Adrena menitihkan air mata ketika menemukan buku tabungannya menghilang, ia pun segera berlari menuju lantai 10 kamar Agung. Diam-diam Agung membeli apartemen baru untuk dirinya dan Fitria. Tanpa sepengetahuan Adrena.
Adrena mengetahui itu ketika mengikuti Agung dari belakang.
Gamaliel yang melihatnya begitu heran, karena Adrena sangat buru-buru untuk pergi ke lantai 7.
Setibanya di depan kamar apartemen Agung, Adrena menguatkan hati, Adrena memencet bel beberapa kali seraya mengetuk pintu kamar tersebut.
Adrena butuh jawaban karena hanya Agung yang tahu tentang buku tabungannya, karena nama mereka join di buku tabungan itu, buku tabungan itu tidak ada sepersen pun uang Agung yang masuk, Adrena yang selama ini menabung sendirian untuk biaya mereka menikah, namun setelah tahu bahwa Agung mungkin tidak bisa menjaga komitmen mereka, Adrena langsung bertujuan jika uang itu akan ia gunakan untuk melanjutkan kuliah. Namun, sayang seribu sayang, buku tabungan itu sudah tidak ada di tempat yang biasa ia simpan.
Adrena terus mengetuk pintu kamar itu, memaksa untuk masuk dan siapa pun yang didalam Adrena berharap segera dibuka.
Tak lama kemudian, seorang wanita keluar dari kamar tersebut dan Adrena seolah akan menikam diri didepan wanita itu yang tak lain tak bukan adalah Fitria.
Fitria mengenakan pakaian tidur berwarna merah, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah. Apakah Fitria lebih menarik darinya?
Fitria tertawa dan bersedekap di depan Adrena. "Wah ada mantan kekasih calon suamiku."
"Mana Agung?"
"Kenapa kamu mencari calon suami orang? Apakah mau minta balikan?" ejek Fitria lalu memainkan anak rambutnya didepan Adrena.
Adrena akui kalau ia dan Fitria sangat berbeda. Fitria adalah wanita yang cukup seksi dan memperhatikan penampilan, sementara dirinya adalah wanita yang tertutup, ia tidak bisa membeli pakaian bagus selama ini, karena lebih mementingkan kehidupan mereka dan juga tabungan nikah.
Fitria menjaga penampilannya, menjaga kecantikan dan wajahnya, bahkan sepagi ini saja wajahnya cerah, berbeda dengan Adrena yang dekil dan tidak bisa merawat diri.
Bukan tak bisa merawat diri, melainkan ia tidak bisa membeli alat kecantikannya karena lebih memilih memasukkan uangnya ke tabungan nikah.
"Kalau sudah dicampakkan, ya sudah. Jangan memaksa untuk kembali. Calon suamiku itu sedang tidur, sepertinya lelah karena semalaman berperang denganku," lanjut Fitria membuat Adrena mendesah napas halus.
Adrena bersedekap di depan Fitria juga, meskipun ia kalah cantik, namun Adrena tak mau kalah kekuatan. Mungkin Fitria menang karena bisa merebut hati Agung, namun Adrena tak mau kalah dalam berbicara.
"AGUNG! AGUNG! KELUAR, GUNG!" teriak Adrena membuat Fitria menggeleng.
Untung saja Agung memang sudah bangun, ia hanya memakai pakaian handuk dan di balik baju handuknya ia tidak memakai apa-apa, alias telanjang.
"Ada apa, Sayang?" tanya Agung dan memeluk pinggang Fitria.
Adrena melihat tangan Agung yang merangkul pinggang Fitria. Adrena mendesah napas halus dan menggelengkan kepala. Ia harus kuat.
"Ada apa? Kenapa kamu kemari?"
"Terakhir kali kamu menanyakan tentang buku tabungan nikah kita dan sekarang aku mau menanyakan di mana buku tabungan itu. Kenapa aku nggak melihatnya di tempat yang biasanya aku simpan?"
"Serius kamu hanya mau menanyakan buku tabungan? Kamu tidak datang untuk mengemis seperti biasanya?"
"Aku tahu pilihanmu memang sudah jatuh pada wanita ini dan dia berhasil menjadi wanita perebut, tapi yang harus kamu tahu aku masih sangat berharap kamu saat ini hanya menghibur diri, karena akulah wanita yang berkualitas yang selama ini menemanimu hingga 7 tahun, aku nggak masalah kalau misalkan kamu tinggal bersama wanita lain, tapi ingat jalan pulang, aku akan selalu menjadi rumahmu meskipun kamu nggak bisa menjadi rumahku." Perkataan bodoh memang, tapi ini lah cinta.
"Sudah aku katakan, ini bukan lagi kesalahan yang biasa aku lakukan. Dan, Fitria adalah wanita yang akan aku nikahi, aku nggak bisa hidup dengan wanita yang gak bisa pintar merawat diri, bahkan tidak bisa membeli pakaian-pakaian menarik, tidak bisa terlihat seksi di depanku, aku juga punya mata, aku juga punya penilaian dan penilaianku kepada kamu … kamu kalah jauh dari Fitria." Bukannya minta maaf Agung malah menghina Adrena.
"Aku memang gak bisa dan gak pintar merawat diri. Bahkan, aku nggak bisa memanjakan matamu, tapi yang harus kamu tahu aku melakukan itu karena aku menabung buat pernikahan kita dan sekarang yang menjadi tujuanku kemari aku ingin bertanya ke mana buku tabunganku?" tanya Adrena.
"Apa? Buku tabunganmu? Itu juga atas namaku." Dengan kepercayaan diri yang tinggi Agung benar-benar tak tahu malu.
"Tapi kamu nggak punya uang sepersen pun di dalam buku tabungan itu."
"Aku sudah menggunakan uang itu untuk membayar catering dan membayar hotel." Tidak modal sekali.
"Apa? Kamu menggunakan uang itu untuk menikahi wanita lain? Aku yang telah susah payah menabung sampai tak makan, sampai tak bisa memanjakan diri, sampai tak bisa menggunakan uang itu untuk diriku sendiri, hanya demi menabung untuk menikah, tapi ternyata kamu menikah dengan wanita lain? Menggunakan uang yang aku tabung? Kamu sudah gila." Adrena ingin menangis.
"Cinta itu memang gila. Jadi, kamu harus menerimanya," sambung Fitria.
"Kamu tidak punya hak untuk berbicara seperti itu, karena kamu adalah perebut di sini. Kamu adalah orang ketiga. Kamu tidak masalah jika pria ini membayar biaya pernikahan kalian dengan uang yang aku tabung selama ini? Hasil keringatku sendiri, dia memang memiliki nama di buku tabungan itu dan kami berdua join dan berjanji akan saling menyisihkan tabungan nikah kita, namun selama ini dia tidak pernah memasukkan sepersen pun uang ke dalam buku tabungan itu dan sekarang ia gunakan untuk menikahimu? Kenapa kamu tidak tahu malu sekali?"
Fitria mendorong tubuh Adrena sehingga Adrena melangkah mundur secara paksa, Adrena maju lagi dan didorong lagi.
"Kalau kamu kemari hanya untuk berbicara seperti itu, lebih baik kamu pergi karena uang itu sudah habis. Aku sudah gunakan untuk membayar persiapan nikahku," kata Agung dengan kepercayaan diri dan otak yang tak sampai.
"Akan aku laporkan kamu ke polisi."
Agung dan Adrena tertawa terbahak-bahak, mereka menganggap apa yang dikatakan Adrena barusan adalah lelucon.
"Apa? Kamu mau melaporkanku ke polisi? Silakan. Aku nggak perduli dengan laporanmu ke polisi, yang pasti aku tidak mencuri buku tabungan itu dan yang pasti satu hal yang harus kamu tahu, di buku tabungan itu ada nama aku, jadi aku berhak atas buku tabungan itu, lalu kamu mau katakan apa ke polisi?"
"Kamu sungguh gila, kamu sungguh menyakiti perasaanku. Kamu hanya punya nama di buku tabungan itu, tapi kamu tidak benar-benar memiliki keringat di buku tabungan itu, buku tabungan itu untuk kita menikah. Namun karena kita gagal menikah aku berencana menggunakan uang itu untuk melanjutkan kuliahku dan kamu menggunakan uang itu untuk menikahi wanita lain? Apa kamu tidak pernah mau menghargai perasaanku? Selama ini aku nggak pernah meminta banyak hal padamu, aku hanya ingin kamu hargai aku dan aku hanya ingin kamu tahu bahwa—"
"Berhenti. Jangan katakan apapun dan pergilah dari sini, aku nggak mau mendengar apapun yang kamu katakan, uang itu sudah habis dan kamu nggak akan pernah bisa mendapatkannya lagi."
"Ambil saja ini ini buku tabungannya, kamu bisa memasukkannya kembali dan mulai menabung lagi," tutur Fitria.
"Sungguh tak tahu malu kalian berdua."
"Ayo sayang kita masuk ke dalam, nggak usah dengerin dia."
Fitria dan Agung lalu masuk ke dalam rumah mereka dan menutup pintu itu cukup keras. Adrena berusaha membuka pintu secara paksa sehingga tangannya terjepit oleh pintu itu, Agung tahu bahwa jari-jari Adrena terjepit pintu itu, namun ia tidak bisa menolong Adrena karena Fitria saat ini sangat senang, ia sengaja mendorong pintu begitu keras agar tangan Adrena terluka.
Adrena menangis dan merintih di depan pintu apartemen Agung dan Fitria, perasaannya benar-benar hancur, bagaimana tidak kehidupannya berubah total setelah Agung bertemu dengan Fitria.
Adrena akhirnya bisa menarik jari jemarinya yang sudah merah dan terluka, Adrena menyeka airmatanya.
Gamaliel mendengar semuanya entah mengapa ia penasaran pada Adrena sehingga ia mengikuti Adrena dari belakang dan melihat Adrena menerima perlakuan tak baik dari mantan kekasihnya yang sudah memiliki wanita lain.
"Dasar pria b******k!" umpat Gamaliel. "Dasar wanita bodoh." Gamaliel menggelengkan kepala. Lalu memilih masuk ke pintu tangga darurat dan meninggalkan lantai 7.