Bab 17. Permintaan Konyol

1164 Kata
Gama masuk ke apartemennya dan melihat Adrena dan Yumi tengah berbincang, Gama tersenyum dan menyalami Yumi yang saat ini duduk bersebelahan dengan Adrena. Gama merasa kedatangan kakak ipar, ngasal kan? Tapi itu lah yang Gama rasakan. “Sudah lama?” tanya Gama. “Sejak sore.” Yumi menjawab. “Oh iya. Duduk saja kalau begitu, saya ganti baju dulu,” kata Gama. Yumi mengangguk dengan tatapan genit pada Gama, Gama lalu melangkah masuk ke kamarnya, sementara semua makanan sudah siap di atas meja. Gama tersenyum. Melihat Gama sudah masuk ke kamarnya, Adrena lalu menyikutnya, membuat Yumi menoleh dan tertawa kecil. “Kamu ini apaan sih, Yum? Melihat Gama segitunya,” geleng Adrena. “Ren, kamu gak senam jantungkan se rumah dengan Gama?” tanya Yumi. “Gak lah. Memangnya kenapa?” “Ah masa sih? Soalnya aku aja yang tamu di sini udah senam jantung, apalagi kamu loh yang tinggal se apartemen dengan dia. Tampannya itu loh, senyumannya dan cara dia menyapa. Duhh perfect sih ini,” seru Yumi tersenyum. Adrena tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu, meskipun sudah menikah, Yumi masih suka tergoda oleh ketampanan pria lain, namanya juga manusia biasa. Adrena meraih minumannya dan menyesapnya. Ia akan minta maaf kepada Gama nanti, tentang dia yang mengajak Yumi masuk kemari dan menyediakan minum dan cemilan untuk Yumi. “Ren, aku rela deh kamu tinggal di sini,” kata Yumi. “Ha? Rela kenapa kamu?” “Rela aja loh. Soalnya Gama pria yang tampan dan baik hati, dia pantas buat kamu.” “Pantas gimana, Yum? Kamu jangan ngadi-ngadi dong. Aku sama Gama itu gak ada hubungan apa-apa, aku tinggal di rumahnya juga karena aku butuh tempat tinggal, aku kerja di sini.” Adrena menepis perkataan Yumi. “Masalahnya pria dan wanita tinggal se apartemen itu pasti akan terjadi sesuatu, kalau gak jatuh hati, ya kemungkinan bakal kesemsem,” kekeh Yumi menyikut sahabatnya. Adrena menggeleng, karena pikiran Yumi sudah kemana-mana, Adrena tidak akan pernah tergoda dengan Gama, karena dihatinya masih ada Agung, ia di sini hanya numpang tinggal dan bekerja, jadi sebagai bayaran untuknya ia bisa tinggal di sini sampai kapan pun. Adrena akui, ketampanan Gama di atas rata-rata, dia pria dewasa, tinggi dan putih, bahkan mapan, namun yang menjadi pertanyaan apakah Gama akan suka pada Adrena? Tidak, ‘kan? Adrena adalah seorang wanita yang masa lalunya banyak luka. Jadi, Gama pasti tak akan mau pada Adrena. Adrena memangnya siapa? Yang ada hanya akan merepotkan Gama saja. “Kamu gak usah berpikir yang aneh-aneh. Aku dan Gama itu gak ada hubungan apa-apa, aku juga akan berusaha pindah dari sini, setelah aku dapat uang,” kata Adrena menepis perkataan Yumi yang dianggapnya aneh dan tak masuk akal. “Tapi bagus sih karena Rian gak kasih kamu uang.” “Bukan gak kasih, tapi aku yang nolak.” “Bagus kan? Kamu bisa tinggal di sini.” “Gama itu udah banyak menyelamatkan hidup aku, jadi aku pasti akan membalasnya dengan cara bekerja di rumahnya.” Adrena melanjutkan membuat Yumi mengangguk. “Eh iya. Kamu gak pulang apa? Udah dari sore loh kamu di sini, lagian dari tadi juga kamu di telepon Yoyo.” “Kamu masih marah sama Yoyo?” tanya Yumi. “Gak kok, ngapain aku marah sama Yoyo.” “Sebagai sahabatnya Agung dia malah membela Agung dengan kesalahannya itu.” “Udah gak usah dibahas. Aku udah muak loh bahas Agung terus.” “Kamu udah move on?” “Gak semudah itu kan? Apalagi banyak yang aku korbankan, tapi aku memilih untuk gak membahas Agung terus menerus.” Adrena melanjutkan. Tak lama kemudian, Gama