“Ah iya, benar. Mirip Bapak loh. Beneran. Cuma masih bersih saja wajahnya. Belum ada rambut-rambut itu yang bikin Bapak kelihatan lebih ganteng dari suami Zahra.” “Mirip pak Naka? Setahu saya, pak Naka tidak punya saudara kembar. Adik-adik pak Naka juga belum ada yang nikah.” Bukan Naka, melainkan Bara yang merespon. Pria itu langsung menoleh ke arah Zahra. Bola matanya bergerak memperhatikan lekat-lekat perempuan yang harus dia akui cantik, meskipun tidak berdandan seperti beberapa staf yang lain. Melihat hampir semua tatapan mata terarah padanya, Zahra menahan ringisan. Telapak tangannya diremas-remas. Bola mata Zahra bergulir ke arah tempat duduknya. Tarikan dan hembusan napasnya semakin cepat seiring degup jantung yang sudah meningkat berkali lebih cepat dari degup normalnya. B*doh,