“Lain kali kamu jalan sendiri saja jika ingin ke salon. Ibu capek-capek menemani, bukanya ikut perawatan, malah menunggumu saja. Lagian uang yang kamu pakai juga uang anakku,” gerutu bu Heni pada menantunya saat ke duanya sampai di rumah. Rumah begitu sepi, entah pada ke mana penghuni yang lain pergi? Hanya ada Roni yang tetap di kamarnya, sedang tidur. “Lah begitu saja Ibu marah sama Indah? Ini pertama kalinya Ibu marah lho.” “Lagian kamu pelit banget sih. Katanya cuma bawa uang sedikit, ternyata di dompetmu banyak sekali uang lembaran merah. Kamu perhitungan sama Ibu Indah.” “Uangku bukan hanya dari Bambang Bu, tapi juga dari mamaku. Wajar dong aku perhitungan. Cari uang gak gampang Bu. Lagian seharusnya ini sudah menjadi tanggung jawab mas Roni untuk menafkahiku aku Bu, bukan lagi