"Devan, apa kamu sudah menghubungi orang tua Eve?" tanya Raisa dengan nada dingin, sorot matanya tajam menusuk ke arah putranya. Devan menggeleng pelan, menghindari tatapan ibunya. "Aku rasa nggak perlu, Ma," jawabnya datar. Di dalam hatinya, ia merasa ini semua akan jauh lebih merepotkan jika mereka tahu. Lagi pula, dia malas berurusan dengan keluarga Eve—wajah-wajah yang hanya akan menuntut lebih darinya, memeras simpati dengan air mata dan keluhan tentang nasib buruk putri mereka. Raisa mendesah panjang, seolah kecewa dengan jawaban itu. "Kamu ini bagaimana, Devan? Kamu suaminya. Kamu punya tanggung jawab, harus memberikan kabar ini kepada orang tua Eve, sekarang!" Perintah Raisa dengan tegas, tak menerima alasan apa pun. Devan mendengus pelan, hatinya mendidih dengan rasa jengkel ya