Ditemani embun yang perlahan menguap Ujang menyusuri jalan protokol yang menghubungkan kota Garut dan Bandung. Medan yang berkelok dengan angin kencang di sepanjang jalan Lingkar Nagreg membuat semangat lelaki itu menggebu. Dia berdarah muda, semangatnya mengejar cinta sama besarnya dengan semangat menggapai cita-cita. Pagi-pagi sekali Ujang sudah pamit sama Mak Lala. Dia ada kunjungan ke beberapa perusahaan untuk mengkoordinir para cleaning servis. Hal itu memang selalu jadi kunjungan rutin, namun bukan Ujang yang seharusnya berangkat. Hanya saja, perusahaan tempat Asmi bekerja menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi, untuk itu pemuda itu bersemangat. “Ujang pamit, Mak. Kata Musalmah cinta itu harus diperjuangkan,” pamit Ujang seraya mengecup punggung tangan mak Lala denga