05. Osean's Girl?

2117 Kata
Chapter 5 Seharian ini suara dari Sky nyaris tak terdengar. Ia hanya bicara ketika dibutuhkan atau ketika ia perlu bicara saja. Kejadian kemarin berefek cukup besar bagi Sky. Sejujurnya Sky juga bukan manusia yang suci. Ia tentu pernah melakukan hal-hal intim dengan mantan kekasihnya. Tapi jelas tak seperti apa yang kemarin Osean lakukan padanya. Bohong sekali jika Sky bilang ia tak trauma. Saat tadi pagi bertemu dengan Osean, ada rasa gugup di dalam d**a Sky. Ia tak berani melihat Osean tepat di manik mata. Osean terlihat semakin menakutkan sekarang. Osean selalu menakutkan. Tapi kali ini ia berkali-kali lipat lebih menakutkan. “Bukankah itu temanmu?” “Hah?” Sky sontak mengangkat wajah. Ia sedang makan siang dengan Osean di sebuah restoran dan kini ada Scarlet yang tengah melangkah ke arah meja Sky dan Osean. Entah kenapa Sky merasa sedikit khawatir pada teman baiknya itu. Osean tak akan melakukan sesuatu pada Scarlet kan? “Hai Sky..” “Oh hai, Scarlet..” Sky terlihat agak kikuk menjawab sapaan Scarlet. Sky bangkit, memandangi Scarlet sebentar sebelum pandangannya beralih pada Osean. “Oh iya, kenalkan ini Tuan Osean, Bosku. Tuan Osean, ini Scarlet, temanku. Kau sudah bertemu dengannya kemarin.” Apakah benar mengenalkan Scarlet pada Osean dan sebaliknya? Entahlah. “Ya,” jawab Osean sangat datar dan nyaris tak terdengar. Pria itu sudah kembali focus pada ponselnya. Padahal tadi ia tak memainkan benda pipih itu. “Apa yang kau lakukan di sini? Kau sendiri?” Scarlet tersenyum. “Iya. Sky, bisa aku bicara denganmu sebentar?” “Sekarang?” Scarlet mengangguk. Sky ingin, tapi jujur, ia masih takut pada Osean. Sky tak yakin apa Osean akan mengizinkannya. Sky menelan ludah. “Apa tidak bisa lewat telfon?” Scarlet melirik Osean. Mungkin karena sudah berteman cukup lama dengan Sky, Scarlet seolah bisa mengerti kegelisahan yang Sky rasakan. “Pergilah. Aku akan tunggu di sini,” ucap Osean tiba-tiba. Sky sontak menoleh pada Bos dan juga ‘calon suaminya’ itu. Apa Sky tak salah dengar? Osean memberinya waktu untuk bicara dengan Scarlet? “Kenapa? Kalau Nona Scarlet ingin bicara di sini tak masalah.” “Tidak. Aku dan Scarlet akan bicara di meja lain. Hm, 15 menit, tidak 10 menit.” Sky langsung memboyong Scarlet pergi sebelum Osean berubah pikiran. “Ya Tuhan.” “Sky, apa kau baik-baik saja?” Sky menoleh. “Ya, aku baik-baik saja. Kau ingin membicarakan apa?” “Aku khawatir padamu. Kemarin kau terlihat tidak baik-baik saja dengan Tuan Osean. Dia terlihat sangat marah padamu. Lalu ponselmu tak aktif tadi malam. Marco tidak tenang karena takut kau kenapa-kenapa setelah bertemu kami. Marco pikir kau dan Tuan Osean ada hubungan, jadi dia khawatir kalau Tuan Osean berpikir kau dan Marco ada hubungan.” “Astaga..” Sky memijit keningnya. “Aku baik-baik saja. Ya, hmm, kemarin memang sedikit kacau tapi tenang saja. Aku baik dan Osean—maksudku Tuan Osean tidak marah. Dia memang punya temperamen yang seperti itu. Salahku juga karena pergi tanpa pamit padanya. Ada pekerjaan yang harus aku selesai, jadi dia kesal karena aku menghilang.” Sky menunjukkan deretan gigi putih dan rapi miliknya untuk meyakinkan Scarlet kalau dia memang baik-baik saja. scarlet tak perlu tahu apa yang Sky alami tadi malam. Sky tak mau membuat sang teman khawatir dan merasa bersalah. “Kau yakin Sky? Tapi kemarin dia terlihat benar-benar marah. Aku tak terlalu mengenalnya. Aku hanya pernah melihatnya di majalah dan televisi. Sekilas dilihat saja sudah tampak sangat dingin. Kemarin aku seperti bisa merasakan kalau amarahnya sangat menakutkan. Apa kau benar baik-baik saja?” Sky mengangguk. Ya, Sky berbohong. Sky juga baru pertama kalinya melihat Osean semarah itu. “Aku baik, Scar. Kau tak perlu khawatir..” Sky akhirnya tertawa. “Lihat, tidak ada yang kurang..” Scarlet menatap Sky dengan seksama. Tatapannya terlihat sedikit aneh. “Ya, tak ada, tapi itu..” gadis itu menunjuk dengan dagunya. “Apa?” “Itu, kissmark, kalau aku tidak salah lihat.” Bola mata Sky membesar. Ia bergegas menutupi apa yang ditunjuk oleh Scarlet. Sky salah tingkah seperti anak perawan yang baru ketahuan telah melakukan romansa dengan sang kekasih. “I-ini tidak seperti yang kau bayangkan.” Scarlet tersenyum. “Hubungan kalian bukan sekedar Bos dan bawahan kan? Kau dan Tuan Osean pasti punya hubungan lebih dari itu.” “Tidak, bukan begitu,” jawab Sky tegas. “Kami benar-benar hanya—” “Sky, aku ini temanmu. Untuk apa menutupinya dariku? Kalaupun kalian ada hubungan lebih pun apa salahnya. Aku dengar dia belum menikah. Maksudku belum menikah lagi setelah kepergian sang istri.” Sky memutar bola matanya. “Kau masih suka bergosip.” “Hey, siapa yang tak suka?” Scarlet tertawa. “Kalau kau suka bergosip, harusnya kau tau kalau Tuan Osean punya kekasih. Kau pasti pernah melihat media mempublish foto dia dan kekasihnya.” “Hmm ya, mungkin, tapi aku merasa perlakuan Tuan Osean padamu sedikit berbeda.” “Ya Tuhan Scar, kau baru bertemu dia dua kali. Kau tau dari mana dia memperlakukanku dengan berbeda?” “Feeling?” Sky geleng-geleng. “Tidak ada. Feeling mu sangat salah. Aku dan Tuan Osean tidak ada hubungan seperti yang kau duga. Kami hanya sebatas atasan dan bawahan.” Kecuali anak-anak Osean. Ya, Sky punya tanggung jawab mengurus si kembar. Tapi Scarlet tak perlu tahu soal ini. Kalaupun memang nanti Sky menikah dengan Osean, saat itulah Sky akan memberitahu Scarlet. Sekarang masih terlalu cepat. Lagipula Osean punya kekasih dan dia sama sekali tak menyembunyikan tentang kekasihnya. Osean selalu memamerkan kekasihnya itu pada semua orang. Apa kata Scarlet nanti walaupun Scarlet bukan orang yang suka menuduh orang sembarangan. “Lalu apa kau punya kekasih sekarang, Sky? Jika memang kau tak ada hubungan apapun dengan Tuan Osean, aku yakin kau punya kekasih.” Sky menggeleng. “See. Kau dan Tuan Osean—” “Tidak, bukan begitu. Astaga Scar, satu restoran bisa mendengar suaramu. Aku serius, aku dan Tuan Osean tak punya hubungan apapun. Aku tak punya kekasih bukan berarti aku dan Tuan Osean ada hubungan special. Aku sedang sangat focus pada karir dan masa depanku. Kau tau bagaimana aku hidup dan bagaimana aku berjuang kan? Saat ini karir ku cukup bagus dan aku merasa tidak terlalu butuh kekasih. Katakan saja aku sedang tidak memikirkan tentang hubungan percintaan.” “Sungguh karena karir?” “Ya.” Scarlet manggut-manggut. “Baiklah. Apapun itu, aku mendukungmu dan akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” “Terima kasih. Aku juga selalu berdoa untukmu. Lalu kau dan Marco bagaimana?” Obrolan keduanya mengalir begitu saja. kemarin Sky tak bisa bertanya beberapa hal sensitive karena ada Marco. Tapi kini Sky bisa menanyakannya. “Astaga, maafkan aku Sky. Terlalu asyik mengobrol denganmu aku sampai lupa waktu.” Scarlet menoleh pada Osean. Sky melakukan hal yang sama. Osean masih di sana, masih sibuk dengan ponselnya. Ia sama sekali tak menoleh pada Sky dan Scarlet seolah memang tak merasa kesal ditinggal cukup lama. “Pokoknya aku selalu berdoa untukmu Sky. Dan semoga kau segera menemukan pria yang tepat.” “Terima kasih. Aku doakan hubungannya dan Marco selalu bahagia dan kalian segera menikah.” Sky dan Scarlet kembali ke meja Osean. Scarlet kemudian pamit. “Biarkan supirku mengantarmu, Nona Scarlet..” “Oh tidak perlu, Tuan Osean, terima kasih. Aku masih ada urusan di dekat sini. Tidak jauh.” “Oh baiklah. Maaf karena kami tidak bisa menjamumu karena waktu yang kurang tepat. Lain kali kami pasti akan menjamumu kalau kami ke New Jersey lagi.” Scarlet sedikit terkejut dengan perkataan Osean. Meski wajahnya nyaris tanpa ekspresi, tapi suaranya terdengar cukup ramah. Sky pun langsung menoleh karena tak menyangka Osean akan mengatakan hal itu pada temannya. Scarlet tersenyum. Ia kemudian berlalu, menyisakan Sky dan Osean saja di meja itu. “Maaf terlalu lama.” Osean menatap gadis di depannya itu. Ia kemudian bangkit. “Masih ada yang ingin kau lakukan?” “Hah? Oh, tidak.” Osean meninggalkan meja. Sky meraih tas dan ponselnya kemudian menyusul sang Bos. Keduanya kembali ke hotel saat jam sudah menunjuk di angka 10 malam karena kegiatan tadi cukup padat. Hari ini tak ada bedanya dengan kemarin. “Kau tidur di kamarku malam ini.” “Hah?” bola mata Sky membulat sempurna. “K-kau bilang apa barusan?” “Kurang jelas?” “Tidak maksudku, tapi—” Osean sudah masuk ke dalam kamar. Sky masih mematung di depan pintu. “Sky!!” “Astaga..” Sky ingin menangis. Ia segera menyusul masuk ke dalam kamar. Pagi datang menyapa. Sky terbangun dengan kondisi setengah dipeluk. Ada lengan kekar tanpa pelindung menimpa badannya. Sky mengernyit, menyesuaikan penglihatan dengan cahaya yang ada. Memang sudah pagi. Ia menoleh ke arah lengan kekar di pinggangnya. Lalu Sky menoleh ke belakangnya. Di sana Osean tampak masih tidur dengan pulas. Hembusan napasnya terdengar teratur. Ia juga terlihat sangat nyaman dengan posisinya saat ini. Sky mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Tidak ada. Ya, tidak ada. Osean menyuruhnya masuk ke dalam kamar dan tidur di kasur yang sama dengannya. Hanya itu saja. Mereka tak melakukan apapun, atau lebih tepatnya tak ada yang Osean lakukan padanya. Selesai mandi mereka langsung tidur. Dan jika pagi ini Osean kedapatan memeluk Sky itu bukan hal yang aneh. Katakan saja Osean menganggap Sky bantal. Sky terpesona. Osean memang sangat tampan. Benar-benar tampan. Rambut lebat dengan jambang dan kumis tipisnya. Tubuhnya terawat dengan sangat baik. Jangan salahkan Sky karena melihat tubuh Osean. Pria itu tidur tanpa baju. Lalu Sky bisa apa jika pemandangan nikmat itu terpampang nyata di depannya saat ini. Sky berusaha mengangkat lengan Osean dari atas badannya. Tapi Sky gagal karena Osean terbangun. “Kau sedang apa?” tanya pria itu dengan suara serak nan seksi. “Tidak ada. Aku-aku mau ke kamar mandi.” Osean mengangkat tangannya. Sky segera turun dan hilang ke kamar mandi. Saat Sky kembali, Osean terlihat masih tidur. Harusnya hari ini mereka kembali. Sky ingat kalau Osean ada janji dengan si kembar besok. Jadi mereka sudah harus kembali hari ini. “Osean..” “Hm..” “Apa kita kembali hari ini?” Osean membuka matanya. “Aku tidak bermaksud lancang, tapi, hmm, Ravi dan Savy—kau sudah ada janji dengan mereka besok. Kau akan mengajak mereka mengunjungi sepupu mereka, kan?” “Ah iya..” Osean menghela napas panjang. Sky hendak mendengus kesal. Osean lupa lagi pada janjinya. Ia terlalu sering lupa pada janjinya hingga membuat Sky repot. Sebab jika si kembar merajuk, sudah pasti Sky yang akan kena imbasnya. “Apa aku belum bilang kalau acaranya diundur?” “Hah?” Sky melongo seperti orang bodoh. “Harusnya memang besok, tapi karena ada suatu hal acaranya diundur jadi minggu depan.” “Jadi?” tanya Sky masih dengan tampang bodoh. Osean menoleh. “Kita tidak harus kembali hari ini. Apa aku perlu menjelaskannya secara detail padamu setiap saat, Sky? Tak bisakah kau menarik kesimpulan sendiri?” Osean mendengus kesal. Bukan itu masalahnya. Apa itu artinya mereka masih akan di New Jersey? Lalu bagaimana dengan pekerjaannya? “Osean.. pekerjaanku.” Sky berujar dengan lirih. “Bukan urusanku.” “Astaga. Kau tidak bisa begini. Kita sudah ada perjanjian. Kau—” “Sky,” potong Osean. “Ini masih pagi. Tak bisakah satu hari saja kau tidak mengajakku berdebat. Kepalaku sakit mendengar celoteh protesmu.” Sky ingin marah. Memang siapa yang membuat semuanya menjadi rumit? Tak ada yang bisa Sky lakukan. Ia hanya bisa menahan amarahnya di dalam d**a sembari mengepal tangan dengan erat. “Sky..” “Apa?!” jawab Sky denga nagak ketus. Osean terdiam sebentar. Nyali Sky menciut lagi. Osean marah dan Osean diam sama saja menyeramkannya. Tidak ada yang lebih baik. Memang yang terbaik itu Sky tak terlibat dengan Osean. Tapi bagaimana cara meng-undo semua ini? “Ke sini lah.” Sky tak bergerak. Deheman Osean akhirnya menjadi remot otomatis yang menggerakkan kaki Sky untuk menghampiri Osean di kasur. “A-ada apa?” “Lebih dekat.” “Kau..kau tidak akan melakukan apap—AGHHH!!” kalimat itu tak sampai ke ujungnya karena Osean sudah lebih dulu menarik tangan Sky membuat gadis itu sedikit terhempas ke kasur. Osean sudah menindihnya sebelum Sky sempat berpikir. “Osean! Kau mau apa?!” Sky menahan Osean dengan satu tangan. Tapi dengan mudahnya tangan itu ditahan Osean di atas kepala Sky bersamaan dengan tangan lainnya. “Osean..” “Aku sedang sangat ingin. Kalau aku tidak bisa menahan diri berarti anggap saja ini hari sialmu.” Tanpa babibu Osean melumat habis bibir Sky. Mengurung Sky tanpa bisa bergerak. Awalnya Sky merasa sangat terpaksa atas ciuman semena-mena itu. Tapi ciuman Osean tak menyiratkan k*******n seperti malam sebelumnya. Perlahan Sky melemah. Perlahan, tanpa bisa mengendalikan diri, Sky ikut terhanyut dalam ciuman manis dan panas itu. “Eunghhh.. Oseannhhh..” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN