Bab 11. Di Balik Sikap Dinginnya 4

1524 Kata
# Ethan terbaring di ranjang rumah sakit dengan kepala dan pergelangan kaki yang masih diperban saat Bik Ida kemudian mengantar Prisha dan Noah masuk ke dalam ruangan di mata Ethan dirawat. Terlihat jelas wajah Ethan yang tampak senang ketika mendapati Noah yang datang bersama Prisha dalam keadaan baik-baik saja. Dia langsung duduk di tempat tidurnya dan dengan tangannya, Ethan memberi isyarat agar Noah mendekat karena tangannya masih dipasangi infus sehingga itu membuat gerakan Ethan jadi terhambat. "Syukurlah kau tidak apa-apa Noah," ucap Ethan yang tampak begitu khawatir dengan kondisi Noah padahal yang sebenarnya terjadi adalah kondisinya sendiri malah jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan Noah yang dalam keadaan sehat walafiat dan tidak kurang suatu apa pun. Di sisi lain Noah menatap ayahnya dengan tatapan yang menunjukkan rasa khawatir yang nyata meskipun mulutnya masih terkatup rapat. Anak itu kemudian menyentuh rahang Ethan dan tampak menggigit bibirnya sendiri. Dia terlihat sendu. "Pasti karena Mama," ucap Noah dengan nada suara yang terdengar bergetar. Ethan kemudian menangkup wajah Noah dengan Kedua telapak tangannya dan menatap Noah lekat-lekat. "Noah," bisik Ethan, "ini cuma kecelakaan kecil karena Papa dan sopir kita kurang berhati-hati di jalan. Dalam beberapa hari ke depan, Papa akan segera pulih dan kau akan melihat kalau tidak ada bekas luka yang akan tertinggal," ujar Ethan berusaha meyakinkan Noah agar putranya tersebut tidak menyimpan rasa khawatir. Entah bagaimana caranya Noah bisa menebak keterlibatan Lingga dan keluarganya. Namun meski itu benar, Ethan tidak ingin Noah yang menanggung rasa bersalah untuk apa yang dilakukan Lingga. Noah masih terlalu kecil untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan dunia orang dewasa. Yang paling di inginkan Ethan sebenarnya hanyalah agar Noah menjalani dan menikmati hidupnya layaknya anak-anak pada umumnya. Noah mengangguk pelan seakan dia memahami maksud dan tujuan dari kata-kata ayahnya barusan. Meski begitu, wajahnya masih terlihat muram dan sorot matanya tampak sedikit menggelap saat tangannya beralih menatap luka di sikut Ethan serta pergelangan kaki intan yang masih diperban. Dari sisi yang berbeda, Prisa memperhatikan semua itu dan meski dia merasa kalau Noah tampak seperti anak yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan anak-anak normal seusianya, baik itu ekspresi, caranya berbicara, maupun caranya menanggapi kecelakaan ayahnya saat ini yang jauh lebih tenang dibandingkan yang mungkin diberikan oleh anak-anak normal lainnya, namun Prisha mengambil kesimpulan kalau itu semua karena Noah adalah anak yang sangat peka, sama seperti Bima dulu. Bedanya Noah mungkin adalah anak yang jauh lebih normal sedangkan Bima terlahir sebagai anak dengan kebutuhan khusus, meski itu tidak terlihat secara jelas pada fisik Bima dulu. "Bu Prisha Awahita," panggil Ethan dengan menyebut nama lengkap Prisha. Panggilan itu membuat Prisha tersadar dari lamunannya saat mendengar nama lengkapnya dipanggil oleh Ethan. "Terima kasih karena Bu Prisha mau menemani anak saya dan mengantarkan anak saya ke Rumah Sakit ini. Sejujurnya, saya tidak bisa mempercayai orang lain selain Anda," ucap Ethan. Dia bisa berbicara seperti itu karena sebelumnya dia sudah mencari tahu dan menyelidiki tentang latar belakang Prisha yang sesungguhnya. "Tidak masalah. Itu adalah salah satu kewajiban saya sebagai guru Noah di sekolah. Setidaknya saya berkewajiban memastikan Noah kembali ke orang tuanya dalam keadaan selamat," balas Prisha. Ethan mengangguk paham. Dia kemudian beralih ke arah Bik Ida. "Bik, tolong bawa Noah sejenak ke depan. Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Bu Guru Prisha saat ini," perintah Ethan pada Bik Ida. Prisa mengerutkan dahinya bingung mendengar perintah Ethan. Dia tidak merasa ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Ethan. Selain itu, tugas Prisha hanyalah mengantarkan Noah ke Rumah Sakit dengan selamat sesuai permintaan Bu Kepala kepadanya dan itu sudah dia selesaikan dengan baik. Meski begitu, Prisha hanya diam saja ketika melihat Bik Ida dan Noah keluar dari kamar tersebut. Sebelum keluar, Bik Ida menyentuh pelan punggung tangan Prisha seakan ingin memberitahu bahwa Ethan adalah orang yang bisa dipercaya dan Prisha tidak perlu merasa khawatir. Gerakan tubuh Bik Ida dan Prisha tersebut sempat diperhatikan oleh Ethan. "Kau mengenal pengasuh anakku?" Tanya Ethan akhirnya setelah Bik Ida dan Noah berada di luar kamar. Prisha mengangkat wajahnya dan menatap datar ke arah Ethan. "Apa karena hal itu Anda ingin berbicara dengan saya secara pribadi?" Prisha balik bertanya. Ethan menggeleng pelan. "Tidak. Tentu saja bukan. Lupakan saja. Tidak masalah meskipun kau mengenal Bik Ida karena itu justru jauh lebih baik," jawab Ethan. Prisha kembali mengurutkan dahinya bingung. Namun etan malah menarik nafas panjang. "Putraku Noah, tidak pernah bisa dekat dengan orang lain. Bahkan Bik Ida yang sudah mengurusnya sejak usianya masih sekitar dua tahun, tidak pernah bisa benar-benar dekat Noah. Hanya saja, Noah bisa sedikit lebih tenang bersama dengan Bik Ida karena dia tidak bersikap terlalu tantrum dan sedikit menurut dibandingkan ketika dirinya di asuh orang lain. Bik Ida sempat berhenti bekerja sebagai pengasuh karena masalah pribadinya dan saat itu, tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa diterima oleh Noah. Aku mengganti pengasuhnya setiap tiga hari dan yang terlama adalah seminggu. Tidak ada yang bisa benar-benar mendapatkan kepercayaan Noah untuk berada di sisinya," ucap Ethan menjelaskan. “Tapi bukankah sekarang Bik Ida sudah kembali? Noah juga tidak terlihat bermasalah saat di ajak keluar oleh Bik Ida tadi,” balas Prisha. Ethan menarik napas untuk ke sekian kalinya. “Apa kau akan percaya kalau aku bilang itu karena ada dirimu di sini? Ada masa di mana bahkan Bik Ida sekalipun tidak mampu menangani Noah. Ada masa-masa tertentu Noah akan merasa panik dan berontak tanpa bisa ditenangkan siapa pun kecuali olehku sendiri. Dan sekarang, selain aku, sepertinya dirimu adalah salah satu orang yang diterima Noah dengan utuh dan dia tampak tenang serta bersikap normal ketika kau berada di sekitarnya.” Ethan menjelaskan. Ethan lalu mencoba menatap Prisha, namun wanita di depannya itu hanya memiliki tatapan datar yang tidak mampu terbaca olehnya. "Kau adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Noah bersikap selayaknya anak-anak pada umumnya. Dia tidak tantrum di depanmu dan dia bahkan mendekatimu dengan gencar. Di mana ada dirimu, Noah sepertinya bisa berbaur lebih baik dengan orang lain dan itu membuatku heran," lanjut Ethan. Dia sama sekali tidak mengungkapkan kalau dirinya pernah melakukan penyelidikan latar belakang pada Prisha. "Jadi apa yang Anda inginkan?" tanya Prisha langsung pada inti pembicaraan mereka. "Aku belum menyelesaikan ceritaku," jawab Ethan tidak terima. Dia merasa sedikit