Ujang termenung di depan meja dengan laptop terbuka, bukan karena masalah pekerjaan yang sulit, melainkan suara Naya yang renyah dan begitu ringan kala meminta Ujang untuk tidak mendekati maminya. Lelaki itu merasa seperti sedang kepergok melakukan suatu kejahatan. Ada perasaan takut, ada perasaan gelisah dan ada perasaan tidak ikhlas jika belum mulai berjuang lelaki itu sudah harus berhenti karena permintaan Naya. Kalau sudah begini, Ujang jadi ingat petuah-petuah Musalmah dan Mardi. Ujang terlalu abu-abu untuk memahami sebuah kisah cinta, terlebih kisahnya sendiri. Ujang bertekad untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan, karena terakhir kali lelaki itu galau banyak sekali pekerjaan yang tertunda. Kali ini Ujang berusaha untuk memantaskan diri agar dapat diterima oleh Asmi, Kanaya, K