Setelah pertemuannya dengan Adrian, Adrena kembali ke apartemen Gama, di mana lagi ia akan pulang jika bukan di apartemen Gama. Ia tidak punya tujuan lain, ia hanya memiliki Gama di saat ia susah, bahkan sahabatnya sendiri tidak bisa membantunya, namun Adrena paham bahwa ia tidak bisa memaksa sahabatnya untuk membantunya karena sahabatnya sudah memiliki keluarga sendiri yang tidak boleh ia ganggu.
Ketika lift terbuka, Adrena dikejutkan dengan Yumi yang saat ini berdiri di depan apartemennya. Andaikan itu masih menjadi apartemennya, Adrena keluar dari lift dan tersenyum menatap Yumi.
Yumi menoleh melihat Adrena lalu memeluk sahabatnya itu, Yumi menangis di pelukan Adrena, sementara Adrena mengelus punggungnya agar tidak menangis lagi.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Adrena.
"Aku benar-benar sedih saat ini, kamu jangan bertanya kenapa aku menangis," geleng Yumi.
"Tapi, hanya saja kamu datang kemari dengan air mata seperti itu."
"Karena aku memikirkan kamu," jawab Yumi.
"Kenapa kamu memikirkanku? Memangnya ada yang terjadi?" tanya Adrena.
"Kamu itu selama dua hari ini nggak ada kabarnya. Siapa yang nggak akan sedih?"
"Aku baik-baik saja, Yumi."
"Tapi, bagaimana dengan apartemennya? Bukannya kata kamu bilang apartemenmu telah dijual?"
"Bukan dijual tapi disita."
"Kok bisa disita? Kita bicara di cafe bawah aja ya."
Adrena dan Yumi duduk berhadapan di cafe, Yumi masih menangis menatap Adrena, karena dia tidak menyangka terima kehilangan banyak hal selama menjalin hubungan bersama Agung.
Andaikan Yumi Berada di posisi Adrena, Yumi gak akan pernah sanggup, karena Yumi adalah wanita yang lemah, yang mudah menangis di depan seseorang, ia tidak pernah menahan diri jika ia ingin menangis, dia pasti akan menangis. Jika ia ingin marah, ia pasti akan marah, tidak seperti Adrena yang memperlihatkan betapa kuatnya dirinya meskipun telah kehilangan banyak hal selama 7 tahun.
Yumi selalu menyerahkan diri karena ialah yang memperkenalkan Adrena dengan Agung, namun Yumi tidak menyangka, Agung akan berubah seperti itu. Padahal yang Yumi tahu Agung adalah pria yang baik.
"Berhenti dong nangisnya. Kamu ini kenapa sih nangis terus dari tadi?" geleng Adrena.
"Soalnya aku tuh nggak sanggup lihat kamu."
"Kalau kamu nggak sanggup lihat aku, kenapa kamu kemari menemuiku?"
"Ya karena aku khawatir sama kamu, kan kamu bilang sendiri kalau apartemen kamu itu disita oleh Bank. Tentu saja aku akan khawatirin kamu, kamu tinggal di mana? Kamu makan apa? Kamu kan nggak punya uang."
"Ada orang baik kok yang mau memberikanku tempat tinggal."
"Tapi bagaimana ceritanya kamu masih ada di lantai itu?"
"Karena aku tinggal di situ," jawab Adrena.
"Kamu tinggal di mana? Bukannya kamu bilang apartemen kamu itu disita oleh bank?"
"Memang benar disita oleh bank, tapi aku tinggal di sebelah dari apartemenku. Aku akan berusaha membayar hutang bank agar apartemenku kembali, tapi aku harus cari cara."
"Cara kayak gimana? Kamu kan kerja, tapi kerja juga buat bayar hutang kan karena kamu banyak ambil kasbon."
"Pasti ada jalan lain aku yakin itu."
"Aku ada pegang sertifikat tanah Mama aku, kamu mau gak pake sertifikat ini dulu?"
"Buat apa aku pakai sertifikat mama kamu?" geleng Adrena.
"Ya buat kamu ambil pinjaman di Bank, lalu lunasin semua hutang-hutang kamu, ambil kembali apartemen kamu, setelah itu kamu kerja buat bayar hutang bank."
"Buat apa aku kayak gitu, yang sekarang aja aku udah pusing, mau nambah hutang lagi. Kamu kan tahu kalau meminjam bank itu pasti harus ada data-data yang pasti." Adrena menggeleng dan menyesap kopinya padahal ia baru datang kemari menemui Adrian.
"Kamu bisa pinjam kok data-data aku. Aku emang gak bisa bantu kamu meminjamkan uang, tapi aku bisa bantu kamu meminjamkan sertifikat ini, karena kamu tahu sendiri kan kehidupan keuanganku juga nggak baik, karena aku baru aja ditipu dan aku nggak bisa izinin kamu tinggal di rumah aku. Karena kamu tahu sendiri kontrakan rumah aku itu kecil banget. Kamu mau tinggal di mana coba? Kamu mau tidur dimana? Nggak mungkin kan aku suruh kamu tidur di dapur."
"Aku juga nggak pengen tinggal sama kamu, karena kamu kan udah punya keluarga juga, udah menikah juga. Harusnya Aku enggak jadi beban kamu juga."
Yumi kembali menangis mendengar perkataan Adrena. Mengapa sesulit itu menahan tangis di dalam sana?
"Aku benar-benar merasa bersalah sama kamu, karena aku yang ngenalin kamu sama Agung. Andaikan aku nggak ngenalin kamu sama Agung kamu nggak mungkin kayak gini, kamu pasti masih sama-sama keluarga kamu, kamu udah mengorbankan banyak hal untuk orang yang salah dan aku terlibat dalam hal itu, aku nggak mau kamu menjadi beban seseorang, menjadi bebanku aja lebih baik karena aku adalah sahabat kamu."
"Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, kamu sama Yoyo aja masih banyak yang harus diselesaikan. Kamu nggak usah mikirin masalah aku kayak gini dan tolong berhenti menangis, Yumi."
"Kamu tahu nggak beberapa hari ini aku nggak bisa tidur mikirin kamu, karena kamu itu udah aku anggap seperti keluargaku sendiri, aku nggak bisa pura-pura mengabaikan kamu seperti ini, jadi tolong pakai saja sertifikat ini untuk membayar hutang-hutang kamu, lalu sisihkan untuk modal usaha, kamu harus sukses tunjukkan kepada Agung, bahwa kamu itu nggak apa-apa ditinggalin sama dia, kamu harus buat Agung menyesal telah meninggalkan kamu." Yumi bertekad.
"Yumi, aku baik-baik saja hingga saat ini, aku tidak butuh sertifikat ini, aku bisa kerja kembali kok, aku hanya harus kerja 2 bulan setelah itu aku bisa bayar hutang, setelah itu lagi aku bisa menerima gajiku full."
"Semua ini karena kebodohanku, 'kan?"
"Bukan kebodohan kamu, Yumi, tapi kebodohan aku."
"Aku janji sama kamu kalau aku menemukan Agung nanti, aku pasti akan bahwa dia ke kamu dan aku pasti akan laporin dia ke polisi karena telah menipu kamu."
"Kamu nggak usah melakukan hal itu karena ini adalah salahku. Aku yang percaya kepadanya sejak dulu kan, kamu udah wanti-wanti juga jangan terlalu berkorban banyak untuk Agung, karena nggak ada yang tahu sikapnya bisa berubah, tapi aku tetap percaya kepadanya, jadi itu semua salah aku, kamu nggak usah melaporkan Agung ke polisi, karena itu akan sia-sia, kita nggak punya bukti apa-apa dan semua orang pasti akan percaya kepada Agung. Karena Agung memiliki jabatan yang pasti dipercayai orang sementara aku bukan siapa-siapa."
"Padahal kamu orang kaya, padahal kamu Memiliki segalanya. Apapun yang kamu inginkan selalu kamu dapatkan dengan mudah, tapi karena jatuh cinta dengan pria yang salah membuat kamu seperti ini, tidak lagi di akui oleh keluarga, dibuang oleh keluarga, semua ini benar-benar menyakiti hati aku juga, karena aku adalah saksi hidup di mana kamu dan Agung menjalani hubungan ini."
"Udah kita nggak usah ngomongin masalah Agung dulu, kamu mau tahu kan aku tinggal di mana?"
"Emangnya kamu tinggal dimana? Maksudnya tinggal di sebelah apartemen itu apa?"
"Ya aku tinggal di sebelah apartemen sama seorang pria."
"Apa? Kamu baru putus sama Agung tapi udah punya pria baru?"
"Kamu jangan salah paham dong. Dia hanya menolongku, aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia, dia yang menyelamatkanku, dia—"
"Oh iya iya, aku tahu dia pria itu kan yang pernah kamu tidur di rumahnya?"
"Iya dia pria itu, aku percaya kepadanya karena dia adalah pria yang baik dia nggak mungkin melukaiku."
"Iya dia emang kelihatan orang baik sih tapi kamu masih mau percaya pada seseorang setelah kamu dikhianati sama pacar kamu sendiri?"
"Terus aku harus percaya kepada siapa? Terus aku harus tinggal di mana?"
Yumi terdiam karena yang dikatakan Adrena memang benar. Hanya pria itu yang bisa di percayai saat ini.
"Aku tadi bertemu dengan Adrian." Adren menunduk.
"Dimana?"