keluar dari kamarnya dan menghampiri keduanya. Gama duduk di kursi kebesarannya, Yumi lalu memainkan rambutnya membuat Adrena tertawa kecil dan menggeleng melihat Yumi yang mencari perhatian Gama. Gama dengan senyuman tampannya itu hanya bisa melihat tingkah Yumi yang mengada-ngada. Yumi sudah menikah, namun sikapnya seperti gadis saja. “Kamu apaan sih, Yum,” bisik Adrena. “Oh iya. Ada yang mau aku omongin sama kamu, perkenalkan namaku Yumi,” kata Yumi. “Bukankah waktu itu kamu sudah memperkenalkan diri?” tanya Gama. “Oh ya? Udah ya?” Gama mengangguk. “Oh iya. Kebetulan aku juga mau mengatakan sesuatu. Tapi kamu duluan saja,” kata Gama. “Ada apa?” “Kamu duluan saja.” Gama melanjutkan. Yumi menoleh sesaat melihat Adrena yang juga tak tahu apa-apa, dan tak tahu apa yang akan dikatakan Gama kepadanya. Adrena hanya menjadi pendengar yang baik. “Baiklah. Aku dulu,” kata Yumi. “Aku berterima kasih karena kamu udah menolong Rena dari keterpurukan, kamu udah menolong Rena dari ketika dia mau mengakhiri hidup, kamu menolong dia dengan memberinya tumpangan. Maaf karena aku sebagai sahabatnya sudah menikah dan memiliki beban sendiri. Aku tak tahu ya, bagaimana membalasmu, tapi nanti aku akan berusaha mencari cara agar Rena bisa pindah dari sini.” “Kenapa kamu mengatakan itu? Kayak emak-emak aja,” geleng Adrena menyikut Yumi yang sudah mengatakan sesuatu yang tidak perlu. “Aku adalah walimu, jadi kamu jangan ikut campur,” geleng Yumi. Adrena tertawa kecil melihat sikap Yumi yang banyak sekali bicara pada Gama. “Aku punya beban juga, aku gak bisa membuat Rena tinggal di rumahku karena aku ngontrak di rumah itu pun kecil sekali dan hanya punya satu kamar, mau meminjamkan uang kepada Rena supaya bisa ngontrak pun, aku gak punya uang.” Yumi menggelengkan kepala dan menunduk sesaat. “Kamu ngomong apa sih, Yum?” geleng Adrena merasa bahwa apa yang Yumi katakan kepada Gama itu sebenarnya tidak perlu. “Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya,” jawab Yumi. “Kalian tak usah khawatir. Saya ikhlas membantu Rena. Kamu juga tak perlu merasa bersalah karena sebagai sahabat kamu tidak bisa membantu sahabatmu. Karena saya paham.” Gama melanjutkan. “Terus apa yang ingin kamu katakan?” tanya Yumi. “Saya mau mengatakan sesuatu yang lebih serius.” “Serius? Seperti?” “Sesuatu yang mungkin akan ternilai mendadak.” Gama melanjutkan. “Silahkan berbicara,” kata Yumi yang makin penasaran. “Saya memiliki keluarga yang cukup sensitif soal perjodohan,” kata Gama. “Dan, saya salah satu yang harus menerima perjodohan keluarga saya.” “Terus?” “Saya tidak mau dan menolaknya mentah-mentah. Tapi, saya tidak bisa mengabaikan semua itu. Saya katakan ke mereka kalau saya memiliki calon sendiri,” kata Gama masih harus memulainya dengan pelan-pelan. Adrena dan Yumi bertukar pandangan, mereka bingung dengan sikap dan arah pembicaraan Gama saat ini. “Terus?” tanya Yumi lagi dan masih penasaran. “Saya akan berikan semuanya kepada Rena, saya akan mencari Agung, saya akan menebus apartemennya dan saya juga akan merebut tabungannya pada Agung, juga membuat Agung menyesal telah mencampakkanmu, karena Agung bekerja satu perusahaan dengan saya.” Gama melanjutkan dan semuanya belum paham arah pembicaraannya. “Saya mau … Rena menikah dengan saya. Dan, menjadi istri saya. Jika mau mengambil semua itu.” Adrena dan Yumi membulatkan mata, mereka bertukar pandangan karena merasa aneh dengan permintaan Gama barusan. Hanya karena masalah itu, mereka harus menikah?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN