Bagian Lima

1601 Kata
Arne terbangun karena sinar matahari yang mulai memancarkan sinar nya. Ia perlahan bangkit dari kasurnya dan pandangan Arne langsung tertuju kepada Sally. Sally tertidur dengan sangat lelap. Arne tidak ingin membangunkan Sally. Dia pun bangkit dari kasurnya dan berjalan mengambil pakaian nya. Setelah itu Arne berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin membersihkan dirinya. Setelah Arne telah selesai membersihkan dirinya, Arne pun langsung keluar dari kamar mandi. Ia dapat melihat Sally yang masih tertidur dengan sangat Lelap. Arne tersenyum tipis ketika melihat Sally masih tertidur dengan lelap. Padahal hari mulai beranjak menuju siang. Arne tidak membangunkan Sally dia malah mendekat ke arah Sally dan menarik selimut ke arah tubuh Sally. Setelah itu, Arne berjalan keluar dari kamar. Sepi. Tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang di kerjaan ini. Arne baru menyadari jika kamar yang ia tempati berada jauh dari balai utama kerajaan. Kamar yang ia tempati berada di belakang. Tentu saja tidak terlalu banyak orang yang berada di sini. Arne pun mulai berjalan keluar dan melihat-lihat kerajaan Syden yang sangat indah ini. Dia berjalan seorang diri. Arne sangat menikmati berada di kerajaan Syden. Langkahnya terus berjalan hingga dia berada di salah satu bangunan yang membuatnya sedikit penasaran ingin masuk dan melihat isi dari ruangan itu. Ruangan yang semalam di jelaskan oleh Ratu Syden. Bangunan ya g di bangun oleh Putra mahkota. Arne perlahan mulai berjalan mendekat ke arah sana. Dia berhenti tepat di depan bangunan itu. Terlihat sangat kosong. Dengan sedikit keberanian, Arne mulai menaiki tangga bangunan itu. Dia membuka pintu nya dengan perlahan. Setelah terbuka, Arne terlebih dahulu menoleh ke arah kanan dan kirinya. Melihat keadaan. Setelah dia yakin tidak ada yang melihat nya, Arne pun langsung masuk ke dalam bangunan itu. Arne sangat terpukau dengan design dari bangunan ini. Ukiran nya dan juga warna nya yang tidak terlalu mencolok. Arne terus melangkah kan kaki nya. Tapi bangunan ini tidak terlalu banyak barang. Hanya terdapat beberapa meja. Arne pun semakin memberanikan diri untuk melihat ruangan yang ada. Dia mulai membuka pintu salah satu ruangan. Sekali lagi dia kembali terpukau dengan design ruangan ini. Ruangannya sangat luas dan menghadap langsung ke arah pepohonan. Arne berjalan menuju ke arah jendela yang terbuka. Dia tersenyum tipis. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Perlahan Arne mulai memejamkan kedua matanya. Menikmati Angin itu. Arne merasa sangat nyaman berada di kerajaan ini. Kerajaan ini jauh berbeda dengan Cayson. Suasana dari kerajaan ini merupakan suasana yang sangat Arne inginkan. "Apa yang kau lakukan di sini?" Ucap seseorang. Mendengar suara berat itu, Arne langsung melihat ke arah belakang. Betapa terkejutnya dia melihat seorang pria yang sudah berdiri tepat di depan nya. Arne langsung merasa sedikit takut. Dia tau jika dia telah memasuki bangunan ini tanpa ijin. "Aku.. aku hanya melihat-lihat saja. Aku tidak melakukan apapun. Maafkan aku." Jelas Arne dengan nada yang sedikit gugup. Pria yang ada di depannya mulai berjalan mendekat ke arah Arne. Arne yang melihat itu langsung ikut mundur. Tapi langkahnya berhenti ketika tidak ada lagi ruang di belakangnya. Pria itu semakin mendekat ke arah Arne. Hingga Arne dapat melihat matanya yang berwarna coklat itu. "Kau siapa?" Tanya kepada Arne. "Aku.. aku Arne. Putri kerjaan Cayson. Aku datang ke sini untuk mengirim hadiah dari kerajaan ku." Jelas Arne lagi. Mendengar perkataan Arne, Pria itu pun berjalan mundur beberapa langkah. Dia tersenyum tipis setelah mendengar perkataan Arne. Pria itu tau jika Arne sedang ketakutan dengan dirinya. Ia kembali tersenyum ketika melihat wajah cantik Arne. "Maaf Putri aku tidak mengetahui hal itu. Maaf telah menakuti mu." Tutur pria yang ada di depannya. Arne pun merasa sedikit lebih tenang ketika mendengar permintaan maaf dari pria itu. "Tidak masalah. Aku juga salah karena masuk tanpa ijin." Jawab Arne. "Tidak masalah Putri. Ah.. perkenalkan, Aku Darian. Putra mahkota kerajaan Syden. Sekali lagi maaf jika aku sudah menakuti mu." Tutur sang Pria yang mengaku sebagai Putra mahkota. Sekali lagi Arne langsung terdiam. Dia tidak dapat mempercayai itu. Orang yang dia hindari sekarang berada di depan nya. Arne tidak dapat mengatakan apapun. Dia seketika mengingat perkataan dari ibunya. Arne yang bau menyadari itu langsung mengembalikan kesadarannya. Dia pun langsung menundukkan pandangannya. "Kalau begitu aku permisi. Maaf telah memasuki wilayah mu tanpa ijin Putra mahkota. " Setelah mengatakan itu, Arne langsung berjalan hendak keluar dari ruangan itu. Tapi belum sempat ia keluar, lengannya langsung di tahan oleh Darian. Langkah Arne pun langsung berhenti. Dia menatap Darian yang juga menatap nya. Darian memberikan senyuman nya kepada Arne. "Aku sudah bilang tidak masalah Putri. Kau bisa melihat-lihat dahulu isi dari ruangan yang lainnya. Aku sama sekali tidak keberatan. Atau kau mau jika aku temani?" tawar Darian kepada Arne. Arne langsung melepaskan pegangan Darian. Dia pun langsung merapikan dirinya dan menatap Darian. "Tidak perlu Putra mahkota. Aku rasa aku sudah puas melihat ruangan ini. Terima kasih atas tawaran mu." Jawab Arne. Dia ingin langsung pergi dari ruangan ini. Arne merasa takut jika ia terus bersama pria yang ada di hadapannya ini. "Kalau begitu, bagaimana jika aku menemani mu mengelilingi kerajaan ini Putri? Kau pasti belum mengelilingi nya." Tawar Darian lagi. Tapi Arne sekali lagi juga menolak tawaran Darian. "Tidak perlu Putra mahkota. Aku akan kembali ke kamar ku saja. Sekali lagi terima kasih atas tawaran mu." Balas Arne. Darian yang merasakan ada kejanggalan langsung menatap Arne dengan serius. "Apakah mungkin kau takut kepada ku, Putri?" Tanya Darian kepada Arne. Ia menatap menatap Arne dengan curiga. "Aku? Tentu saja tidak. Untuk apa aku menghindar dari mu Putra mahkota?" Balas Arne. Tentu saja dia mengelak mengatakan yang sejujurnya. "Kalau begitu biarkan aku menemani mu berkeliling sebentar." Balas Darian. Arne tidak bisa berkata apapun. Dia tidak mungkin menolak tawaran Darian lagi. Jika dia menolak, itu akan membuat Damian akan semakin curiga kepada nya. "Baiklah." Ucap Arne. Dia tidak bisa mengatakan hal lain selain kata itu. Setelah mendengar perkataan Arne, ada senyuman di wajah Darian yang terlihat sangat jelas. Darian pun memberikan Arne ruang untuk berjalan menuju luar ruangan. Tujuan awal mereka berdua yaitu di taman kerajaan. Arne dari semalam sangat penasaran dengan taman kerajaan Syden. Dia sangat ingin melihat bunga apa saja yang tumbuh di sana. "Kau sangat suka bunga Putri?" Tanya Darian kepada Arne. "Tentu saja. Lagian siapa wanita yang tidak menyukai bunga?" "Tentu saja ada." Balas Darian. "Kenapa? Kau tidak menyukai wanita yang suka dengan bunga, Putra mahkota?" Tanya Arne lagi. "Tidak. Aku sangat menghargai apa yang mereka suka. Ngomong-ngomong aku akan menunjukkan mu bunga khas dari kerajaan Syden." Ucap Darian. Arne yang mendengar itu langsung sangat bersemangat. "Benarkah? Wah.. aku tidak sabar untuk melihat bunga itu." Balas Arne dengan sangat semangat. Darian yang melihat semangatnya Arne langsung tersenyum. Mereka pun kembali berjalan dan berhenti di salah satu tanaman yang sedang mekar. Bunga berwarna biru itu membuat siapa saja akan langsung jatuh hati. Terutama bagi Arne. Dia langsung jatuh hati kepada bunga itu. Bunga yang sedang mekar dan berwarna biru. Arne langsung memegang kelopak bunga tersebut. Sangat lembut. Dia pun mulai mendekatkan wajahnya ke arah kelopak bunga itu. Bermaksud ingin mencium aroma bunga. Sekali lagi dia kembali tersihir oleh bunga itu. Sangat harum. Sama sekali tidak ada kekurangan dari bunga itu. "Apa nama bunga ini?" Tanya Arne kepada Darian. "Syden." Balas Darian. "Syden?" "Iya. Karena bunga ini hanya tumbuh di Syden." Tutur Darian. "Nama yang bagus." Ucap nya. Arne kembali menikmati keindahan dari bunga ini. Dia sama sekali tidak bosan jika menikmati yang namanya bunga. Arne sangat menyukainya. "Kau sangat beruntung Putri. Kau datang di waktu yang tepat. Di saat bunga-bunga ini pada mekar." Tutur Darian. "Mungkin dia tau kalau aku akan datang. Jadi dia menampakkan diri nya." Balas Arne. Dia terus tersenyum melihat semua bunga yang berada di sekeliling nya. "Apa kau menyukai nya, Putri?" tanya Darian lembut. "Sangat. Aku belum pernah menjumpai bunga seperti ini. Bunga ini sangat sempurna. Syden sangat beruntung memiliki bunga ini." Tutur Arne. Darian tersenyum tipis ketika melihat senyum Arne. Ia perlahan mulai terpikat dengan kecantikan Arne. "Mau lihat berbagai pohon juga Putri?" Tawar Darian kepada Arne. Arne pun dengan cepat langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu saja." Darian pun langsung berjalan dan diikuti oleh Arne di sebelah nya. Mereka berdua berjalan menuju tempat pepohonan. ---- "Sangat indah. Sangat enak untuk teduh di pohon ini." Tutur Arne. Dia mendongakkan kepalanya dan melihat tinggi nya pohon ini. "Pohon ini juga bisa berbuah." Ucap Darian. "Benarkah? Wah.. pasti rasanya sangat manis." Balas Arne. Dia masih setia melihat pohon ini. Memang dari semua pohon yang ada, pohon ini yang membuat Arne langsung berjalan menuju pohon ini. Pohon yang rimbun dan juga tinggi. "Entahlah. Aku tidak tau. Aku belum pernah mencobanya. Biasanya hanya para pelayan dan pengawal yang menikmati buah ini." Jelas Darian kepada Arne. "Kenapa seperti itu?" Tanya Arne. "Karena pohon ini sangat lama berbuah. Bahkan bisa satu tahun lebih dia tidak berbuah." jelas Darian. "Aku jadi penasaran dengan buah ini." Ucap Arne. Ia sangat penasaran dan ingin mencicipi buah tersebut. "Kau mau mencoba nya, Putri?" Tanya Darian menawarkan. Arne yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Iya." Jawab Arne dengan spontan. Dia memang sangat ingin mencoba buah yang satu ini. "Sayang sekali. Sepertinya buah ini tidak ingin menampakkan jati dirinya kepada mu, Putri." Ucap Darian. Arne menghela napas panjang. Dia sedikit kecewa untuk itu. Tetapi bagaimana lagi, memang belum waktunya buahnya tumbuh. Arne tidak dapat memaksakan nya. "Kalau begitu jika sudah tumbuh, kau harus mengambil buah nya dan memberikannya kepada ku, Putra mahkota." Ucap Arne. Ia masih terus menatap pohon itu. Arne sangat ingin mencicipi buah itu. Tetapi sepertinya itu tidak akan terlaksana. Arne sebenarnya sedikit kecewa atas itu. Darian langsung menoleh ke arah Arne dan menatap Arne dengan serius. "Jika aku memberikannya kepada mu, apa kau bersedia menikah dengan ku, Putri?" ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN