Eps. 03. Sekedar Sandiwara

1196 Kata
Seorang wanita bersimpuh di tepi sebuah makam dan derai air mata juga terus menetes membasahi wajah sayunya. Dipenuhi banyak bekas luka yang tampak sudah terbalut perban di tubuhnya, wanita itu menatap kosong pada gundukan tanah basah yang bertaburkan bunga segar di hadapannya. Pada ujung gundukan tanah itu, tampak sebuah pusara bertuliskan nama Aryan Dhiratama. "Aryan, mengapa sampai seperti ini? Mengapa kamu meninggalkan aku secepat ini?" Wanita itu menangis tersedu-sedu, bahkan pundaknya ikut berguncang, tak mampu menahan isak kesedihannya. Alya .... Wanita yang masih berstatus istri dari Aryan itu, memainkan perannya dengan sangat baik dan mampu bermain cantik seperti yang telah ia rencanakan bersama Dion. Satu hari pasca kejadian kelam malam itu, Aryan dikabarkan tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Alya pun ada bersama Aryan pada waktu kecelakaan tersebut terjadi. Namun, dia berhasil selamat dan hanya menderita luka ringan, sedangkan Aryan jatuh ke jurang yang sangat dalam dan ikut terbakar bersama mobil yang tengah dia kendarai saat itu. Akan tetapi, semua itu tentu bukanlah kejadian yang sebenarnya. Yang sesungguhnya terjadi adalah sebuah rekayasa yang dibuat dengan sangat rapi oleh Dion beserta anak buahnya, sehingga semua orang sangat yakin bahwa itu merupakan sebuah kecelakaan tunggal. "Aryan ... bagaimana aku akan hidup tanpa kamu? Mengapa kamu tidak membawaku ikut mati saja bersamamu?" Alya kian mengeraskan suara tangisnya, membuat semua orang yang tengah berada di pemakaman itu hanya bisa menunduk dan terdiam menyaksikan semua di hadapan mereka. "Sudahlah, Alya. Relakan kepergian Aryan. Tuhan mungkin memang sudah mentakdirkan jalan hidupnya harus berakhir seperti ini." Hanya Dion saja yang berani ikut berjongkok di sebelah Alya dan mengusap punggung wanita itu, untuk menghibur serta menguatkannya. Tidak banyak orang yang menyaksikan pemakaman jenazah Aryan hari itu. Hanya beberapa kerabat dekat dan kolega saja yang hadir, sebab acara itu memang dibuat sangat tertutup dari sorotan publik. Tidak ada pemberitaan media, karena kejadian itu memang sudah dirahasiakan sedemikian rupa oleh Dion. Beralasan menjaga perasaan orang-orang terdekat Aryan yang tengah berduka dan dilanda kesedihan, Dion mampu membuat semua orang bungkam serta tidak menceritakan tentang kematian Aryan tersebut di khalayak ramai. "Sebaiknya sekarang kita tinggalkan pemakaman ini, Alya. Biarkan Aryan beristirahat dengan tenang di alam sana." Dion merangkul pundak Alya dan membawanya keluar dari area pemakaman tersebut. Tanpa penolakan, Alya pun mengikuti keinginan Dion dan bergegas keluar dari tempat itu. Tempat pemakaman itu pun kini sudah sepi, hanya dua orang pria yang masih terlihat di sana. Kedua pria itu tak lain adalah Gana dan Dafa, asisten kepercayaan Aryan. Keduanya juga sangat terpukul akan berita kematian Aryan yang sungguh tidak pernah mereka duga sebelumnya. Seraya berjongkok di depan gundukan makam Aryan, Gana menggumam, "Mengapa kematian anda harus dengan jalan seperti ini, Bos?" Air mata juga menitik dari ujung mata Gana. Dia pun merasa sangat sedih dan tidak menyangka akan kehilangan atasannya itu untuk selama-lamanya, dengan cara yang sangat tragis. Begitu pula dengan Dafa, pria berambut cepak dan memiliki bahu lebar itu juga tak kuasa menahan isak tangisnya. Bagaimana tidak, seorang atasan yang selama ini sangat mereka segani, kini sudah meninggal lebih dulu. Aryan meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis, tentu merupakan hal yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. "Entah mengapa, aku merasa ada yang tidak beres dalam kecelakaan yang menimpa Bos Aryan, Bro." Tiba-tiba saja Gana berujar, mengungkapkan kecurigaan yang masih terasa mengganjal di benaknya kepada Dafa. "Maksud kamu apa, Bro?" Dafa menggeleng ragu. "Kau lihat Nyonya Alya! Bukankah dia ikut ada di dalam mobil bersama Bos Aryan saat kecelakaan terjadi? Tapi mengapa hanya Bos Aryan yang terjatuh ke jurang, hingga jasadnya ikut terbakar bersama mobilnya?" Gana memperjelas lagi semua yang masih menjadi pertanyaan dalam hatinya. Sejenak Dafa terdiam dan hanya menatap ekspresi wajah sahabatnya itu. "Kita tidak pernah tahu nasib seseorang, Gana. Bisa saja pada saat kecelakaan terjadi, Nyonya Alya terpental keluar dari mobil, sebelum mobil itu terjatuh." Sebaliknya, tidak ada kecurigaan apapun yang tersirat dari jawaban Dafa. Dia sepenuhnya percaya bahwa semua itu memang hanya sebuah kecelakaan. "Kamu tahu 'kan kalau Bos Aryan malam itu baru saja pulang dari luar negeri. Mungkin saja dia masih kelelahan, tapi dia tetap memaksa untuk menyetir sendiri, menuju villa pribadinya yang ada di area perbukitan. Apa kamu ingat bagaimana Bos Aryan begitu antusias akan merayakan hari jadi pernikahannya bersama Nyonya Alya?" beber Dafa, tetap tidak terlalu menanggapi kecurigaan Gana. Mengingat lokasi kecelakaan Aryan saat itu memang searah menuju villa pribadi milik Aryan yang ada di area perbukitan di sebuah desa, Dafa sangat yakin bahwa itu memang murni adalah sebuah kecelakaan tunggal. Gana terdiam dan kembali berpikir, "Yang dikatakan Dafa ada benarnya juga. Jalanan menuju villa itu memang cukup ekstrim. Banyak tanjakan dan tikungan tajam. Selain itu jalanan pasti sangat licin saat musim penghujan seperti sekarang." Gana menghela nafas dalam-dalam dan menganggukan kepalanya pelan. Tidak ingin terlalu hanyut dalam kesedihan, Dafa dan Gana lalu menyusul pelayat lainnya, untuk segera pergi meninggalkan pemakaman itu. **** Diantarkan oleh Dion, Alya kini sudah tiba di rumah besar kediamannya. "Bagaimana sandiwaraku hari ini, Dion? Apakah sudah cukup meyakinkan?" Senyum licik terbias begitu saja di bibir merah, wanita berambut panjang dan berkulit putih itu. "Kamu memang sangat pintar bermain drama, Sayang. Aku bangga padamu." Dion ikut tersenyum seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping milik Alya. "Ahh, senang sekali rasanya. Sekarang Aryan sudah tidak ada lagi, jadi aku tidak perlu lagi berpura-pura mencintainya." Raut bahagia tergurat jelas di wajah Alya. Dua tahun menikah dengan Aryan, sejatinya dia memang tidak pernah mencintai suaminya itu. Dia hanya berpura-pura dan bersedia menikah dengan Aryan, demi mendapatkan kekayaannya saja. Sifat materialistis sudah mendarah daging dalam kehidupan wanita itu. "Aku juga sangat senang, Alya. Setelah kematian Aryan, aku akan bisa kembali memilikimu seutuhnya. Kita tidak usah lagi menyembunyikan hubungan kita ini." Dion mengecup pipi Alya dengan mesra dan senyum penuh kemenangan terus terulas di bibirnya. Pada saat semua orang dirundung duka nestapa akan berita kematian Aryan, hanya mereka berdualah yang kini tampak berbahagia. "Sebentar lagi aku akan mengambil alih semua aset-aset yang dimiliki Aryan menjadi atas namaku. Sedangkan perusahaan ... aku minta kamu yang menjalankannya, Dion!" tegas Alya dengan binar mata penuh kelicikan. Semua yang dia impikan selama ini untuk bisa menguasai seluruh kekayaan suaminya, sudah nyata di depan mata. "Kamu tidak usah khawatir, Sayang. Aku akan selalu ada untuk mendukungmu." Dion pun mengangguk senang seraya lebih erat melingkarkan tangannya di tubuh Alya. "Aku sangat mencintaimu, Alya," bisiknya, sambil beberapa kali mendaratkan kecupan di wajah wanita pujaan hatinya itu. "Tapi ... bagaimana kalau ternyata Aryan belum mati, Dion? Kita tidak menemukan jasadnya di jurang itu, apa tidak mungkin dia ... " Tiba-tiba Alya kembali terlihat ragu. Ada kekhawatiran yang masih tersimpan dalam hatinya. "Tidak mungkin, Sayang!" Dengan cepat Dion memotong ucapan Alya. "Mobil itu hangus terbakar dan saat itu Aryan masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Dia tidak mungkin bisa selamat. Jasadnya pasti hanya tinggal abu saja di dalam mobil itu," sangkal Dion penuh percaya diri. Dia tidak ingin Alya menyimpan keraguan lagi. "Aku sangat percaya dengan kinerja anak buahku. Mereka pasti melakukannya dengan sangat rapi. Tidak akan ada seorang pun yang akan curiga sama kita," tutur Dion dengan santainya. "Kamu memang sangat licik, Dion. Aku suka cara kerjamu." Alya memuji. Tentu saja dia sangat tahu seperti apa sepak terjang seorang Dion. Pria itu bisa melakukan apapun demi mendapatkan semua yang diinginkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN