Sinar bulan menemani Ujang berjalan menyusuri gang selebar satu setengah meter. Sarungnya dia biarkan tersampir di pundak. Mardi menyusul di belakangnya, kedua tangannya menggenggam gawai. Membalas Chat dari gebetan barunya. Kali ini bukan mahasiswa yang indekos di belakang laundry. Melainkan salah satu pelanggan, anak kampung sebelah. Tahu Star Wash dari Musalmah. “Lo cepet banget dapet cewek, sih,” ujar Ujang, memperlambat jalannya demi sejajar dengan Mardi. “Kalau satu cewek gak bisa diharapkan, ya tinggal cari aja cewek lain, Jang. Gue mah gitu, gak mau galau-galau kayak elo.” Ujang mengendikkan bahu, dia memilih untuk tetap dalam pendiriannya. Hanya ada satu wanita yang dia perjuangkan. Barulah jika tetes darah terakhir Asmi tidak dapat jadi jodohnya Ujang akan mencari penggantinya