heran karena Prisha sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan cerita yang akan dia sampaikan. Tidak seperti orang lain yang biasanya selalu penasaran dengan apa pun yang berkaitan dengan keluarga Atmadikara. "Sejujurnya saya sudah bisa menangkap maksud dari cerita Anda. Yang pertama adalah, Noah merupakan anak istimewa yang tidak nyaman dengan banyak orang serta tidak menyukai orang lain, namun itu berbeda terhadap saya. Intinya Noah cocok dengan saya. Yang kedua, Anda ingin agar saya melakukan sesuatu demi Noah dan Anda pasti akan membayar saya lebih dari gaji yang saya dapatkan sekarang, hanya saja saya tidak tahu apa itu," tebak Prisha. Ethan tersenyum tipis, tidak menyangka kalau guru TK di depannya memiliki daya nalar yang tinggi. Rupanya benar kalau Prisha memang cerdas, buktinya dia seakan bisa membaca pikiran Ethan dengan mudah. Hal seperti itu tidak mudah ditemukan dalam diri seorang wanita sederhana seperti Prisha. "Kau benar, aku memang ingin meminta bantuanmu dan aku akan membayar lebih banyak dibandingkan gaji yang bisa kau dapatkan setiap bulannya dari sekolah tersebut. Aku ingin kau menemani Noah dan menjaganya di rumah selama aku berada di luar negeri. Kau tidak perlu khawatir karena ada Bik Ida yang akan melakukan serta menyiapkan semua kebutuhan Noah secara pribadi. Selain itu, ada banyak pelayan lain di rumahku dan juga ada sopir yang siap mengantar jemput dirimu ke mana pun dirimu ingin pergi. Tugasmu hanya bersama Noah, menemaninya dan menolongnya untuk memperbaiki sikapnya agar dia bisa lebih bersosialisasi. Aku berpikir kalau dia bisa melakukan hal itu dengan adanya dirimu di sisinya," ucap Ethan akhirnya. Prisha menarik nafas panjang. "Apa saya bisa memikirkannya terlebih dahulu?" tanya Prisha. Ethan menatap Prisha dengan tatapan dingin. "Berjanjilah untuk memikirkannya dengan benar. Pikirkan bagaimana caranya agar tawaranku ini bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan untukmu juga bukannya memikirkan bagaimana caranya agar kau bisa menolak tawaranku tanpa merugikan Noah, karena aku tidak akan bisa menerimanya," ujar Ethan tajam. Prisha akhirnya balas menatap Ethan. Dia mengenal sikap seperti ini. Sikap Arogan yang sedikit mirip dengan Banyu, mantan suaminya dulu. Sikap dari orang-orang yang tidak bisa menerima penolakan. Sikap arogan ini sering kali membuat orang seperti Prisha merasa tidak nyaman atau terpinggirkan. Jadi untuk pertama kalinya Prisha menatap Ethan dengan tatapan yang sama tajamnya. "Saya tidak paham kenapa Anda memilih saya, tetapi setidaknya kalau Anda memberi saya kesempatan untuk memikirkan tawaran Anda, artinya Anda juga memberi saya kesempatan untuk menolak maupun menerima tawaran Anda. Untuk sekarang saya sangat berterima kasih atas tawaran yang Anda berikan kepada saya tapi kembali lagi, saya memiliki hak penuh untuk pilihan saya. Seharusnya saya bisa menerima atau menolak tawaran Anda selama itu tidak merugikan siapa-siapa," balas Prisha tajam. Saat itu Ethan akhirnya mengerti kalau di balik sikap Prisha yang dingin dan datar selama ini, tersimpan satu sosok yang tidak ingin ditekan dan menolak di intimidasi oleh siapa pun. Sosok yang selalu waspada pada setiap kesempatan yang datang kepadanya meski itu mungkin kesempatan yang baik untuk Prisha sendiri. Ini membuat Ethan tersenyum karena akhirnya dia menemukan sosok yang cocok untuk menjadi pelindung putranya di saat dia tidak berada di sisi Noah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN