar di aplikasi Fansite juga sudah membuat aku senang, setidaknya aku tahu bahwa kamu baik-baik saja,” ucap Aurora hingga panggilan untuk para penumpang pesawat mulai menggema. Dan Yohan melepas pegangan tangannya di bahu Aurora.
“Jaga diri baik-baik ya, semoga nanti kita bertemu lagi,” ucap Yohan. Aurora mengangguk. Dia melepas kalung salibnya dan memberikan ke tangan Yohan.
“Maaf aku tidak menyiapkan kenang-kenangan untuk kamu, tapi aku ingin kamu mengingat aku setiap melihat ini,” ucap Aurora. Yohan mengangguk dan langsung memakainya.
“Aku akan memakainya,” jawab Yohan menahan senyumnya karena Aurora pasti tak tahu bibirnya yang tersenyum karena memakai masker. Yohan juga mengucap salam perpisahan dengan Aresta. Dan kedua gadis itu meninggalkannya yang masih melambaikan tangan, lalu setelah keduanya tak terlihat mata, dia berjalan cepat menuju mobil yang telah menunggunya.
Di pesawat, Aurora tak sabar untuk membuka hadiah dari Yohan, dengan perlahan dia membukanya dan matanya terbelalak. Rupanya ada kalung yang mirip dengan miliknya yang diberikan ke Yohan. Liontinnya tampak lebih kecil dan sangat indah. Aurora tak tahu bagaimana bisa mereka saling bertukar hadiah yang sama, sebuah kalung dengan liontin yang serupa.
Tak hanya itu, karena Yohan juga memberikannya tas kecil yang Aurora tahu pasti harganya sangat mahal jika melihat dari merknya. Dan yang paling membuatnya senang adalah, dia menulis sepucuk surat dengan tulisan yang singkat.
“Tunggu aku di negaramu, aku akan datang untuk kamu. Tetap sehat, My Star,” tulis Yohan membuat Aurora tersenyum dan terharu di saat yang bersamaan. Boleh kah dia menganggap dirinya mempunyai tempat yang spesial di hati Yohan? ‘My Star,’ gumam Aurora sambil memeluk surat itu, dia pun segera mengenakan kalung yang diberikan Yohan dan akan menjaganya dengan sangat baik seperti dia menjaga perasaannya selama ini.
***