6. Mimpi Buruk

1107 Kata
Sementara itu yang terjadi pada Lody juga tak ada bedanya dengan yang sedang dialami oleh Levi. Di dalam tidurnya, dia sedang bermimpi tentang hal yang terjadi dua hari lalu sebelum acara pernikahan berlangsung. Di dalam mimpinya itu Lody berteriak memanggil nama Nadip. Wajahnya tampak pucat pasi dan sarat akan kekhawatiran. Sebelum sambungan teleponnya dengan Nadip tiba-tiba terputus, Lody mendengar teriakan kekasihnya berkata “Allahu Akbar!!!” dengan suara begitu lantang, setelah itu terdengar suara seperti debuman kencang memenuhi rungunya. Lody sama sekali tidak bisa menebak situasi seperti apa yang sedang dialami oleh Nadip saat ini, tapi perasaannya mengatakan pasti ada sesuatu hal buruk yang sedang menimpa calon suaminya. Jantungnya seketika berdebar kencang seperti baru saja berlari ratusan kilometer membayangkan hal buruk seperti apa yang dialami oleh Nadip. Lody terduduk lemas di lantai dengan perasaan panik, gelisah dan khawatir. Lekha, ibu sambung Lody yang sedang berada di dapur mendengar saat Lody berteriak histeris menyebut nama Nadip berkali-kali. Sambil berlari Lekha segera menghampiri kamar Lody untuk mencari tahu hal apa yang sedang terjadi pada anak perempuannya. Tanpa mengetuk pintu kamar seperti yang biasa dilakukan sebelum masuk kamar sang anak, Lekha mengempas pintu kamar yang tidak terkunci itu lalu menghampiri Lody yang sedang terduduk di lantai dengan kepala tertunduk. “Ada apa, Teh?” tanya Lekha di antara perasaan bingung dan khawatir. “Kak Nadip, Mah,” jawab Lody dengan suara gemetar dan wajah pias. “Nadip kenapa, Teh?” “Nggak tau. Tadi Lody sama Kak Nadip lagi telponan, trus tiba-tiba keputus. Sebelum teputus itu Kak Nadip teriak bilang ‘Allahu Akbar’ kenceng banget sama dengar kayak suara mobil tabrakan, Mah. Lody takut Kak Nadip kenapa-kenapa soalnya tadi telponannya dia lagi nyetir,” jelas Lody dengan napas tersengal sambil terus berusaha menghubungi ponsel Nadip yang kini sedang tidak aktif. “Ya, sudah. Kita cari kebenarannya. Teteh jangan mikir yang nggak-nggak dulu sebelum dapat informasi yang tepat,” ujar Lekha berusaha menenangkan anaknya. “Sekarang Teteh duduk di atas dulu ya. Biar Mamah minta Ayah buat cari informasi,” sambung Lekha karena tidak ada respon apa pun dari Lody. Lekha berusaha mengangkat tubuh Lody agar berpindah dari lantai ke atas ranjang. Setelah berhasil mendudukkan Lody, barulah Lekha keluar kamar dan melakukan hal seperti yang dikatakan pada Lody sebelumnya. “Kak Nadip di mana? Jangan bikin aku khawatir,” ujar Lody sambil menangis tersedu. Lekha segera menyampaikan hal yang diceritakan oleh Lody kepada Bayu, ayah Lody. Bayu segera menghubungi kediaman keluarga Nadip untuk mencari tahu informasi tentang kondisi Nadip. Ternyata keluarga Nadip sendiri juga belum tahu apa pun tentang situasi yang sedang dialami sang anak. Bayu lantas menghampiri kamar Lody untuk menenangkan anak gadisnya itu. Lebih satu jam Lody menunggu dengan perasaan gelisah. Dengan langkah gontai dia berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan orang tuanya guna menanyakan hasil dari pencarian mereka. Lody tidak menemukan siapapun di sana kecuali Kavi, adik laki-lakinya yang tengah menonton televisi. Merasa tak punya energi lebih untuk mencari tahu keberadaan orang tuanya, Lody memutuskan ikut bergabung dengan Kavi di sofa dan menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Dia sama sekali tidak peduli pada aktivitas Kavi yang berulang kali menggonta ganti saluran televisi. Sampai akhirnya tanpa sengaja Kavi memilih sebuah saluran televisi berbayar yang sedang menayangkan sekilas info soal kecelakaan yang terjadi baru-baru ini. Lody yang sedang menatap ke layar televisi meminta Kavi untuk tidak mengganti ke saluran televisi lain saat melihat video amatir yang tengah menampilkan situasi dan kondisi di sekitar lokasi kecelakaan. Lody mendekat ke layar televisi untuk melihat secara seksama video yang diputar ulang di posisi mobil-mobil yang baru saja mengalami kecelakaan beruntun tersebut. Napas Lody seperti tercekat ketika melihat sebuah sedan berwarna hitam dengan nomor polisi yang sangat dia hapal. Untuk memastikan tidak sedang salah lihat Lody meminta pada Kavi untuk mencari saluran televisi yang memang menayangkan acara khusus berita-berita terkini di sekitar Jakarta dan sekitarnya. Di saluran televisi yang sudah berhasil ditemukan oleh Kavi ternyata juga sedang menayangkan berita yang sama. Bedanya di saluran televisi yang ini lebih detail. Bahkan pembawa beritanya menyebutkan jenis mobil lengkap dengan nomor polisi dari mobil-mobil yang terlibat dalam kecelakaan beruntun yang terjadi sekitar satu setengah jam yang lalu. Total ada tujuh mobil termasuk mobil milik Nadip. Melihat kondisi mobil-mobil yang mengalami kecelakaan itu tangis Lody pecah. Dia berteriak histeris menyerukan nama Nadip sambil mengguncang televisi plasma yang berada di atas buffet. “Teteh kenapa?” tanya Kavi yang kebingungan melihat kondisi kakak perempuannya. “Kak Nadip, Kavi… Kak Nadip kecelakaan!” ujar Lody sambil menangis dan menunjuk ke arah televisi yang kini sedang menayangkan berita lain. Lekha yang sedang berada di taman belakang bersama Bayu mendengar suara teriakan Lody dari arah ruang keluarga bergegas menghampiri untuk mencari tahu situasi yang terjadi di sana. Mereka menemukan Kavi sedang berusaha mencegah Lody yang hendak meninggalkan rumah. “Teteh mau ke mana memangnya?” tanya Lekha setelah berada di samping Lody. “Kak Nadip kecelakaan, Mah. Teh Lody mau nyamperin ke lokasi kecelakaan,” jelas Kavi yang kini tugasnya sudah digantikan oleh Bayu. “Lody mau cari tahu kondisi Kak Nadip, Mah…” ujar Lody di tengah isak tangisnya. “Tapi Teteh sedang dipingit. Nggak boleh keluar rumah dengan alasan apa pun,” jelas Lekha dengan tatapan iba. “Lody tenang dulu ya. Ini Ayah juga sedang nunggu kabar dari keluarga Nadip.” “Lody nggak bisa nunggu lebih lama lagi, Yah! Kak Nadip jelas-jelas kecelakaan beruntun. Di berita barusan juga udah disebutin jenis mobil dan nopolnya. Ada mobil Kak Nadip di antara mobil-mobil yang kecelakaan.” Emosi Lody semakin tidak terkendali. Bayu melirik ke arah Kavi untuk mencari kebenaran atas ucapan Lody. Kavi mengangguk lemah membenarkan semua yang dikatakan oleh Lody. “Semua korban sekarang udah dievakuasi ke rumah sakit, Yah,” ujar Kavi menambahkan keterangan sekaligus menyebutkan nama rumah sakit tempat korban kecelakaan dievakuasi. Bayu lalu membujuk Lody agar duduk dengan tenang. “Biar Ayah dan Mamah yang mencari ke rumah sakit itu,” ujarnya setelah berhasil membuat Lody duduk. “Lody juga mau ikut, Yah,” mohon Lody. Kali ini dengan suara rendah diiringi derai air mata yang terdengar begitu pilu. “Yang dibilang Mamah bener soal Lody sedang dipingit. Besok lusa hari pernikahan Lody, Nak,” ujar Bayu dengan bijak dan penuh kelembutan. “Teh Lody di rumah aja sama Kavi. Kita berdoa sama-sama untuk keselamatan Kak Nadip ya,” ujar Kavi lalu memeluk kakak perempuannya dengan penuh kehangatan. Lody akhirnya hanya bisa pasrah dengan keputusan keluarganya. Meski dia memohon sekeras apa pun tidak akan ada yang mau memenuhi permintaannya. Lody lalu mengubah permintaanya dengan memohon kepada kedua kedua orang tuanya agar memberinya kabar dan informasi apa pun tentang kondisi Nadip di rumah sakit. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN