04. Osean's Anger

2143 Kata
Chapter 4 WARNING!! Tiba-tiba ke New Jersey? Oh jangan kaget. Ini bukan pertama kalinya Sky dibuat shock oleh Osean. Sudah Sky katakan kalau hidupnya 100 persen milik Osean Micello Sané. Jadi jangan heran juga kalau Sky bilang pasportnya ada pada Osean. Sky tak boleh ke mana-mana tanpa izin pria itu. Sky benar-benar sudah tak punya kuasa lagi atas hidupnya dan dirinya sendiri. Sky menyeret langkahnya. Sejujurnya kakinya mulai lelah dan sakit karena sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Mengikuti Osean sejak tadi benar-benar menyiksa badan Sky. Masalahnya sejak kemarin, badan Sky sudah terasa remuk. Ditarik paksa ke acara pentas seni si kembar, saat kembali ke kantor ia juga disiksa oleh atasannya yang pemarah. Belum sempat istirahat saat malam hari, anak buah Osean sudah datang menjemputnya dan ia diseret ke pesta yang entah pesta apa dan milik siapa. Kini ia sudah di New Jersey, tanpa sempat istirahat. Apa masuk penjara saja? Mungkin itu lebih baik. Sky sudah berkali-kali mempertimbangkan keputusan itu selama 6 bulan ini. Tapi ternyata nyalinya tak sebesar itu. Sky pernah mendengar cerita tentang kehidupan di penjara amat sangat menyeramkan. Terlebih lagi kalau Sky memang s**l, bertemu dengan narapidana yang jahat dan usil. Sky menggeleng kuat. Sepertinya memang lebih baik bertahan saja di samping Osean. Ya, meski lelah jiwa dan juga raga. Setidaknya Sky masih bisa tidur dengan nyaman dan makan dengan lahap. Ia hanya harus banyak-banyak menyetok kesabaran. Pertemuan selesai. Sky bernapas lega ketika orang-orang mulai bubar. “Terima kasih.” Osean berjabat tangan dengan pria tua yang merupakan kliennya itu. hanya ada beberapa orang di sana. “Ini—” “Kiana Morest,” Osean mengenalkan. Sky memberi hormat pada si pria tua. “Bukan kekasihmu, kan?” tanya si pria tua. Ia memang cukup akrab dan dekat dengan Osean hingga keduanya bisa bercanda dan bicara lebih santai. “Tentu bukan,” jawab Osean. “Asistenku.” Osean menoleh pada Sky dengan tatapan aneh. Sky tak mau ambil pusing karena kepalanya sudah pusing. “Senang berkenalan denganmu, Nona Morest.” Sky mengangguk. Mereka kemudian berpisah. Sky menghela napas di sela langkahnya di belakang Osean. Ia tersentak kaget karena tiba-tiba menabrak orang di depannya. “Kau kenapa?” tanya Osean dingin. “Apa?” tanya Sky balik. “Sudah berkali-kali aku mendengarmu menghela napas.” Sky menelan ludah. “Tidak apa-apa. Aku hanya lelah saja.” lebih baik jujur. Lagipula Sky tak bisa memikirkan alasan apapun karena dia memang lelah sekali sekarang. Tanpa kata Osean melanjutkan langkahnya. Sky pun mengikuti sembari menahan hasrat untuk menghela napas. Jangan sampai ia dilempar Osean ke luar gedung pencakar langit ini. Osean tengah menelfon sementara Sky merapikan pakaian pria itu. Sudah dua kali Sky menyentuh barang pribadi pria itu. Ada apa dengan Osean? Apakah ia sudah mulai melunak pada Sky? Mungkin ia sudah mulai luluh? “Kau sudah di New Jersey? Baiklah bertemu satu jam lagi.” Entah siapa yang Osean ajak bicara di seberang sana. Tak lama Osean selesai. “Sudah. Kau boleh keluar.” Sky diusir. Sky bangkit. Sebelum pergi ia sempatkan bertanya. “Kapan kita pulang?” Osean menatap Sky tajam. Tadi Osean tampak senang, kenapa kini dia tiba-tiba jadi badmood? “Keluar!” Sky diusir. Sky menatap pintu di depannya dengan hembusan napas kasar. AGHH SKY KESAL! Kapan kesemena-meaan Osean akan hilang dari muka bumi? Bisakah satu hari saja Osean tidak menyebalkan? Tapi tunggu! Sky terdiam lagi. Dia harus ke mana sekarang? Tadi Sky mandi di kamar yang sama dengan Osean. Sekarang Sky harus ke mana? Belum sempat Sky berpikir pintu kembali terbuka. Osean muncul di sana. “Ini.” ia mengulurkan sesuatu pada Sky. “Apa?” “Ambil saja!” ujar Osean tak sabaran. Sky bergegas menghampiri, mengambil apa yang Osean ulurkan padanya. Kartu. “Kau ambil kamar satu lagi.” “Oh, terima kasih.” Pintu kembali tertutup. Sky kendikan bahu kemudian melanjutkan langkahnya. Setidaknya ada kartu milik Osean. Sembari menunggu booking kamar selesai, Sky mengedarkan pandangan ke segala penjuru hotel. Sky baru ingat kalau ia punya teman di sini. Memang sudah cukup lama Sky tak menghubungi temannya itu. Sky memencet layar ponsel kemudian menekan perintah panggil. Ia menempelkan ponselnya ke telinga menunggu sahutan di seberang. Beberapa orang asing berwajah Asia memasuki lobi hotel. Sky tak terlalu peduli. “Halo..” panggilan Sky dijawab. “Halo, Scarlet. Ini aku, Sky.” “Sky? Oh hai..” “Astaga. Aku pikir nomormu sudah tidak aktif. Kau apa kabar?” “Aku baik. Kau apa kabar Sky? Tunggu, kau menelfon dengan nomor +1. Kau di mana?” “Aku sedang di New Jersey.” “Astaga, benarkah? Ayo bertemu.” “Iya. Ayo bertemu. Kau di mana? Apa kau masih di tempat lama?” “Tidak. Aku sudah pindah ke rumah baru dengan kekasihku. Aku akan kirim alamat. Atau kita bertemu di luar saja? kau menginap di mana?” Sky menyebut tempatnya menginap. “Astaga itu jauh dari rumahku. Lebih baik kita bertemu di luar saja.” “Baiklah. Bertemu satu jam lagi ya.” “Ini kunci kamar anda, Nona.” “Terima kasih.” Sky segera menuju ke kamarnya. Ia saling berbaring begitu sampai di kamar. Lokasinya agak jauh dari kamar Osean. Sky cukup tahu diri untuk tak mengambil kamar setara kamar Osean. Ini saja sudah mahal menurut Sky. “Astaga, badanku remuk.” Sky mendesah lelah. Ia kemudian memutuskan untuk memejamkan mata sebentar. Sky memasang alarm. Ia akan tidur selama 30 menit agar nanti kembali segar saat bertemu Scrlet. … Scarlet tampak sangat terkejut saat bertemu Sky. Ia langsung memeluk Sky dengan wajah ceria dan juga haru. Sudah hampir 5 tahun mereka tak bertemu dan sudah 3 tahun lebih juga tidak berkomunikasi, sibuk dengan urusan masing-masing. “Ini kekasihku, Marco.” “Sky.” Gadis itu mengulurkan tangan dan Marco menyambutnya. “Marco. Hai Sky.” Sky tersenyum. Ketiganya duduk kursi bagian luar kafe. Udara sore ini bagus dan Sky ingin menikmatinya. “Jadi apa yang kau lakukan di New Jersey, Sky?” “Bekerja?” jawab Sky tak yakin. “Kenapa kau terdengar tak yakin dengan jawabanmu sendiri?” Sky tersenyum kecut. “Ya katakan saja bekerja. Sudahlah tak perlu dibahas.” “Jadi kau selalu di New Jersey?” “Tidak..” Sky kemudian sibuk berbincang dengan Scarlet tentang banyak hal. Mereka sudah lama tak bertemu dan ada banyak hal yang bisa dibicarakan. Karena asyik berbincang dengan Scarlet dan pacar gadis itu, Sky sampai lupa waktu. Begitu kembali ke hotel, Osean ternyata sudah menunggunya dengan muka marah. “Ke mana saja kau?!” “Astaga!” Sky terperanjat kaget saat memasuki lobi dan langsung disambut dengan bentakan Osean. "Ke mana saja kau baru kembali jam segini?” Scarlet dan Marco yang mengantar Sky pun sama terkejutnya. Apalagi kini ada dua pria berbadan besar dengan pakaian rapi di belakang Osean. Mereka mengenal Osean karena pernah melihat wajah pria itu di majalah. Mereka kaget karena ternyata pria itu mengenal Sky. Sky menatap Osean dengan tatapan memohon. Osean boleh marah tapi setidaknya jangan di depan Scralet dan Marco. Pandangan Osean tertuju pada dua orang di belakang Sky. Ia menatap keduanya tak ramah. “Osean, please,” Sky setengah memohon. “Sky..” “Hm, Scarlet, Marco, terima kasih sudah mengantarku sampai ke hotel. Terima kasih banyak. Maaf aku merepotkan kalian berdua.” Scarlet tersenyum kikuk. “Tidak masalah.” Sky memohon pada Scarlet lewat tatapan mata. Untungnya Scarlet mengerti. Ia langsung membawa kekasihnya pergi. Osean melangkah pergi. “Apa yang kau tunggu di sana?!” tanya Osean dingin. Sky bergegas mengikuti langkah Osean. Entah apa yang akan terjadi malam ini. Osean terlihat marah. Sky mengikuti langkah Osean ke kamar pria itu—lagi. “Kenapa?” Sky sepertinya punya nyawa sembilan karena berani bertanya ada apa. Osean memutar badannya, menatap Sky sangat dingin. Rasanya seperti Sky sedang dikuliti hidup-hidup oleh tatapan Osean. “Kenapa katamu?” Osean tertawa yang terdengar seperti nyanyian kematian. Ini benar-benar menyeramkan. Sky mulai takut sekarang. Osean tak akan melakukan hal k**i padanya, kan? Sky punya keyakinan kalau Osean tak akan memperkosanya. Tapi kini Sky tak yakin dengan keyakiannya itu. Osean tak pernah terlihat semarah ini, bahkan saat Sky hampir membuat Osean kehilangan nyawa karena kecerobohannya. “Apa aku menyuruhmu pergi dari hotel ini?! Apa aku memberimu izin untuk pergi?!” Kening Sky mengerut. Kebingungannya bertambah. Seingatnya ia sudah diusir oleh Osean tadi. Lalu kenapa kini Osean marah? “Kau tak bilang aku tak boleh pergi. Lagipula bukannya kau mau pergi?” harusnya Osean pergi kan? Kenapa Osean sudah di hotel pada jam ini? Biasanya Osean menghabiskan waktu berjam-jam di luar. “Apa katamu?” Osean melangkah mendekat. Sky langsung melangkah mundur tapi Osean berhasil membuat Sky terpojok. Punggung Sky membentur pintu. Gadis itu meringis. “Osean!” “Apa kau lupa kau milik siapa?” “Aku bukan milik siapa-siapa.” Osean menyeringai jahat. “Kau memang tidak tahu diri. Sepertinya perlu diberi pelajaran.” “Kau mau ap—hmmpptt! Os—hmpptt!” Sky berusaha keras mengelak dari ciuman paksa itu. Osean menahan tangan Sky di atas kepala karena gadis itu memberikan perlawanan. Sky memberontak sekuat tenaga. Semakin kuat perlawanan Sky, semakin kuat juga Osean memegangnya. Sky sudah punya firasat buruk saat dalam perjalanan ke New Jersey. Sejujurnya Sky takut Osean memperkosanya malam ini. Osean tak pernah semarah ini. “Osea—Aghh!” kemeja Sky dirobek paksa. Osean menggigit leher Sky membuat gadis itu memekik. Sakit dan geli bercampur menjadi satu. Sapuan lidah Osean semakin turun ke arah d**a Sky. Tali b*a Sky ditarik turun secara paksa membuat sebelah p******a Sky terekspose. Bola mata Sky membulat sempurna. Shock. Sky terdiam beku. “Eunghh!” Sky menggigit bibirnya saat Osean meremas payudaranya dengan kasar. Rasanya sangat sakit sekali. p******a Sky tak pernah disentuh orang lain sebelumnya tapi kini Osean malah meremasnya dengan kasar. Sky ingin menangis. Kesadaran Sky kembali. Ia mencoba untuk memberontak lagi. Tapi Osean malah menarik Sky kemudian menghempaskan gadis itu ke kasur. Belum sempat Sky melawan, Osean kembali menindihnya. Osean mengambil dasinya di atas kasur, kemudian mengikat kedua tangan Sky. Bola mata Sky membesar lagi. Ia menggeleng saat Osean menarik paksa turun rok selutut yang ia kenakan. “OSEAN! AP-APA YANG KAU LAKUKAN?!” Osean sama sekali tak mengacuhkan. Kepanikan Sky makin menjadi saat Osean mulai melepaskan kancing kemejanya. Ini benar-benar sinyal buruk. Napas Sky memburu. Osean tak benar-benar ingin memperkosanya, kan? Astaga! Tidak! Sky menjerit di dalam hati. Otot-otot kencang itu tercetak rapi. Warna yang mengkilat membuat Sky menelan ludah tanpa sadar. Osean melempar kemejanya ke lantai. “Tuan Osean jangan,” Sky mulai memohon. Degupan di d**a Sky makin kencang ketika Osean membuka ikat pinggangnya. Sky meronta lagi. “Tuan Osean aku mohon!” Osean menarik lepas kemeja Sky dan juga b*a gadis itu. Sky setengah polos. Kulit putih itu untuk pertama kalinya terpampang nyata di depan mata Osean. Harga diri Kiana Prista Morest jatuh ke dasar jurang. “Osean! Aku mohon!” Sky menjerit putus asa saat Osean menarik celana dalamnya. Sky langsung merapatkan pahanya, membuang wajah ke arah lain. Bukan malu lagi, tapi semua rasa sudah bercampur menjadi satu. Tubuh Sky meremang luar biasa saat merasakan sentuhan jari-jari Osean di lututnya. Sky tak berani membayangkan. Bahkan Osean tak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk melebarkan kakinya. Osean bisa membuka paksa kedua kaki Sky dengan mudah. Air mata Sky jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menggigit bibir. Lampu menyala dengan sangat terang. Rasanya Sky ingin tenggelam saja di laut sana. Dimakan paus sepertinya lebih baik. “Hapus air matamu.” Sky terdiam beku. Tak ada lagi beban di atasnya. Apakah itu artinya Osean sudah tak ada di sana? Perlahan Sky membuka mata saat merasakan ada yang membuka ikatan dasi pada tangannya. Pandangan Sky bertemu dengan wajah Osean. Sky bergegas menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Ia terlihat mengenaskan sekali. Benar-benar seperti korban p*********n. Padahal belum ada yang Osean lakukan selain menciumnya dengan ganas, menggigit kulit lehernya dan meremas dadanya. Astaga, itu sudah banyak. Osean sudah setengah menjamahnya. Osean bahkan sudah melihat segitiga keramat miliknya. Sky meringkuk di kasur, memilih menghindari tatapan Osean. Sky masih menunduk, tak berani melihat meski Osean sudah duduk di sampingnya. “Tatap aku!” Osean menarik paksa dagu Sky agar menatapnya. “Dengar aku baik-baik Kiana Prista Morest. Aku tidak akan mengulang kalimatku dua kali. Jadi ingat ini dengan baik. Kau calon istriku dan jangan pergi ke manapun tanpa seizinku. Apalagi di tempat asing seperti ini. kau mengerti?” Sky bergumam pelan. Tubuhnya masih bergetar karena kejadian beberapa menit yang lalu. “Apa kau bisu?!” “Iya, aku mengerti,” jawab Sky cepat. Osean menghembuskan napas kasar kemudian bangkit dari kasur. Pria itu hilang ke dalam kamar mandi. Sky mengusap dadanya berkali-kali. Rasanya seperti baru lolos dari maut. Sky menyeka lagi sudut matanya. Sky turun dari kasur, memunguti pakaiannya. Kemejanya sudah tak bisa digunakan. Sky bergegas mengambil bajunya di dalam paper bag kemudian memakainya sebelum Osean keluar dari kamar mandi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN