“Akrab, Nih,” tegur Mardi, Ujang terperanjat karena kaget. Musalmah sudah menghilang di tikungan, berganti Mardi yang baru saja menutup Star Wash. “Gue patah hati,” ungkap Ujang, “Naya ngambek waktu dengar gue mau melamar maminya.” Lesu rasanya. “Sebenarnya dia ngambek sejak gue dateng, masuk trus banting pintu,” lanjut Ujang. Angin berembus membuat rambut lelaki itu berkibar. “Gue tahu,” ungkap Mardi, “Lo gak bawa oleh-oleh, pasti?” selidik lelaki itu. Senyumnya meremehkan, sesekali dia menggelengkan kepala sambil fokus mengunci pintu. Ujang menggeleng, matanya menatap satu titik, Banner dan papan nama yang dibuat Musalmah. “Jang, meluluhkan cewek itu mudah, gombalin dikit pasti luluh. Ngambil hati anak-anak jauh lebih mudah, ambil hatinya, hadiah-hadiah kecil bisa dijadikan senjata.