7. Another Girl

1632 Kata
 Sudah seminggu Aurora kembali ke Indonesia, sejak tadi dia hanya termenung di taman yang terletak di lantai yang sama dengan kantornya, bersandar di bantal bulat besar khusus para karyawan bersantai, dengan alas rumput sintetis yang lembut. Sudah seminggu itu pula, dia dan Yohan tak saling berhubungan sama sekali. Chat terakhirnya Aurora berkata bahwa dia telah sampai di Indonesia dan Yohan hanya membalas dengan kata ‘ok’ tidak kurang tidak lebih. Di aplikasi chat berbayar khusus Fansite itu pun dia sangat jarang mengirim pesan dan sesekalinya ada pesan hanya berucap kata ‘belakangan ini aku sibuk,’ atau ‘hari ini sangat sibuk.’ Bahkan sudah tiga hari tak ada pesannya membuat Aurora khawatir namun dia juga tak bisa berbuat banyak, dia tak mau menjadi seseorang yang menuntut terlalu berlebihan. Lagi pula siapa sih dia? Aurora mengambil buku catatan yang memang selalu dibawanya kemana-mana, buku ini berisi banyak hal, termasuk outline atau garis besar n****+ yang tengah di gelutinya, beberapa tulisan penting, rekap pengeluaran dan pemasukan, rekap gaji juga dia tulis di buku itu. Terkadang hanya merupakan coretan abstrak berisi curahan hatinya. Membuka kembali catatan tentang n****+ yang sekarang sedang digelutinya, lalu notifikasi dengan nada yang unik masuk, dia sangat hapal, nada itu adalah pesan yang berasal dari aplikasi fansite. Yang itu berarti kiriman dari idol favoritnya yaitu Yohan. Hanya saja kali ini sebuah pesannya membuat Aurora mengernyitkan kening. Tulisannya tak seperti Yohan yang biasanya. Dia menulis pesan cukup panjang berbunyi, “jika kamu mempunyai kesempatan meminta maaf kepada seseorang, apa ucapan maafmu kepada orang itu? Dan ditujukan untuk siapa?” Aurora berpikir bahwa mungkin manager atau asistennya yang mengetik pesan itu, mungkin Yohan terlalu sibuk, sedangkan dia punya kewajiban mengirim pesan hari ini. Karena itu Aurora menulis sebuah pesan yang dia yakini tak mungkin dibaca oleh Yohan, karena banyaknya penggemar yang pasti me-reply pesan itu. “Aku akan meminta maaf kepada Yohan oppa, maaf karena aku mencintaimu sebagai laki-laki, bukan hanya sebagai idola,” tulis Aurora. Lalu dia mengirim pesan itu dan menghembuskan napas panjang seolah dadanya terasa sesak. Ah mimpinya mungkin telah berakhir, meskipun begitu dia tak pernah menyesali bahwa dia pernah mengalami mimpi yang sangat indah. Aurora memegang bandul kalungnya seraya mendongak ke langit. Awan putih berarak beriringan di siang ini, semilir angin berhembus membuat dirinya tak didera kepanasan. Hingga sebuah panggilan video masuk, tangan Aurora sampai bergetar hebat! Benarkah pemanggil itu? Dia yang sedang Aurora pikirkan. Mengapa juga harus panggilan video? Aurora bahkan tak memakai lisptik sama sekali. Namun dia tak mau membuang kesempatan yang belum tentu akan datang lagi, maka dia pun menerima panggilan itu. Menatap pria yang sudah tersenyum ke arahnya, memakai piyama tidur berwarna putih kebiruan dengan motif garis-garis, Aurora mengernyitkan kening, melihat latar belakang di video pria itu, jelas itu menunjukkan sebuah kamar rumah sakit. “Hei,” sapa Yohan. “Mengapa tulis pesan seperti itu?” imbuhnya. Membuat Aurora merasa bersalah, dia pikir bukan Yohan pengirimnya, dan pria itu tak membacanya, rupanya dia menelepon setelah Aurora mengirim pesan ke fansite yang hanya bisa dibaca artis itu.   “Hai, hahaha tidak apa-apa kok, hanya iseng. Oiya kamu di rumah sakit?” tanya Aurora. Yohan tersenyum dan menunjukkan tangannya yang diinfus, Aurora menutup mulutnya tak percaya. “Bagaimana bisa?” “Kamu sudah lihat acara variety show dimana Sunshine menjadi bintang tamu?” tanya Yohan, tentu Aurora sudah melihatnya, semalam tadi acara itu ditayangkan di channel favoritnya. “Iya aku lihat,” jawab Aurora. “Saat acara game aku terjatuh, awalnya tidak terlalu sakit, namun setelah shooting berakhir punggungku terasa remuk, mungkin aku terlalu bersemangat,” ucap Yohan seraya tersenyum lebar membuat hati Aurora terasa sakit, dia selalu menutupi kesakitannya dengan senyumnya, selalu seperti itu, sejak dulu. Bahkan saat grupnya diterpa masalah, dia tetap menceritakannya dengan bibir tersenyum, meskipun matanya basah akan air yang menggenang yang tak mampu ditahannya. “Kamu cedera?” “Ya, sedikit, tapi tidak apa-apa, besok mungkin sudah bisa pulang,” ucap Yohan seraya bersandar di sandaran ranjangnya. Aurora bisa melihat air purifier di atas nakas. “Kamu sudah makan? Seharusnya kamu lebih berhati-hati,” ucap Aurora. “Ya aku akan lebih berhati-hati lain kali.Tentu sudah, ini sudah lewat jam makan siang di sini. Kamu bagaimana? Sudah makan?”  “Belum, sebentar lagi,” jawab Aurora. “Boleh lihat kamera belakang? Aku mau lihat kamu berada dimana?” tanya Yohan. Aurora menekan kamera belakang dan mengedarkan tangkapan gambar itu dengan ponsel mengelilinginya lalu kembali membuka kamera depannya. “Sepertinya tempatnya sangat nyaman.” “Iya, ini tempat favorit aku jika ide buntu, tak ada inspirasi, atau saat lelah,” ucap Aurora. “Bagus untuk kamu. Ngomong-ngomong, bulan depan kamu bisa cuti lagi?” tanya Yohan. “Sebenarnya aku tidak terikat untuk bekerja di sini terus sih, di rumah pun bisa, yang penting aku update cerita setiap hari. Ada apa?” tanya Aurora kembali. “Aku dan tim ada konser kecil di London, kamu mau ikut?” tawaran Yohan tentu membuat mata Aurora membesar, London, Inggris, dia sangat ingin berkunjung ke sana, ditambah Yohan yang mengajaknya tentu dia tak akan berpikir dua kali untuk menyetujuinya. “Aku bisa kasih kamu satu tiket VIP,” ucap Yohan. “Mau, aku mau, mau,” ujar Aurora bersemangat. Yohan tertawa melihat ekpresi Aurora yang menurutnya sangat menggemaskan. “Nanti aku kirim ya, jika tiketnya sudah aku terima, kamu kirim pesan alamat kamu,” ucap Yohan. Seseorang seperti masuk ke kamar rawatnya, terdengar dari suara pintu yang bergeser dan tatapan mata Yohan menuju pintu itu. “Ada tamu, nanti aku telepon lagi ya, jangan lupa kirim alamat,” ucap Yohan. “Iya, semoga cepat sembuh ya.” “Terima kasih,” jawab Yohan, sebelum memutuskan panggilan itu, Aurora sempat mendengar suara wanita mengucap kata “siapa?” namun Yohan yang memutuskan panggilan itu membuat Aurora tak sempat bertanya itu siapakah wanita itu? Lagi pula pergaulan Yohan luas, bisa saja itu asistennya atau teman kerja lainnya. Entahlah. Aurora pun mengirim alamat kostnya, di kost ada petugas keamanan yang berjaga selama dua puluh empat jam sehingga memungkinkan menerima paket untuknya, dan setiap belanja online memang Aurora selalu mengirim ke alamat kostnya. Aurora kembali ke meja tempatnya biasa bekerja, membuka laptop dan memakai earphone bluetooth, sebaiknya dia mendengar lagu-lagu dari Sunshine agar semangat mengetik ceritanya sebelum pulang. *** Aurora memutuskan pulang lebih cepat, pukul tujuh dia sudah ada di kamar kost, padahal biasanya dia akan makan malam bersama Aresta sebelum pulang. Namun, hari ini dia merasa sangat lelah, mungkin karena bertepatan dengan tamu bulanannya yang datang, dia menjadi sedih dan tak bersemangat. Setelah mandi dengan air hangat, Aurora memakai baju tidurnya yang merupakan daster rumahan bergambar teddy bear. Mengambil ponselnya dan tak lupa mengganti channel televisi. Dia melihat banyaknya pesan di grup khusus penggemar Sunshine. Mata Aurora memicing melihat salah satu foto yang di screenshoot oleh salah satu anggota grup chat itu. Terlihat foto Felicia memegang sebuket bunga, dan di sampingnya ada Yohan, latar belakangnya kamar rumah sakit tempat Yohan dirawat. Entah mengapa hati Aurora terasa sakit? Hal itu jelas menunjukkan bahwa suara perempuan yang didengarnya tadi adalah Felicia. Sekilas tentang Felicia, dia adalah salah satu anggota girl grup senior yang kini berusia tiga puluh tahun, dia juniornya Sunshine dan satu agensi di ST Entertainment, sebagai visual dari grupnya, wajahnya tentu sangat cantik, dan dia paling dikenal dibanding member lainnya, itu karena dirinya sering menjadi pemeran utama dalam drama korea. Tak hanya cantik, dia juga sangat pintar dan dia mempunyai bisnis lain diluar pekerjaannya sebagai idol wanita. Dan bisnis pakaian itu sangat sukses hingga mengeluarkan brand tersendiri. “Sepertinya mereka berpacaran!” tulis salah satu akun. “Benar gosip itu? Ingat kan mereka pernah terciduk papparazi tahun lalu ketika makan berdua di restoran!” tulis akun lainnya. “Wah serasi ya mereka, satunya cantik, satunya ganteng, kalau mereka menikah pasti anak mereka cakep banget!” komentar lainnya. Tentu saja Aurora sangat cemburu, dia bahkan tak mengikuti akun sosial media Felicia, karenanya dia segera meninggalkan grup chat untuk membuka sosial medianya, mengetik nama Felicia di kolom pencarian. Dan muncullah akun wanita itu, foto paling atas adalah fotonya saat menjenguk Yohan yang di unggah beberapa menit lalu namun sudah dibanjiri banyak komentar. “Cepat sembuh pemimpin kami,” tulisnya di bawah foto itu, hanya satu kalimat namun menimbulkan banyak spekulasi, mata Aurora memanas melihat banyaknya komentar dari kalangan artis juga kalangan penggemarnya, banyak yang mengirim icon hati yang terbelah menandakan patah hati. Dan yang paling membuat Aurora tak bisa menahan tangisnya adalah komentar dari akun Yohan, “terima kasih bunganya, anak manja!” Bahkan Yohan mempunyai panggilan sayang terhadap wanita itu, ‘anak manja,’ bukankah itu terdengar sangat manis. Aurora keluar dari akun itu, tak kuasa membaca banyak komentarnya yang mendukung hubungan mereka berdua. Jika mereka memang berpacaran, lalu apa arti ciuman itu? Apa arti kalung yang diberikan ke Aurora? Dan apa artinya Yohan mengajaknya melihat konser di London? Apakah semua itu tak berarti apa-apa bagi Yohan? Aurora mematikan televisi, juga lampu kamarnya. Dia memilih berbaring dalam gelap. Dia menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Dan dia terlalu berbesar rasa, terlalu over percaya diri bahwa dirinya dianggap spesial. Ternyata benar kata orang-orang yang merupakan fans dari idol, hal yang paling menyakitkan bagi seorang fans adalah ketika mencintai seorang idola, layaknya mencintai kekasih. Sudah tahu tak bisa digapai, namun tetap diimpikan. Membuat hati kian remuk saat menyadari bahwa idolanya mungkin telah memiliki wanita lain, yang sangat dicintainya yang sangat mungkin untuk menjadi pendamping hidupnya.   “Sakit,” ringis Aurora memegang da-danya, dia bahkan merasa sangat bahagia tadi meski moodnya sedang berantakan karena Yohan melakukan panggilan video dengannya. Apakah Felicia alasan Yohan tak membalas pesannya yang mengirimkan alamat kostnya padahal pesan itu telah dibacanya. Dan kini hatinya terasa sakit menerima kenyataan ini. Tak mau berlarut dalam kesedihan, Aurora mencoba memejamkan mata, mungkin tidur akan membantu menyembuhkan lukanya. Setidaknya tidur dapat menghentikan tangisnya. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN